Kenduri Cinta: 25 Tahun dan Terus Berjalan
Saat masyarakat terfragmentasi menghadapi gersangnya modernitas, Maiyah menawarkan komitmen pada nilai, keberanian mencintai, dan membentuk komunitas yang kokoh.
Read moreDetailsSaat masyarakat terfragmentasi menghadapi gersangnya modernitas, Maiyah menawarkan komitmen pada nilai, keberanian mencintai, dan membentuk komunitas yang kokoh.
Read moreDetailsTARA CARA DAN PERILAKU yang mencerminkan kesadaran diri menjadi tema sentral dalam diskusi Kenduri Cinta edisi April, Jum’at 11 April 2025 pekan lalu. Dalam kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia... Selengkapnya
Hendri Satrio diberi sebuah pertanyaan oleh Hadi Aksara yang memoderasi Kenduri Cinta edisi Januari 2024 lalu. Hadi menanyakan, bagaimana menurut Hendri Satrio mengenai Kenduri Cinta sebagai sebuah forum, apakah secara... Selengkapnya
“NAMA saya Kuryoto, asli saya dari Tuban tinggal di Pasar Minggu”, Kuryoto memperkenalkan diri. Ia salah seorang jamaah Kenduri Cinta yang pada Maiyahan edisi Januari lalu ikut naik ke panggung... Selengkapnya
Dalam khazanah tradisi Jawa, angka 25 bukan disebut sebagai limanglikur tetapi selawe. Sebagaimana angka 50 bukan limangpuluh tetapi seket, dan... Selengkapnya
SEPEREMPAT abad bukan sekadar hitungan waktu. Ia adalah jejak panjang dari perjalanan spiritual, intelektual, kultural, sekaligus emosional yang dilalui dengan... Selengkapnya
Tidak seorang Nabi pun yang tidak pernah menjadi penggembala. Demikian sabda Kanjeng Nabi Muhammad dan dicatat dengan seksama secara muttafaqun... Selengkapnya
Dalam era digital hari ini, informasi mengalir seperti banjir yang tak bisa dibendung. Negara menjadi medan kebisingan, dari media sosial...
AMIEN SUBHAN, seorang karyawan IT di kawasan Pasar Baru, setiap pagi harus berhadapan dengan perjalanan kereta lebih dari sejam dari...
PADA SAAT Islam masuk ke Indonesia, kurang lebih pada abad ke-7 M sampai 13 M, tentu banyak hal yang menjadi...