Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Esensia

Gelombang Baru Itu Bernama Gen Z

Arya Yudha Wicaksono by Arya Yudha Wicaksono
September 29, 2025
in Esensia
Reading Time: 3 mins read
Gelombang Baru Itu Bernama Gen Z

BUNG KARNO pernah berkata, “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kalimat itu kini terasa kembali nyata ketika kita menyaksikan gelombang baru atau generasi baru yang biasa disebut “Gen Z”. Siapa yang akan menyangka bahwa para anak anak muda yang lahir di tengah banjir informasi, tumbuh dengan media sosial, dan sudah melek teknologi sejak lahir, ternyata menjadi kunci dan juga garda terdepan yang berani menyuarakan opini dan pendapat dengan model serta gaya yang berbeda generasi sebelumnya. Hari ini, dunia kembali ramai dengan suara Gen Z yang menginisiasi aksi dan juga perubahan.

Di Nepal, ribuan anak muda turun ke jalan menuntut perubahan politik dan tata kelola pemerintahan yang lebih bersih. Di Indonesia, contohnya, demonstrasi mahasiswa beberapa tahun terakhir—mulai dari Reformasi Dikorupsi hingga penolakan UU Cipta Kerja, dan yang paling hangat Demo Tuntutan 17+8—menunjukkan bahwa Gen Z tidak tinggal diam melihat kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.

Di bagian dunia yang lain, tepatnya di Amerika Serikat, Gen Z menjadi inisiator gerakan Black Lives Matter, yang menjadi titik balik perjuangan keadilan rasial Amerika yang sudah puluhan tahun terabaikan. Di kondisi lain, anak-anak muda Myanmar berani melawan kudeta militer dengan kreativitas digital, dipadukan aksi turun ke jalan serta kampanye media sosial. Dari contoh-contoh yang disebutkan, tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini suara Gen Z adalah senjata paling ampuh untuk menyuarakan pendapat serta opini publik terhadap isu dan kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat.

Jika dilihat kiprahnya, perubahan yang dibawa Gen Z tidak melulu soal demonstrasi. Kita ambil contoh sisi kemajuan teknologi dan ekonomi. Mereka adalah digital native yang akrab dengan teknologi. Anak-anak muda ini mampu menciptakan peluang lewat ekonomi kreatif, startup, hingga kampanye sosial daring. Data dari Google, Temasek, dan Bain & Company (2023) mencatat bahwa nilai ekonomi digital Indonesia sudah menembus USD 82 miliar dan diproyeksikan terus tumbuh. Kondisi yang terjadi ini tidak lepas dari peran sentral anak anak muda sebagai pelaku ekonomi. Kita bisa melihat bahwa ini adalah suatu perubahan besar dalam model ekonomi, di mana anak-anak muda mengubah hobi dan ide menjadi sumber penghasilan dan penghidupan. Fenomena yang terjadi saat ini sejalan dengan kondisi di era bonus demografi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2030 Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi, dengan 64% penduduk berada dalam usia produktif. Dari jumlah itu, Gen Z adalah tulang punggung. Artinya, suara yang mereka bawa hari ini bukan sekadar keresahan sesaat, tapi cermin arah suatu bangsa beberapa dekade ke depan.

Namun, potensi besar ini juga membawa tantangan. Menurut ILO (International Labour Organization), tingkat pengangguran muda di Indonesia masih cukup tinggi dibanding rata-rata Asia Tenggara. Jika tidak diimbangi dengan kebijakan pendidikan, pelatihan keterampilan, dan ruang partisipasi yang sehat, bonus demografi bisa berbalik arah menjadi beban demografi. Di sisi lain, kekuatan besar ini juga menuntut tanggung jawab besar pula.

Dalam surat Ar-Ra’d ayat 11, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ayat ini menjadi refleksi penting, bahwa perubahan tidak hanya lahir dari teriakan di jalanan atau kampanye media sosial, tapi juga dari kesadaran untuk memperbaiki diri, meningkatkan kemampuan, dan menjaga integritas untuk masa depan. Apa yang lakukan Gen Z saat ini sudah sesuai dengan kaidahnya sebagai manusia: ketika ada kebijakan atau aturan yang tidak sesuai, mereka boleh berteriak dan menentang, tetapi mereka juga harus turut membangun serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam suatu waktu, Cak Nun berpesan kepada para pemuda,“Hidup ini sangat luas dan dimensi-dimensi persoalannya tak terhingga, untuk itu diperlukan bukan sekadar wawasan yang luas dan pengetahuan yang terus dicari, melainkan juga kearifan dan sikap luhur yang konsisten dari hari ke hari.” Pesan ini terasa relevan untuk Gen Z, bahwa keberanian memang penting, tetapi yang lebih penting adalah konsistensi dan kebijaksanaan dalam menjaga arah perjuangan.

Dapat disimpulkan bahwa gelombang baru itu benar adanya, dan namanya adalah Gen Z. Mereka lahir dengan keberanian untuk menolak yang tidak adil. Dengan kreativitas, mereka menegaskan bahwa suara anak muda tidak bisa lagi diabaikan. Bonus demografi bisa menjadi berkah atau justru kutukan. Jika diarahkan dengan tepat, generasi ini dapat membawa Indonesia menuju era keemasan. Tetapi tanpa visi, dukungan, dan komitmen, bonus demografi hanya akan menjadi riak kosong yang hilang ditelan zaman.

Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an, dan tokoh-tokoh nasional, perubahan sejati dimulai dari dalam diri. Maka, tantangan terbesar Gen Z adalah bagaimana mengubah gelombang protes menjadi gelombang solusi sehingga sejarah kelak mencatat bahwa generasi inilah yang membawa Indonesia dan dunia menuju ke arah yang lebih baik melalui karya dan inovasinya.

SendTweetShare
Previous Post

Asap yang Dilarang, Hutang yang Dibiarkan

Arya Yudha Wicaksono

Arya Yudha Wicaksono

Related Posts

Asap yang Dilarang, Hutang yang Dibiarkan
Esensia

Asap yang Dilarang, Hutang yang Dibiarkan

September 25, 2025
Pemimpin, Kesakralan, Ibu Pertiwi, dan Ksatria
Esensia

Pemimpin, Kesakralan, Ibu Pertiwi, dan Ksatria

September 24, 2025
Mantan Khalifah Mewariskan Laku Pencarian Diri
Esensia

Mantan Khalifah Mewariskan Laku Pencarian Diri

September 23, 2025
Kebenaran yang Berlapis, Cinta yang Menyatu
Esensia

Kebenaran yang Berlapis, Cinta yang Menyatu

September 22, 2025
Feodalisme: Tak Mati, Hanya Berganti Kostum Demokrasi
Esensia

Feodalisme: Tak Mati, Hanya Berganti Kostum Demokrasi

September 19, 2025
Pewaris, Perintis, dan Penjaja Bakso di Simpang Jalan
Esensia

Pewaris, Perintis, dan Penjaja Bakso di Simpang Jalan

September 19, 2025

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta