PENGETAHUAN, kekayaan, kepercayaan diri, dan hubungan membutuhkan waktu untuk tumbuh. Mereka tumbuh secara perlahan. Semua yang tumbuh secara perlahan dan konsisten akan tumbuh secara kuat dan adaptif—tidak rentan terhadap perubahan.
Bagi yang sudah memiliki anak, tentu bisa merasakan apa yang saya utarakan. Melihat anak tumbuh secara perlahan adalah sebuah anugerah. Dulu, saya sering mendengar pernyataan, “Cepat besar ya, anakku, biar kita bisa main sepak bola bersama,” tetapi setelah saya sadar tentang pentingnya pertumbuhan perlahan, saya akhirnya berkata, “Hiduplah dan nikmati hidupmu, Nak, tumbuh apa adanya saja.” Walaupun saya sering berkata seperti itu kepada anak saya—meskipun anak saya tidak memahami apa yang saya katakan—tanpa disadari, anak saya “tiba-tiba” sudah besar. Hal yang biasanya kita inginkan untuk segera cepat, ternyata tanpa perlu kita inginkan, akan bergerak cepat juga.
Ya, membesarkan anak adalah contoh konkret bahwa hal-hal paling berharga dalam hidup berkembang seiring waktu. Kita tidak bisa menuntut anak kita untuk segera besar, karena jika kita salah langkah, kita bisa menciderai kehidupan mereka. Anak memiliki waktu dan perjuangannya masing-masing. Kita harus pintar memahami hal tersebut dan tidak boleh salah mendidik.
Sebagai contoh, pendidikan karakter. Yang saya tahu, kita terobsesi supaya anak kita sudah bisa membaca dan menulis di usia yang masih kecil. Di Jepang, para orang tua lebih khawatir jika anak mereka tidak bisa antre dan bersikap sopan daripada tidak bisa membaca dan menulis. Menurut saya, ini brilian, ternyata pendidikan karakter bukanlah hal yang mudah dilakukan. Kita di dunia profesional pasti sudah tahu, memperbaiki karakter seseorang jauh lebih sulit daripada meningkatkan kemampuan hard skill-nya. Masa anak-anak adalah masa di mana mereka harus lebih mengenal manusia daripada ilmu pengetahuan.
Tetapi karena mungkin kita takut anak kita nanti tidak berprestasi dan tidak mendapatkan karier yang bagus—karena tidak pintar—kita cenderung memfokuskan pendidikan pada baca-tulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Kita lupa bahwa kita lebih bahagia saat anak kita bersikap sopan kepada kita—para orang tua—daripada bersikap tidak sopan, tetapi menjadi anak yang berprestasi.
Di sinilah pemahaman kita diperlukan. Pemahaman tentang bagaimana cara agar hal-hal yang berarti dalam diri kita—anak, karier, kesehatan, hubungan—bisa “tumbuh secara sempurna”. Tidak ada yang sempurna, tetapi setidaknya kita tahu idealnya karier itu seperti apa, idealnya kesehatan di usia 10, 20, 30, 40, dan seterusnya itu seperti apa, pernikahan yang sehat itu seperti apa, anak yang tumbuh dengan baik itu seperti apa. Saya yakin fast growth bukan salah satu parameternya.
Fast growth sebaiknya tidak dijadikan tujuan, tetapi jadikan itu efek samping saja. Misal, kita adalah perusahaan inovasi yang menemukan cara untuk mengolah sampah lebih baik. Ternyata permintaan dari pelanggan sangat besar, mungkin karena sampah sudah menumpuk di mana-mana dan menjadi masalah nasional yang memperburuk kesehatan manusia. Di negara mana pun, ternyata masalahnya sama, dan solusi yang kita tawarkan adalah yang paling efektif. Mau tidak mau, kita harus tancap gas agar solusi kita bisa diterapkan secara masif, dan produk kita harus diproduksi secara massal. Akhirnya, kita berpacu dengan waktu. Maka, fast growth adalah solusi. Tetapi jika kita hanya memfokuskan pada fast growth, seperti yang saya katakan tadi, jika fast growth hanya sekadar fast growth, apa bedanya dengan kanker?
Ada hal menarik yang saya temukan jika apa yang kita lakukan tidak mengalami fast growth. Misalnya, kita menulis, tetapi setelah menulis ratusan tulisan, tulisan kita tetap sepi pembaca. Maka kita akan mengikuti tren, menulis dengan tema penulisan yang paling ramai pembaca. Misal tentang mencari uang secara online atau cara menjadi sukses sebagai penulis. Ternyata, saat kita menulis tema itu, tetap saja tidak ada yang membaca. Maka, sampai titik tertentu, kita akan berpikir, “Bodo amat. Terserah, saya akan menulis apa yang ingin saya tulis.” Uniknya, jika kita memiliki pola pikir seperti itu, biasanya tulisan kita akan lebih “terasa”, karena ditulis dari hati. Arti menulis dari hati di sini jangan dibayangkan sesuatu yang seram. Intinya, jika kita ingin menulis dari pengalaman pribadi—tentu dengan kualitas penulisan yang baik, bukan sekadar curhatan tanpa arah—maka biasanya pembaca akan bisa merasakan apa yang kita rasakan. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Itu keunikan manusia. Kita bisa merasakan apa yang orang lain rasakan tanpa perlu melihat orangnya secara langsung.
Hal menarik lainnya adalah tentang kebijaksanaan. Orang yang tumbuh secara perlahan akan memiliki kebijaksanaan yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tumbuh secara cepat. Orang yang tumbuh secara perlahan biasanya memiliki kesabaran yang lebih tinggi. Butuh kesabaran yang tinggi untuk tetap disiplin dan konsisten walaupun pekerjaannya tidak tumbuh secara cepat. Orang-orang seperti itu juga biasanya berpikir lebih adaptif—misalnya, memutar uang agar tepat sasaran, mengurangi pengeluaran, bahkan mungkin sampai pada titik terhimpit sehingga harus berutang untuk sekadar melanjutkan hidup. Saat orang-orang tersebut pada suatu momen mengalami tipping point dan pekerjaannya mengalami fast growth, mereka tidak akan kaget dan akan lebih bijaksana dalam menyikapinya—misalnya, tidak menghambur-hamburkan uang. Atau, jika bekerja dengan orang lain yang progresnya sangat lambat, orang yang tumbuh secara perlahan akan lebih berempati dan lebih sadar bagaimana menyikapinya.
Mungkin anda berpikir, saya hanya omong kosong. Tenang. Saya ada bukti konkretnya. Pada suatu momen, saya bersentuhan dengan forum Kenduri Cinta, sebuah forum Maiyah yang berlokasi di Jakarta. Forum ini telah berjalan selama 25 tahun. Jika kita cari forum Kenduri Cinta di internet, ini bukan forum yang dihadiri oleh ratusan ribu orang. Namun, forum ini tumbuh secara perlahan sejak tahun 2000, saat masih awal-awal reformasi, hingga kini. Apakah forum ini tumbuh secara konsisten? Ya. Dua puluh lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Memelihara forum ini agar tetap berjalan tanpa “keluar batas” membutuhkan komitmen, konsistensi, dan tentu saja daya juang yang tidak mudah. Saya sempat bertemu dengan para “sesepuh” penggiat forum ini, dan ternyata masalah yang dihadapi setiap generasi berbeda-beda. Jika forum ini tidak dikelola dengan baik, tidak dijaga dengan penuh kesadaran, dan keluar batas sehingga mengalami fast growth, kemungkinan besar forum ini sudah lenyap dan tidak ada lagi saat ini.
Mengapa forum ini begitu kuat dan bertahan? Karena orang-orang yang terlibat di dalamnya setia pada pertumbuhan alaminya. Seperti cerita mendidik anak yang saya ceritakan sebelumnya, orang-orang di dalamnya memahami bahwa untuk menciptakan forum yang tidak termakan zaman, kita harus tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Kita paham akan batas. Seperti yang telah disebutkan, jika kita menangani ini dengan gegabah dan hanya mementingkan fast growth, maka kanker bisa saja menggerogoti forum ini.
Silakan datang ke forum ini. Saya jamin, anda sekali saja datang ke forum ini, anda akan merasakan apa yang saya rasakan, hasil dari kesetiaan dan konsisten menjalankan forum ini selama 25 tahun.
Saat kita sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi pertumbuhan kita tetap stagnan dan lambat, biasanya akan muncul pertanyaan, “Apakah kita harus menyerah?” Jawaban singkatnya: tidak. Dunia ini terlalu luas untuk kita persempit hanya dengan solusi yang kita miliki sekarang. Saat kita sudah mencoba ratusan cara, tetapi belum berhasil, sadarilah bahwa masih ada ribuan, bahkan jutaan cara lain agar kita bisa tumbuh dengan baik.
Menyerah bukanlah pilihan. Jika kita menyerah, maka yang pasti adalah kita benar-benar tidak memiliki alasan yang kuat dan tujuan yang jelas ke mana arah pekerjaan kita. Ganti kata “pekerjaan” dengan kata lain, misalnya menjadi guru, ayah, membangun perusahaan, menulis, pelari, dan lain sebagainya.
Namun, saya sadar, walaupun menyerah bukan pilihan, menyerah bukanlah sesuatu yang salah—selama kita sudah “merasa” telah melakukan segalanya. Jika Anda tetap ingin menyerah, silakan. Tetapi saya lebih suka jika kita tidak pernah menyerah, meskipun mungkin tubuh kita sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan. Menjadi pemain sepak bola memiliki batas usia. Tetapi terus meningkatkan karier sepak bola tidak memiliki batas waktu. Mungkin kita tidak bisa melanjutkan sebagai pemain sepak bola, tetapi kita bisa menjadi pelatih sepak bola. Mungkin suatu saat kita akan mati, tetapi kita bisa membuat sekolah sepak bola, yang saat kita tiada, masih ada yang meneruskannya. Gambarannya seperti itu.
Kesehatan, kekayaan, pengetahuan, kepercayaan diri, dan hubungan tumbuh secara perlahan. Mulailah membangunnya sejak muda, dan saat kita tumbuh dewasa, kita akan kaget bahwa kita memiliki kehidupan yang luar biasa. Nikmati prosesnya.