Seluruh proses melibatkan anak-anak itu menyerap perhatian semua hadirin dan menggelembungkan rasa kasih sayang dari dalam diri kaum dewasa dan tua itu dua kali lipat dibanding kalau fokus interaksinya adalah antara saya dengan mereka sendiri. Anak-anak yang tampil spontan biasanya antara kelas 2-6 SD atau 1-2 SMP. Tentu kami berkenalan, saya bertanya kepada sejumlah anak secara berurutan, dan setiap jawaban mereka selalu menggembirakan seluruh hadirin, karena selalu lucu, segar dan mengharukan.
Banyak anak yang tidak tahu nama lengkap Ibunya atau apa pekerjaan Bapaknya. Rata-rata tidak tahu nama Kakek Neneknya, apalagi Buyut atau Canggahnya. Padahal misalnya dalam budaya Jawa ada sebutan nasab ke belakang dan ke depan sampai 18 tingkat: ada Mbah Wareng, Galih Asem, Debog Bosok, Gantung Siwur, Goprak Sente – yang semua sangat mencerminkan konsep kesadaran sejarah peradaban masyarakatnya, keluasan dan kedalamannya.