By Saratri Wilonoyudho

Maiyahan Itu Ya “Nge-Jazz”

Di Maiyah antara syariat, hakikat, tarekat dan makrifat berada dalam kesejajaran dan saling melengkapi. Di Maiyah tidak ada keterkungkungan yang membuat jamaah menjadi jumud dan akhirnya malahan menyembah syariat itu sendiri.

Empat “Iblis”

Alhamdulillah, acara GS kali ini menunjukkan bahwa model maiyahan seperti ini adalah bentuk yang paling sesuai untuk mencerahkan semua pihak, karena dalam acara ini tidak ada guru dan murid, tidak ada kiai dan umat, dst, namun yang ada hanyalah mitra dialog sejajar yang sama-sama mencari Allah dan Rasulullah.

Urip Kudu Tenanan

Ada satu pengalaman berharga yang saya petik pasca-menyaksikan persiapan pementasan Nabi Darurat dan Rasul Ad-Hoc (NDRA) di Semarang 25 Maret lalu. Pengalaman itu ialah bahwa rumus baku untuk mendapatkan barokah dari Allah adalah bahwa amal perbuatan itu yang penting harus dilakukan dengan serius dan dalam bahasa Jawa disebut “tenanan”. Urip kudu tenanan (hidup harus serius). Serius bukan berarti tegang dan penuh tekanan, namun serius mengandung arti bahwa segala sesuatunya harus jelas arah dan tujuannya, dan semua itu ditujukan hanya kepada Allah dan bukan yang lain (ilaihi roji’un). Saya sudah pernah menyaksikan shooting film, (sebut misalnya) Sisa-sisa Laskar Pajang yang dibintangi…