Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Esensia

Trapsila: Kejujuran yang Mengakar

Amien Subhan by Amien Subhan
May 8, 2025
in Esensia
Reading Time: 3 mins read
Trapsila: Kejujuran yang Mengakar

DI TEMPAT perjamuan makan istana, segala sesuatu demikian tertata. Tidak hanya mengenai menu hidangan, pramusaji juga detil menata peralatan makan sedemikian rupa sehingga ujung garpu, sendok dan pisau makan terletak pada posisi yang membuat tamu jamuan makan akan nyaman. Setiap tamu sudah disiapkan makanan dan minuman tersendiri sehingga tidak ada pantangan yang dihidangkan. Sehari sebelum jamuan, informasi itu dikumpulkan oleh kepala dapur istana dari para sekretaris pribadi duta besar negara sahabat yang akan diundang. Siapa akan duduk di kursi yang mana diatur, disesuaikan dengan pertimbangan posisi peta geopolitik Internasional.

Hingga usai acara jamuan makan, segalanya berjalan lancar. Para duta besar menikmati hidangan yang disajikan sembari sesekali bercengkerama di sela acara. Namun di hadapan para tamu yang sebagian masih menyelesaikan makan, tiba-tiba sang raja di ujung sesi makannya berkumur dengan air putih dari gelas minumannya. Berkumur secara jelas menguras sisa-sisa makan dari sela-sela gigi, sontak jadi pusat perhatian seisi ruangan. Sedetik kemudian, sang raja menelan segala rupa isi cairan dalam mulutnya. Bagi yang menyaksikan justru merasa mual, jijik melihat adegan itu. Termasuk saya, walaupun tidak sedang duduk di antara mereka tapi ikut menyaksikan kejadian itu.

Dari begitu banyak kebudayaan nusantara yang beragam, memang ada beberapa kebiasaan cara makan yang kadang bertolak belakang. Ada yang ketika makan mesti mengecap untuk menghormati hidangan tuan rumah, ada yang mesti menghabiskan isi piring, ada yang mesti menunggu tuan rumah mengambilkan. Namun di semua kebudayaan nusantara, sepengetahuan saya tidak ada yang di hadapan tamu usai makan berkumur lantas menelannya. Kurang tata. Apalagi jika di forum resmi internasional, tentu ada adab yang tak tertulis.

Dalam perjalanan hidup berbangsa dan bernegara, fondasi yang paling rapuh sekaligus paling menentukan adalah kejujuran. Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Bagus di Kenduri Cinta edisi April 2025 lalu. Pembentukan kejujuran sejati tidak bisa dipaksakan dari luar, ia harus berangkat dari dalam diri individu. Ia lahir dari kesadaran, bukan dari tekanan. Trapsila, sebagai jalan pembiasaan diri dalam berkehidupan, menempatkan kejujuran sebagai inti awal. Sebab tanpa kejujuran, semua bentuk Trapsila lainnya akan menjadi sia-sia.

Sering kali, dalam keseharian kita, muncul godaan kecil untuk berbohong: kepada pasangan, kepada atasan, kepada teman. Alasan kita tampak “baik” bahwa ingin menjaga perasaan, menghindari konflik, membuat diri terlihat lebih cemerlang. Kita berbohong tentang betapa sibuknya kita, tentang betapa “tidak apa-apanya” sebuah luka, tentang hasil kerja yang kita poles agar tampak sempurna di mata atasan. Kebohongan-kebohongan kecil ini, dalam jangka pendek, memang terasa menyelamatkan. Tapi pada jangka panjang, mereka seperti retakan kecil di pondasi sebuah bangunan. Lambat laun, tanpa terasa, keruntuhan pun tak terelakkan.

Trapsila mengajarkan bahwa tindakan-tindakan kecil membentuk kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan itu membentuk karakter. Jika kita membiasakan diri untuk berbohong, demi alasan apapun, kita sedang membentuk diri menjadi pribadi yang tidak layak dipercaya. Bukan hanya oleh orang lain, tetapi bahkan oleh diri kita sendiri. Sebaliknya, setiap keberanian untuk jujur, betapapun kecil, membangun pilar kepercayaan yang kokoh, akan menopang hubungan kita dengan orang lain dan dengan dunia.

Kejujuran bukan sekadar soal berbicara benar. Ia adalah ekspresi kemerdekaan diri. Orang yang jujur adalah orang yang berani memikul kenyataan, tanpa menutupinya dengan tipu daya. Orang yang jujur adalah orang yang percaya, bahwa kebenaran meskipun pahit adalah satu-satunya tanah tempat dirinya bisa berdiri tegak.

Dalam hubungan pasangan, seringkali ada godaan untuk “berbohong demi kebaikan”. Kita ingin menghindari pertengkaran, ingin menjaga kehangatan. Trapsila mengingatkan: cinta yang dibangun di atas kebohongan-sekecil apapun itu adalah cinta yang rapuh. Sebab setiap kebohongan yang kita tanam, sadar atau tidak, akan menjadi benih ketidakpercayaan. Ketika benih itu tumbuh, bahkan cinta yang besar pun bisa runtuh.

Dalam dunia kerja, berbohong kepada atasan mungkin terasa sebagai strategi pintar untuk mempercepat karir. Tapi kepercayaan bukan sesuatu yang bisa dibangun dengan ilusi. Pada akhirnya, prestasi sejati adalah hasil dari integritas. Dari konsistensi antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Bila kita memperhalus kegagalan, menutupi kekurangan, memanipulasi data, kita mungkin mendapatkan tepuk tangan sesaat, tetapi cepat atau lambat, kebenaran akan menuntut pertanggungjawaban yang lebih berat.

Kejujuran bukan hanya tentang hubungan antar manusia. Ia adalah cermin tentang siapa kita. Dalam Trapsila, kejujuran adalah keputusan untuk terus-menerus memurnikan diri, menghapus ego yang ingin diterima dengan jalan pintas. Jujur berarti siap menjadi manusia seutuhnya, bukan sekadar bayang-bayang dari harapan orang lain. Itulah jalan yang berat tapi satu-satunya jalan yang layak ditempuh. Serapat apapun pencitraan dilakukan, kebiasaan buruk yang ditutupi akan muncul juga pada saatnya.

SendTweetShare
Previous Post

Logos yang Terkubur, Trapsila yang Terlupa

Next Post

Rengginang di Kaleng Biskuit Khong Guan

Amien Subhan

Amien Subhan

Related Posts

Trapsila: Tata Cara, Etika dan Keadilan Menghadapi Krisis Sosial
Esensia

Trapsila: Tata Cara, Etika dan Keadilan Menghadapi Krisis Sosial

May 9, 2025
Rengginang di Kaleng Biskuit Khong Guan
Esensia

Rengginang di Kaleng Biskuit Khong Guan

May 8, 2025
Logos yang Terkubur, Trapsila yang Terlupa
Esensia

Logos yang Terkubur, Trapsila yang Terlupa

April 27, 2025
Trapsila: Dialektika, Kekuasan, dan Perjalanan Manusia Menuju Khalifah
Esensia

Trapsila: Dialektika, Kekuasan, dan Perjalanan Manusia Menuju Khalifah

April 24, 2025
Tata Laku, Tata Nurani: Trapsila dan Metodologi Etika dalam Peradaban
Esensia

Tata Laku, Tata Nurani: Trapsila dan Metodologi Etika dalam Peradaban

April 22, 2025
Pergeseran arah panggung Kenduri Cinta
Esensia

Pergeseran arah panggung Kenduri Cinta

April 14, 2025

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta