Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Mukadimah

Mukadimah: Frekuensi Kegembiraan

Redaksi Kenduri Cinta by Redaksi Kenduri Cinta
December 12, 2024
in Mukadimah
Reading Time: 4 mins read
poster kenduri cinta Frekuensi Kegembiraan

Hanya jika sefrekuensi, gelombang radio yang dipancarkan dapat ditangkap oleh penerima dengan baik. Geser sedikit saja, akan berpotensi noise, bahkan bisa jadi tidak sambung. Getaran gelombang yang sefrekuensi akan saling menguatkan dalam proses transmisinya dan akan terus meluas jika terus-menerus penghantaran gelombang itu terpelihara.

Menggunakan analogi yang semoga mendekati, Maiyah juga merupakan getaran dan gelombang yang frekuensinya ditransmisikan oleh Cak Nun. Entah bagaimana dahulu beliau bisa menangkap gelombang itu, yang pasti hingga saat ini, getaran Maiyah masih teresonansi pada orang-orang yang bergembira turut meresonansikan kegembiraan yang Cak Nun getarkan. Dengan beragam ekspresi individu dalam aktivitas keseharian, maupun dengan cara berkelompok seperti forum mingguan Reboan, maupun forum Kenduri Cinta pada setiap bulan.

Frekuensi, dalam ilmu fisika, adalah jumlah gelombang yang melewati titik tertentu dalam satuan waktu. Istilah ini sering digunakan untuk membahas berbagai jenis gelombang, baik yang bersifat elektromagnetik maupun yang bersifat mekanik. Hal serupa dengan bagaimana orang-orang Maiyah kemudian turut menjadi delegasi di dalam meneruskan komitmen, kebersamaan dan bersungguh-sungguh dalam menjalani proses hidupnya. Sesekali berkumpul, bahkan ada yang kemudian menjadikannya sebagai rutinitas mingguan, bulanan atau menggunakan satuan waktu lainnya. Jika sefrekuensi dan komitmen itu dirasa bermanfaat bagi individu-individu yang ada di dalamnya, maka akan teruslah berlangsung forum itu. Bahkan bagaimanapun cara diusahakan untuk terus berlangsung. Untuk itu, khusus di Kenduri Cinta, ada semacam kesepakatan yang tidak tertulis, bahwa berkumpul di sini dalam rangka berbagi kegembiraan, bukan sekadar cangkruk, ngopi-ngopi, haha-hihi, apalagi bersaing adu penderitaan.

Di penghujung tahun ini, Kenduri Cinta akan belajar mengeksplorasi mengenai dua tema besar, yaitu frekuensi dan kegembiraan. Kenapa tema ini menjadi penting bagi Kenduri Cinta, karena berkaca pada zaman Rasulullah, bahwa tahun-tahun duka itu pasti akan berlalu. Dan juga menjawab atas nikmat Allah pada Surat Al Insyirah  ayat 5: “Fa inna ma’al-‘Usri Yusrâ”, bersama dengan kesulitan, selalu ada kemudahan.

Pada edisi akhir tahun 2024, Kenduri Cinta akan melakukan eksplorasi dan belajar dari frekuensi. Bedanya dengan kelas fisika biasa, bahasan ilmiah mengenai frekuensi tentu sangat mungkin ada, tapi tak terbatas itu saja. Karena Maiyah adalah tentang tadabbur. Metodologinya unik. Tadabbur bukan belajar tentang, namun belajar dari.

Konsep frekuensi dalam jagad tadabbur sangat related dengan dinamika kehidupan manusia. Dalam kehidupan, emosi dan pengalaman bergerak seperti gelombang longitudinal, kadang di atas dan terkadang di bawah. Naik, turun dan berubah dengan ritme yang unik, bagaikan aliran. Kegembiraan dan kesedihan adalah dua amplitudo polaritas perasaan yang terus bergerak naik turun dalam kehidupan insani. Emosi ini seperti gelombang yang saling bertautan, berkejaran, menggelora dan membuncah, mengalir tanpa henti, membentuk pola yang di saat yang sama tidak dapat diprediksi.

Frekuensi juga tentang rasa. Ketika sekumpulan orang mengalami perasaan yang sefrekuensi, baik itu kebahagiaan atau kesedihan, gelombang emosi mereka akan saling memperkuat. Inilah yang disebut resonansi emosi, yang menciptakan energi kolektif dalam kelompok manusia. Resonansi ini dapat kita lihat dalam berbagai situasi, misal ketika sekelompok orang merayakan kemenangan bersama, mereka merasakan kebahagiaan yang berlipat ganda. Sebaliknya, dalam momen duka, empati dan kesedihan bersama, seringkali mempererat hubungan emosional antar individu.

Kegembiraan dan frekuensi mempunyai satu persamaan dasar, yaitu mengisi ruang-ruang terbuka. Maka dalam hal ini, ruang terbuka yang bernama Kenduri Cinta itu harus dapat memberi kegembiraan. Dalam berbagai kesempatan, Kenduri Cinta memberikan pengetahuan tentang pondasi dasar: menjalani, belajar dan bergembira. Oleh karenanya, “aliran” itu kita senantiasa manfaatkan menjadi energi kegembiraan yang lebih luas. Dan itu adalah salah satu value Maiyah.

Apa jadinya jika di tengah luapan kegembiraan pesta pernikahan, lantas ada satu individu di tengah situasi itu yang mendapat musibah? Resultannya bisa macam-macam, tergantung magnitudo (baca: besarnya pengaruh) dari si sosok yang menjadi pengecualian itu. Jika ia memiliki bobot yang signifikan bagi situasi itu, maka gelombang dan frekuensi akan terdampak. Jika tidak, bisa jadi pesta hanya akan terhenti sejenak, lalu lanjut kembali seolah tak terjadi apa-apa.

Begitu juga dengan hiruk-pikuk politik nasional hari ini. Begitu riuh dan semarak, pesta demokrasi masih terus berlangsung, kekuasaan oligarki memanfaatkan panggungnya, sejenak ada pengalihan isu remeh, namun bisa menjadi perbincangan banyak orang dan viral, namun itu juga hanya sesaat saja. Karena fitrahnya manusia Indonesia memang bergembira. Hanya sebentar saja meluapkan kemarahan, sesaat kemudian mampu menemukan kembali kegembiraannya yang lain.

Frekuensi, amplitudo, magnitudo, adalah triangulasi dari realita kehidupan itu sendiri. Nilai seorang hamba seringkali ditentukan pada frekuensi dimana ia tune in, seberapa besar rentang amplitudonya (baca: syukur dan sabar-nya) dan seberapa besar magnitudonya dalam medan energi yang mengitarinya.

Frekuensi adalah “gema” peristiwa kolosal penciptaan semesta oleh-Nya. Jadi frekuensi itu sendiri adalah selebrasi penciptaan. Selebrasi kehidupan. Dan yang terpenting, selebrasi kegembiraan dalam perjalanan kembali pada-Nya. Frekuensi adalah tentang gembira kita, gembiraku, gembiramu, dan gembira-Nya. Dalam haflah Kenduri Cinta dari rutinan setiap bulan hingga setiap aktivitas keseharian.

Kenduri Cinta akan menutup tahun 2024 ini dengan tema yang bernuansakan kegembiraan. Mari berkumpul bersama di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.

SendTweetShare
Previous Post

Cakrawala Anallah, Menyibak Tabir Mengenal Diri

Next Post

Frekuensi Kegembiraan: Resonansi yang Membahagiakan

Redaksi Kenduri Cinta

Redaksi Kenduri Cinta

Redaktur Kenduri Cinta

Related Posts

Mukadimah: Angon Laa Roiba
Mukadimah

Mukadimah: Angon Laa Roiba

May 13, 2025
Kenduri Cinta Edisi 255 Trapsila
Mukadimah

Mukadimah: Trapsila

April 9, 2025
poster kenduri cinta puisi puasa
Mukadimah

Mukadimah: Puisi Puasa

March 12, 2025
Poster kenduri cinta 2025 estafet syukur
Mukadimah

Mukadimah: Estafet Syukur

February 10, 2025
poster kenduri cinta tanah air paradoks
Mukadimah

Mukadimah: Tanah Air Paradoks

January 9, 2025
poster kenduri cinta Cakrawala Anallah
Mukadimah

Mukadimah: Cakrawala Anallah

November 16, 2024

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Jadwal
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta