Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Mukadimah

Mukadimah: MAIYAH PENANGKAL PETIR

Redaksi Kenduri Cinta by Redaksi Kenduri Cinta
January 19, 2022
in Mukadimah
Reading Time: 3 mins read
poster kenduri cinta maiyah penagkal petir

MEMASUKI tahun 2022, setelah melewati masa hibernasi selama dua tahun, Kenduri Cinta kembali diselenggarakan. Tentu saja dengan menyesuaikan situasi dan kondisi terkini. Keterbatasan yang ada bukan menjadi sebuah halangan, justru menjadi sumber kreatifitas untuk terus diolah, sehingga menemukan ketepatan langkah dan posisi.

Padhangmbulan, embrio dari Maiyah sudah berlangsung hampir 30 tahun. Kenduri Cinta sendiri akan memasuki tahun ke-22. Sebagai laboratorium ilmu kehidupan, baik Padhangmbulan, Kenduri Cinta dan juga Simpul Maiyah lainnya adalah sebuah pohon rindang yang menjadi tempat berteduh bagi kita. Tak terhitung sudah berapa banyak khasanah keilmuan yang kita dapatkan di Maiyah, yang kemudian kita jadikan pijakan hidup.

Maiyah membangun atmosfer Sinau Bareng, sebuah sistem yang komperhensif dan lengkap. Tidak ada yang merasa menggurui dan digurui. Semua memiliki kedudukan yang sama: egaliter.

Sebagai sebuah sistem pengetahuan, Maiyah adalah sebuah lelaku ilmu yang membuat pelakunya memiliki daya tahan yang tinggi. Para salikul Maiyah mempunya kepegasan bahkan sampai pada tahap sistem kekebalan, yang sekurang-kurangnya membuat mereka tidak mudah tersambar oleh petir-petir zaman, kebusukan politik, atau masalah-masalah sosial apapun saja. Baik secara individu maupun secara kolektif dalam lingkup keluarga dan juga komunitas.

Maiyah menawarkan semacam teknologi penangkal petir. Teknologi Penangkal Petir Maiyah terdiri dari keluaran wacana, cara berfikir yang spesifik, metode ketahanan mental hingga pada tahap perbekalan spiritual seperti wirid, hizib, riyadloh dan lain sebagainya. Sehingga, para pelaku Maiyah mendapatkan keseimbangan dalam segala hal.

Maiyah, bisa dikatakan juga menggagas sikap paling radikal dan juga sekaligus melatih para pelakunya untuk berpikir liberal. Namun tetap pada pijakan keseimbangan. Dan juga, yang perlu kita ingat selalu adalah bahwa Maiyah mengajarkan satu nilai kepada kita bahwa hidup itu menanam. Entah siapa yang akan panen nantinya, tetapi apa yang kita lakukan hari ini sejatinya adalah menanam. Karena di Maiyah kita memahami bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang, hidup adalah perjuangan rakaat panjang.

Di Maiyah, kita belajar untuk membongkar cara berfikir kita, sehingga kita mampu memahami segala peristiwa sesuai dengan konteksnya, pada tahap selanjutnya kita mencapai titik yang seimbang saat berinteraksi dengan sesama manusia terlebih lagi dengan Tuhan. Salah satu modal utama kita di Maiyah adalah kesadaran.

Tidak ada yang bisa memaksa kita untuk datang ke Maiyahan, kecuali kita hadir atas kesadaran diri kita sendiri. Kita bisa berdebat panjang soal alasan yang mendasar tentang motivasi kita untuk datang ke Maiyahan. Tetapi, kita semua sepakat bahwa tidak ada seorangpun yang bisa memaksa kita untuk datang ke Maiyahan. Itulah kenapa kemudian Cak Nun memberi nama Kenduri Cinta untuk Simpul Maiyah di Jakarta. Karena kita semua datang ke Maiyahan atas dasar cinta.

Tentu saja, para pelaku Maiyah sebagai manusia biasa tidak serta-merta mulus dan lancar selalu dalam menjalani kehidupan. Meskipun sudah membekali dirinya dengan banyak hal yang didapatkan di Maiyah tersebut, sebagai manusia yang normal, pastinya sangat manusiawi jika para pelaku Maiyah juga menemukan lubang-lubang, tikungan, jalan zig-zag, tanjakan dan turunan yang curam, bahkan mungkin ada yang pernah sesekali terperosok ke jurang. Dinamika kehidupan yang dijalani justru semakin mendewasakan para pelaku Maiyah itu sendiri.

Tidak terkecuali dengan momentum hibernasi selama pandemi dua tahun terakhir. Ada banyak hal yang terjadi dan harus diadaptasi. Tidak mudah menjalani hidup di masa pandemi, karena semua lini terkena dampaknya. Namun, bukti nyata bahwa setiap dari kita, setidaknya sampai hari ini mampu untuk tetap survive, adalah satu hal yang harus kita syukuri.

Kita juga harus bersyukur, dengan bekal yang sudah kita dapatkan dari Maiyah, pada akhirnya mengantarkan kita menjadi manusia yang lebih dewasa, lebih bijaksana dan tentu menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya. Bukan untuk menyombongkan diri, melainkan dalam rangka tahadduts bi-n-ni’mah sebagai pijakan bagi kita untuk tajdiidu-n-niyaat memasuki tahun 2022 ini.

Kita semua berharap, agar di tahun 2022 ini, Kenduri Cinta dapat kembali rutin terselenggara setiap bulan, karena kita semua sudah sangat rindu, kita sudah sangat kangen satu sama lain, untuk kembali bertatap muka secara langsung. Semoga.

SendTweetShare
Previous Post

Mukadimah: AUTO-HUMAN

Next Post

Maiyah Penangkal Petir

Redaksi Kenduri Cinta

Redaksi Kenduri Cinta

Redaktur Kenduri Cinta

Related Posts

Kenduri Cinta Edisi 255 Trapsila
Mukadimah

Mukadimah: Trapsila

April 9, 2025
poster kenduri cinta puisi puasa
Mukadimah

Mukadimah: Puisi Puasa

March 12, 2025
Poster kenduri cinta 2025 estafet syukur
Mukadimah

Mukadimah: Estafet Syukur

February 10, 2025
poster kenduri cinta tanah air paradoks
Mukadimah

Mukadimah: Tanah Air Paradoks

January 9, 2025
poster kenduri cinta Frekuensi Kegembiraan
Mukadimah

Mukadimah: Frekuensi Kegembiraan

December 12, 2024
poster kenduri cinta Cakrawala Anallah
Mukadimah

Mukadimah: Cakrawala Anallah

November 16, 2024

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta