Semua teman saya di bumi menyebut saya seorang Muslim. Saya tidak pernah membantah demi sopan santun dan persaudaraan. Tapi bagi saya Islam bukan identitas. Orang tidak bisa menyimpulkan kemusliman saya melalui peci, qiro’ah Qur`an dan shalawat saya, jumpa di Jum’atan atau Maiyahan di sana sini. Sebab itu semua bisa merupakan penipuan atau penyamaran. Kalau saya berbuat baik, teman-teman Budha atau Kebatinan juga bisa melakukan kebaikan yang sama dengan yang saya lakukan. Maka bisa saja disimpulkan teman itu Muslim dan saya Budhist.
Bahkan kalaupun mereka mendengar saya bersyahadat dengan suara keras, tidak serta merta merupakan tanda pasti bahwa saya Muslim. Bisa saja saya pura-pura di depan mereka. Kalau mau memperdaya, saya bisa pakai gamis dan surban, hadir di pengajian, ikut jamaah shalat di Masjid, mendaftar di organisasi atau parpol yang dikenal sebagai lembaga Islam. Tetapi di balik itu perilaku saya hewan dan nafsu saya bara api neraka.