Kenduri Cinta edisi perdana di tahun 2024 benar-benar meriah. Mulai dari tema, hingga hiruk pikuk di lokasi Kenduri Cinta, sejak beberapa hari sebelum hari H, hingga menjelang sore harinya akan dilaksanakan Kenduri Cinta. Satu sebabnya: hanya dengan satu postingan saja dari Instagram dan X Kenduri Cinta. Ya, cukup satu postingan saja, menggemparkan. Sebuah postingan mengenai undangan terbuka untuk ketiga Calon Presiden agar hadir di Kenduri Cinta. Yang pada akhirnya kita ketahui, tidak ada satupun dari tiga kandidat Calon Presiden itu hadir di Kenduri Cinta.
Sejak beberapa hari terakhir, terpantau di media sosial banyak Netizen yang selalu mention akun-akun resmi Calon Presiden untuk mengingatan mereka agar bersedia datang di Kenduri Cinta. Tidak sedikit pula mereka yang mencoba menghubungi tim sukses dari masing-masing kandidat agar ikut mengupayakan kehadiran mereka di Kenduri Cinta. Tentu bukanlah sebuah momen yang sulit tercapai. Kenduri Cinta sebagai salah satu forum Maiyah di Jakarta, sangat mudah diakses lokasinya.
Taman Ismail Marzuki berada di pusat kota Jakarta, tidak terlalu jauh dari Tugu Monas dan Istana Negara bahkan. Sangat mungkin bagi ketiga kandidat untuk hadir dan bertemu dengan jamaah Kenduri Cinta di forum ini. Ketidakhadiran ketiga Calon Presiden pun tidak lantas membuat forum Kenduri Cinta tidak terselenggara. Nyatanya, forum ini justru berlangsung sangat meriah, menggembirakan, penuh kebahagiaan.
Selepas Isya’, Munajat Maiyah dilantunkan setelah diawali dengan tadarrus Al Qur’an. Sejalan kemudian, sesi mukadimah pun digelar. Sesi awal sebagai lambaran diskusi di Kenduri Cinta. Tema “PODIUM 2024” memang sangat politis. Tahun 2024 menjadi tahun yang penting bagi alam demokrasi di Indonesia. Di tahun ini, akan berlangsung suksesi kepemimpinan, yang akan menentukan kemana arah bangsa ini akan dibawa oleh Presiden berikutnya.
Kenduri Cinta edisi Januari 2024 sendiri adalah Kenduri Cinta edisi ke-240. Forum yang sudah berlangsung sejak tahun 2000, kini memasuki perjalanan di tahun ke-24. Sebagai sebuah forum rakyat, Kenduri Cinta mengusung forum yang egaliter. Maka, panggung-nya pun tidak tinggi, sangat rendah. Bahkan seorang reporter stasiun TV yang sempat meliput persiapan Kenduri Cinta edisi Januari ini menyampaikan panggung Kenduri Cinta adalah panggung yang mungil.
Egaliter. Selain panggung yang tidak terlalu tinggi, jarak antara panggung dengan audiens pun tidak berjauhan. Bahkan sangat dekat. Sebuah tata letak forum yang sangat akrab. Sekaligus, sebagai forum terbuka, di Kenduri Cinta jika ada yang tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh narasumber di panggung, boleh langsung dibantah. Argumen-argumen yang muncul di Kenduri Cinta bukan dimunculkan untuk siapa menang atau siapa kalah. Kita semua sinau bareng di forum ini. Semua saling melengkapi. Dan juga, tidak baper jika pendapatnya ada yang tidak setuju.
Tinggal sebulan lagi, bangsa Indonesia akan menentukan pilihannya melalui Pemilihan Umum. Bulan lalu, Sabrang sudah menegaskan kepada jamaah di Kenduri Cinta agar tidak menjual murah suaranya saat datang ke TPS nanti. Kita harus memiliki kesadaran untuk menentukan kriteria siapa yang pantas untuk kita pilih. Mbah Nun sendiri sejak lama sudah mengingatkan kepada kita agar: ojo gumunan, ojo kagetan. Jangan mudah kagum, dan jangan mudah kaget.
Kenapa Kenduri Cinta berani mengundang secara terbuka kepada 3 Calon Presiden untuk hadir di Kenduri Cinta? Karena memang kita yakin bahwa kita memiliki forum yang sangat ideal bagi mereka untuk datang, duduk bersama, mendengarkan rakyatnya, mengenali rakyatnya, sehingga rakyat juga memahami apa sebenarnya gagasan serta visi misi yang mereka bawa. Mereka bertiga adalah putera terbaik bangsa Indonesia. Mereka memiliki keberanian untuk mencalonkan dirinya menjadi Calon Presiden di Indonesia.
Meskipun juga, kita menyadari akan ada konsekuensi jika mereka datang ke Kenduri Cinta. Akan ada protokoler yang ketat. Karena meskipun mereka masih Calon Presiden, namun Negara wajib menjamin keamanan mereka. Sehingga protokoler keamanan Negara pun dilibatkan untuk mengamankan mereka. Yang pasti, kita memiliki niat baik untuk mempertemukan mereka dalam satu forum yang penuh kegembiraan, penuh kebahagiaan. Tujuan kita adalah untuk meredakan situasi politik yang akhir-akhir ini cukup panas. Debat resmi edisi ketiga yang dihelat oleh KPU sudah selesai minggu lalu, tetapi justru perdebatan setelah debat resmi itu yang sampai hari ini belum juga selesai.
Sebagai Orang Maiyah, kita memiliki kesadaran untuk mencoba ikut andil dalam menteralisir keadaan. Meskipun menjadi hal yang mustahil akan terwujud. Karena dalam kompetisi sesportif apapun, ketika pertandingan berlangsung, dinamika gesekan antar kontestan yang bertanding tidak akan terelakan.
Saat membuka sesi utama diskusi Kenduri Cinta kemarin, Hadi menyapa jamaah; “Kecelik ya?”, disambut tawa jamaah. Sudah paham kemana arah pantikannya. Memang sepertinya banyak jamaah yang datang malam itu ke Kenduri Cinta karena kecelik, berharap ada Calon Presiden yang hadir di Kenduri Cinta. Apalagi sempat ada salah satu stasiun TV yang meliput persiapan Kenduri Cinta sore harinya.
Sabrang yang baru mendarat dari Malaysia, karena malam sebelumnya bersama Letto baru menggelar konser 20 tahun perjalanan Letto di Kuala Lumpur, malam itu pun menyampaikan, tertipu itu hal yang biasa. “Tertipu ya? Kena Prank ya?”, lagi-lagi disambut tawa jamaah. Di Kenduri Cinta kita sangat terlatih untuk menertawakan kebodohan kita sendiri. Kita sangat terbiasa untuk menertawakan aib kita sendiri. Apalagi hanya soal kecelik karena ternyata Calon Presiden yang diundang tidak hadir. Menertawakan keceliknya diri kita sendiri tentu sah-sah saja bukan?
“Kenduri Cinta bulan lalu kita rilis sebuah statement, bahwa panggung KC ini terbuka untuk siapa saja. Monggo, datang ke sini, tunjukkan dirimu. Kenduri Cinta, Maiyah dari dulu itu memang forum terbuka. Kita mau mendengarkan siapa saja”, lanjut Sabrang.
“Ada beberapa kemungkinan bahwa mereka tidak datang, tentu saja kemungkinan teknis dan seterusnya. Yang lainnya adalah, kemungkinan paling buruk bahwa Anda memang tidak dianggap penting oleh mereka. Kemungkinan terburuk lho, saya nggak ngomong satu-satunya kemungkinan. Kemungkinan terburuk, Anda memang tidak dianggap penting”, lanjut Sabrang.
“Kemungkinan yang lain, jangan-jangan malah nanti akan terjadi keributan yang tidak bisa dikontrol. Nanti malah sikut-sikutan, ada pendukung A dan pendukung B. Ada banyak kemungkinan”, ungkap Sabrang.
Maiyah, sebagai sebuah forum memiliki kedaulatan. Begitu juga para pelakunya. Kita semua di Maiyah berdaulat. Mbah Nun sejak dulu menanamkan pentingnya diri kita untuk berdaulat. Dalam video sikap Komunitas Kenduri Cinta untuk 2024 terdapat kalimat mensedekahkan suara untuk salah satu kandidat. Menurut Sabrang, makna implisitnya adalah bahwa kita sebenarnya tidak memikirkan secara penting mengenai pemilu. Dasarnya adalah kita memiliki niat memberikan suara kita untuk disedekahkan saat Pemilu nanti.
Selama ini, jangan-jangan kita memlilih Calon Presiden atau Calon Legislatif itu seperti berjudi. Kita tidak mengenal siapa yang kita pilih, kita tidak mengetahui apa gagasan yang dia bawa sehingga layak untuk kita pilih. Yang kita lakukan hanya melewatkan begitu saja Pemilihan Umum. Atau bahkan mungkin yang sangat pragmatis, kita memilih kandidat yang memberi kita amplop serangan fajar.
Maka, ayo pelajari janji-janji mereka. Kita kejar apa saja visi misi mereka. Apa gagasan mereka, sehingga kemudian kita memiliki kriteria yang tepat dan pantas untuk dijadikan alasan memilih salah satu kandidat.
Kembali mengenai ketidakhadiran Calon Presiden yang sudah kita undang tadi. Kalau kita berprasangka baik, mungkin mereka juga berfikir di internal mereka; Jangan-jangan saya akan dijebak di forum itu. Jangan-jangan forum itu adalah jamaahnya mendukung kandidat X. Jangan-jangan saya akan dihakimi di forum itu. “Maiyah ini adalah sebuah panggung tanpa script, yang pertanyaan-pertanyaannya tidak diambil dari dalam fish bowl. Pertanyaan teman-teman di maiyah ini bisa sangat liar”, lanjut Sabrang.
“Tapi pada kesadaran tertentu, kita sadar bahwa kita sama-sama Indonesia dan ada yang kita pegang bersama kita perjuangkan bersama. Sebenarnya kalau saya boleh ngomong saya berharap tiga kandidat itu datang ke sini dan merasakan suasana di mana perbedaan itu bukanlah pertarungan untuk saling menjatuhkan, tapi sama-sama ditertawakan. Ditertawakan bukan dalam rangka merendahkan”, ungkap Sabrang.
Menurut Sabrang, menertawakan itu adalah contoh berpelukan yang berbeda. Sabrang mencontohkan ketika salah satu Bapak dari personel Letto meninggal dunia, kemudian semua personel Letto mengantarkan jenazah ke pemakaman. Sepulang dari pemakaman, ada salah satu yang berkelakar memanggil salah satu teman yang baru saja kehilangan Bapaknya; “Hei, Tim, Yatim…”. Itu hal yang biasa, itu cara berpelukan, cara bermesaraan yang berbeda.
Kembali ke tema awal, Sabrang menegaskan bahwa salah satu hal yang menurutnya paling penting untuk dijaga dalam komunikasi kita sehari-hari adalah cara berpelukan, cara bertawa kita. Kita selalu membincangkan ilmu di Maiyah dengan penuh kebahagiaan, dengan penuh kemesaraan. Perbedaan pendapat, kalau diimbangi dengan guyon kemesraan, itu nggak masalah. Kita semua pernah berbeda pendapat dengan teman kita, bukan? Dan apakah akibat perbedaan pendapat itu menyebabkan kita kemudian tidak berteman?
“Saya membayangkan bahwa dalam debat Calon Presiden itu ada guyon-guyonnya. Kan asyik tuh. Maksudnya, ada suasana berbeda dalam kompetisi. Kompetisi itu tidak harus saling menjatuhkan. Kompetisi tidak harus saling menjelekkan. Kompetisii bisa tidak menertawakan satu sama lain, tetapi tertawa bersama-sama”, lanjut Sabrang.
“Nah, kalau akhirnya tidak ada kandidat yang datang ke Kenduri Cinta, mari kita tertawakan bersama-sama. Tapi minimal harapan saya, ini pasti tidak mungkin dari ketiga kandidat itu tidak mengirim mata-matanya kesini. Tidak mungkin. Pasti ada yang menonton, kemudian menyimak apa yang akan dibicarakan di forum ini”, ungkap Sabrang.
“Pemilihan Umum ini adalah sebuah permainan yang memang harus kita lakukan. Hidup itu senda gurau, hidup itu permainan tapi kita harus sungguh-sungguh melakukan. Sungguh-sungguh melakukan, jangan lupa ketawa juga. Serius itu harus gak boleh ketawa loh, betul gak? Anda kalau sama bosmu yang tegas, lurus, tapi juga gampang tersenyum kan lebih dekat. Karena ada koneksi manusianya, ada koneksi tertawanya, dan seterusnya. Mari kita tertawakan ini semua dalam tanda petik, menertawakan sebagai berpelukan. Bukan menertawakan sebagai merendahkan”, pungkas Sabrang.
Bergabung di Kenduri Cinta malam itu juga Ismail Fahmi, founder dari Drone Emprit. Sebuah tools yang selalu ia gunakan untuk menganalisa percakapan di media sosial, dan cukup sering ia merilis hasil analisa keriuhan percakapan di media sosial, tentang sesuatu hal yang sedang menjadi trending topic.
“Drone Emprit itu awalnya, ketika saya kuliah di Belanda, saya belajar komputasi linguistik. Setelah saya kembali ke Indonesia, saya ingin menciptakan sebuah alat yang bisa memahami percakapan di media sosial. Saya ingin alat itu bisa memetakan sentiment positif maupun negatif dari sebuah percakapan”, Ismail Fahmi sedikit memperkenalkan awal mula ia menciptakan Drone Emprit di tahun 2016.
Dijelaskan oleh Ismail Fahmi, memang saat ini media sosial begitu banyak bot-bot atau akun-akun anonim yang digerakkan oleh robot. Ternyata, mobilisasi akun-akun di media sosial itu cukup efektif untuk menggiring opini di media sosial. Dan ternyata, pengerahan massa di media sosial pun sangat efektif untuk mempengaruhi sebaran informasi itu. “Saya enggak tahu apakah ini akan nyambung dengan hasil survey dan juga elektabilitas”, lanjut Ismail Fahmi.
Ada satu case yang dijadikan contoh bagi Ismail Fahmi, ketika salah satu anaknya mendapatkan sebuah informasi di TikTok, yang setelah ditelusuri itu adalah informasi lama dan ternyata adalah sebuah hoax. “Saya berfikir, kenapa bisa begitu? Informasi sudah jelas salah, dan sudah disebar di salah satu platform, ternyata di platform lain tidak tersebar. Karena tidak ada informasi pembanding, karena di situ informasi yang salah dibombardir terus-menerus, sehingga orang tidak bisa melihat. Ke kiri, ke kanan, ke depan, informasinya salah semua”, lanjut Ismail Fahmi.
Di UK, di Oxford University, setiap tahun merilis laporan cyber trrop and computational propaganda. Jadi, memang ada sebuah alat yang mampu mengelola ribuan akun di media sosial untuk kemudian dikerahkan menggiring opini di media sosial. Maka tidak heran jika kita saat scroll timeline di X misalnya, trending topic-nya selalu berubah hampir setiap jam.
Case lain yang dijadikan contoh oleh Ismail Fahmi, saat pandemic Covid 19 tahun lalu, Bapaknya mendapat kiriman video yang sudah diteruskan berkali-kali di WhatasApp. Sebuah video yang menginformasikan bahwa covid itu sebenarnya tidak ada. Yang dilakukan oleh Ismail Fahmi adalah ia mencoba tidak menjadi dirinya, namun menjadi orang awam yang baru menonton video tersebut. Yang terjadi kemudian adalah, di alam pikirannya ketika daya kritis itu dihilangkan, ia merasa percaya dengan propaganda di video itu bahwa covid itu tidak ada. Baginya, itu adalah sesuatu yang mengerikan. Sebuah video dipotong-potong, mampu memanipulasi pikiran, yang kemudian orang yang menonton video itu menjadi percaya atas informasi yang disampaikan melalui video itu. Hal yang sama sangat banyak terjadi akhir-akhir ini. Begitu banyak konten video dengan tema politik yang tujuannya untuk mempengaruhi publik yang mengakses media sosial.
“Jadi saya merasa akhirnya, betapa manusia itu bisa sangat lemah di depan informasi yang ada di internet ini. Ketika dia tidak punya daya kritis, dan untuk mau memiliki daya kritis kita butuh niat dan kekuatan yang luar biasa besar. Kalau tidak, ya sudah, jadi bot itu tadi”, pungkas Ismail Fahmi.
Sabrang kemudian merespons paparan Ismail Fahmi tadi. “Yang tidak mudah dipengaruhi adalah orang yang kritis. Jadi mungkin Anda (jamaah KC) dianggap cukup kritis mungkin oleh para Capres, sehingga Anda dianggap tidak efektif secara finansial bagi mereka untuk datang kesini. Dari tadi kita mengumpulkan teori ya, belum ada yang benar, belum ada yang salah. Nyambungnya itu tadi, Simbah mengajak kita berpikir kritis untuk berdaulat”, ungkap Sabrang.
Forum Kenduri Cinta ini sudah berlangsung selama 24 tahun. Secara swadaya, tanpa sponsor, tanpa harus meminta dana CSR ke perusahaan-perusahaan besar. Kita semua yang datang ke Kenduri Cinta juga datang atas kemauan sendiri, membawa bekal sendiri. Bahkan ada yang mengajak serta anak-anaknya yang masih balita. Forum rakyat yang ala kadarnya. Namun kita disini sanggup bermesraan satu sama lain.
Bersambung…