Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Esensia

Antara Radikal, Moderat, dan Liberal: Maiyah Ada di Mana?

Alfa Syaifullah by Alfa Syaifullah
May 22, 2025
in Esensia
Reading Time: 3 mins read
Antara Radikal, Moderat, dan Liberal- Maiyah Ada di Mana?

KETIKA MENDENGAR kata “radikal,” “moderat,” dan “liberal” dalam diskursus Islam hari ini, saya selalu merasa ada yang kurang pas. Ketiga label itu memang sering dipakai untuk menggambarkan sikap seseorang terhadap agama terutama Agama Islam, tapi saya menemukan bahwa realitasnya jauh lebih kompleks. Saya pribadi merasa bahwa Maiyah, yang digagas oleh Cak Nun mengajak kita untuk keluar dari kerangkeng tiga label tersebut. Maiyah adalah sesuatu yang saya rasakan sebagai ruang yang jauh lebih luas, lebih dalam, dan lebih manusiawi.

Saya paham bahwa kata “radikal” berasal dari akar kata radix, yang berarti “akar.” Maka, menjadi radikal seharusnya dimaknai sebagai keberanian untuk menyentuh akar-akar nilai, bukan sekadar menampilkan simbol atau kekakuan dalam beragama. Namun dalam wacana publik, kata ini kerap dilekatkan pada perilaku ekstrem dan kekerasan. Penyempitan makna inilah yang membuat banyak orang keliru memahami bahwa bersikap radikal tidak sama dengan bersikap destruktif. Dalam ruang-ruang diskusi yang jernih dan mendalam seperti yang dibuka oleh Maiyah, pemaknaan radikalisme justru diarahkan pada kedalaman spiritual dan keberanian intelektual untuk mempertanyakan ulang, menafsir ulang, dan menghidupkan kembali nilai-nilai yang nyaris kehilangan ruhnya. Radikalisme—dalam makna ini—adalah keberanian untuk jujur dan jernih, bukan untuk menghukum atau menghakimi.

Di sisi lain, Maiyah juga sangat moderat, tapi bagi saya, ini bukan moderat ala politik yang sering dipertontonkan, yang kadang kompromistis dan hanya setengah hati. Saya merasa Maiyah menjalankan moderasi yang tulus, dilandasi keadilan dan keseimbangan antara hati dan akal. Pernah suatu kali Cak Nun menyampaikan, “Yang kita perlukan bukan moderat, tapi adil”. Kata-kata itu sering teringat di pikiran saya. Maiyah bukan soal memilih jalan tengah demi menghindari konflik, tapi soal bagaimana kita berdamai dalam keberagaman dengan kejujuran dan keterbukaan. Dalam Kenduri Cinta, saya merasakan suasana yang jauh dari tekanan, dimana setiap orang bebas mengungkapkan kegelisahan atau kegembiraan tanpa takut dihakimi.

Saya juga merasakan kebebasan yang diberikan Maiyah untuk berpikir dan bertanya dengan cara yang sangat berbeda dari pengertian liberalisme pada umumnya. Kebebasan di Maiyah selalu dibarengi dengan adab dan rasa hormat, serta kesadaran akan kehadiran Allah. Saya ingat Cak Nun di Mocopat Syafaat tahun 2019 mengatakan bahwa kebenaran bukanlah sesuatu yang dipaksakan, melainkan sebuah perjalanan panjang yang kita lalui bersama. Kebebasan seperti itu membuat saya merasa tenang, bukan bingung atau terombang-ambing.

Bulan Mei ini, Kenduri Cinta Kembali hadir dan mengangkat tema “Angon La Roiḇa” yang secara etimologis berarti “menggembalakan ketidakraguan”. Forum ini dihadiri oleh ribuan jamaah dari berbagai latar belakang, menciptakan atmosfer yang hangat dan penuh semangat. Di tengah suasana yang akrab namun tetap serius, hadir sejumlah tokoh pemikir dan publik figur seperti Anies Baswedan, serta influencer politik dari kanal YouTube Total Politik, yakni Arie putra dan Budi Adiputro serta Malaka Project yang diwakili oleh Cania Citta Irlanie. Tak hanya itu, sejumlah seniman juga turut ambil bagian, menjadikan forum ini kaya perspektif dan dimensi ekspresif. Kenduri Cinta malam itu menjadi ruang dimana intelektualitas bertemu kemanusiaan, dan dimana kesetiaan terhadap nilai-nilai kebersamaan tumbuh bukan dari doktrin, melainkan dari kehadiran yang tulus dan keterbukaan hati.

Di tengah dunia yang gemar memberi label radikal, moderat, liberal, Maiyah hadir sebagai jalan sunyi yang tak bisa dengan mudah dikategorikan. Ia bukan sebuah ideologi, melainkan sebuah ekosistem spiritual dan kultural yang tumbuh dari kebutuhan manusia untuk pulang ke inti kemanusiaannya. Di dalamnya, tidak ada ajakan untuk masuk ke blok mana pun, tidak ada ajaran yang membentuk barisan ideologis, tidak ada upaya untuk menggiring manusia menjadi seragam. Yang ada hanyalah ruang perjumpaan antara manusia dan dirinya sendiri, antara manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan Tuhan.

Maiyah membebaskan orang untuk berpikir, merasa, sekaligus diam dalam tafakur. Ia tidak menuntut keseragaman pemahaman, tapi mengajak kesungguhan dalam perjalanan menemukan makna. Maka jika ditanya, Maiyah itu apa? Jawabannya bukan radikal, bukan moderat, bukan pula liberal. Maiyah adalah ruang pulang bagi siapa saja yang ingin kembali kepada akar kemanusiaan dan ketuhanan, tanpa paksaan, tanpa kebencian, dan tanpa merasa paling benar.

SendTweetShare
Previous Post

Bagaimana Hari-Hari Kami Berbagi Api

Next Post

Negara Tanpa Gembala

Alfa Syaifullah

Alfa Syaifullah

Related Posts

Seperempat Abad Menyalakan Cinta
Esensia

Seperempat Abad Menyalakan Cinta

June 19, 2025
Pertumbuhan tanpa Deru
Esensia

Pertumbuhan tanpa Deru

June 18, 2025
25 Tahun Kenduri Cinta Setia Menjadi Forum yang Egaliter
Esensia

25 Tahun Kenduri Cinta: Setia Menjadi Forum yang Egaliter

June 17, 2025
Menyeberangi Bara, Membawa Damar
Esensia

Menyeberangi Bara, Membawa Damar

June 15, 2025
Setelah Raja Kesembilan Belajar dari Sahabat Mbah Nun-Romo Mani, di Tikungan Zaman
Esensia

Setelah Raja Kesembilan: Belajar dari Sahabat Mbah Nun-Romo Manu, di Tikungan Zaman

June 12, 2025
Ekologi di Era Algoritma: Mengapa Kita Peduli Hanya Pada yang Indah?
Esensia

Ekologi di Era Algoritma: Mengapa Kita Peduli Hanya Pada yang Indah?

June 11, 2025

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta