KHUSUK TEMAN-TEMAN pegiat kenduri cinta menjalankan tasklist teknis persiapan kenduri cinta edisi April 2025. Sembari mempersiapkan materi judul “TRAPSILA”, pada pertemuan Reboan ceklist persiapan teknis juga disiapkan. Siapa melakukan apa, kapan dan dimana ditentukan. Hasil evaluasi Kenduri Cinta bulanan edisi-edisi sebelumnya selalu menjadi pertimbangan. Catatan-catatan yang perlu senantiasa diupayakan untuk perbaikan.
Sebagai forum terbuka yang berlokasi di Taman Ismail Marsuki, tentu penyelenggaraan acara akan berdampak pada lingkungan sekitar kenduri cinta. Selama 25 tahun rutin diselenggarakan, penyesuaian dengan perubahan mesti adaptif. Dahulu ketika awal-awal panggung kenduri cinta berada di parkir TIM pinggir jalan, jamaah yang datang masih sedikit. Sound sistem yang digunakan alakadarnya cukup sehingga ratusan yang hadirpun dapat menyimak percakapan di atas panggung. Berikutnya manakala jamaah yang hadir sudah ribuan, volume sound system perlu diperbesar supaya dapat jelas menjangkau pendengaran jamaah yang berada hingga pojok-pojok lapangan parkir TIM.
Tidak hanya pegiat Kenduri Cinta sahaja yang aktif dalam penyelenggaraan acara. Ribuan masyarakat yang berkumpul menjadi market yang potensial bagi pedagang tiban untuk menjajakan kopi, berbagai minuman dan makan. Akamsi, anak kampung sini di sekitar cikini turut telibat untuk menata parkir kendaraan jamaah yang hadir. “Parkir Cak Nun, parkir Cak Nun” teriak mereka menghalau setiap kendaraan yang lewat jalan depan TIM. Kemacetan sering tidak terhidarkan ketika berlangsungnya acara. Wajar, banyak yang kemudian tidak sengaja lewat lantas tertarik untuk turut mengikuti acara. Diperjalankan.
Tentu situasinya sangat berbeda dengan situasi penyelenggaraan saat ini. Perubahan penataan ruang Taman Ismail Marzuki mengharuskan lokasi penyelenggaraan kenduri cinta mesti berada di dalam, di pelataran Teater Besar atau Teater Kecil. Lahan parkir TIM yang dulu digunakan sebagai open space kini sudah tidak ada lagi. Penataan parkir dikelola oleh pengelola parkir yang profesional dengan pengeloaan yang modern. Dengan penataan ruang yang terjadi saat ini, jumlah orang-orang yang tidak sengaja turut mengikuti Kenduri Cinta semakin berkurang. Jamaah yang hadir perlu tahu jadwal penyelenggaraan dan mempersiapkan bekal selama mengikuti acara karena pedagang keliling di lokasi tidak ada lagi.
Perubahan lingkungan sekitar Taman Ismail Marzuki pun terjadi dan Kenduri Cinta mesti mampu beradaptasi. Gedung-gedung apartmen yang menjulang berbatasan langsung dengan TIM bukanlah banguan kosong tak berpenghuni. Kemeriahan acara menggembirakan siapapun yang hadir sepanjang acara, dari sore hingga larut malam menjelang pagi. Kekhusukan mendengarkan materi yang disampaikan para pembicara, gelak tawa yang menimpali candaan mereka dan nyayian harmoni yang meriah menggugah, ternyata tidak lantas membuat semua orang bergembira. Suara dari sound system yang mengikuti arah panggung menghadap ke bangunan apartemen menghasilkan koplain dari penghuni apartemen yang merasa terganggu dengan suara acara. Tentu ini tidak sengaja untuk mengganggu dan arah panggung memang sudah lama seperti itu, bahkan saat bangunan apartmen itu masih dibangun dan lama sejak sudah berdiri. Pastinya tidak langsung berpenghuni, karena komplain dari penghuni atas suara yang dihasilkan acara juga belum lama ini terjadi.
Hari Kamis sebelum Kenduri Cinta edisi April 2025 arah panggung yang sedang didirikan begeser. Tidak lagi mengarah ke kemapanan apartemen dan semoga tidak lagi mengganggu nyenyak tidur mereka para penghuni. Suara mas Sabrang, mas Bagus, bang Hensa, pak Ian, suara pembicara dan sajian musik dari panggung Kenduri Cinta Jumat malam hingga Sabtu pagi 11-12 April 2025 kini mengarah ke taman belakang. Mengarah ke pepohonan yang di tengah gelap langit tetap tumbuh, bersama tumbuhnya optimisme setiap diri Jamaah di tengah segala pesimis atas keadaan.