Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Esensia

Meritokrasi Pawon

Rizal Tri Harjanto by Rizal Tri Harjanto
May 27, 2025
in Esensia
Reading Time: 3 mins read
Meritokrasi Pawon

Pulang menonton jaranan di Desa Nagasari, Mat Klepon dan Dul Kopling tidak langsung pulang. Mereka menyengajakan untuk mampir ke warung makan Mbak Tina Arab yang paras dan body-nya mirip Aura Kasih. Warung makan ini terkenal dengan masakan buatan Mbak Tina kurang worth it dengan harga yang dibanderol. Sebenarnya Mat Klepon kurang menikmati rasa dari makanan buatan Mbak Tina Arab. Berbeda dengan Dul Kopling yang memang sudah niat ingsun untuk mampir di warung Mbak Tina Arab, bahkan keinginannya sudah diutarakan sebelum berangkat menonton jaranan. Namun apa boleh buat, pemegang kendali Honda Supra-X kepala bergetar adalah Dul Kopling. Mau tidak mau, suka tidak suka Mat klepon harus nurut dengan otoritas kendalinya.

Tiba di warung makan Mbak Tina Arab, Dul Kopling langsung nangkring depan etalase menu makanan. Demi menutupi kebutaannya perihal nama menu makanan, ia gunakan metode touch screen didepan etalase. Sementara Mat Klepon hanya memesan Indomie goreng dengan nasi setengah porsi. Menurutnya, potensi kesalahan memasak Indomie goreng yang akan merusak citarasa sangatlah kecil.

Mat Klepon : “Kenapa sih kamu seneng banget makan disini? Menurutku, makanan disini kurang enak, cuk. Mahal lagi. Tahu sendiri kan, cuk? Kita itu masih dalam golongan yang menentukan menu makan masih harus bernegosiasi alot dengan isi dompet.”

Dul Kopling : “Lha bakul e jossss, mantep tenan!”

Mat Klepon : ”Lha kamu itu mau makan atau mau melihat penjualnya?”

Dul Kopling : ”Yo makan sambil mandangin penjualnya, cuk.”

Mat klepon : ”Jadi ini akar dari lunturnya meritokrasi.”

Dul Kopling : ”Jangan berlebihan, ini cuma penjual nasi pinggir jalan, bukan orang-orang yang punya kuasa lebih.”

Mat Klepon : ”Justru yang kecil-kecil seperti ini yang menyebabkan kelanggengan hal yang tidak meritokratis.”

Dul Kopling : ”Menu makan kan soal selera, cuk. Kamu tidak bisa memaksakan.”

Mat Klepon : ”Selera mata atau selera lidah?”

Dul Kopling : ”Ya keduanya sih, cuk.”

Mat Klepon : ”Wow ngacengan… Hanya karena nafsumu saja, kau tidak berlaku objektif. Hanya demi kepentingan nafsumu, kamu menggeser makanan yang seharusnya bersifat kebutuhan menjadi bersifat keinginan, cuk.”

Dul Kopling : ”Jadi karena ngacengan ya, sehingga Pak Lurah milih panitia pariwisatanya yang masih muda dan cantik tapi gak bisa ngapa-ngapain.”

Mat Klepon :”Kalau itu, aku kurang tau pastinya. Yang mau aku sampaikan bukan ngacengan-nya. Banyak hal yang seharusnya butuh penilaian objektif dilupakan karena ada kepentingan pribadi, sehingga penilaian-penilaian objektif yang dipakai. Orang accounting boleh saja cantik, tapi harus punya keahlian juga di bidang akuntansi jangan dititikberatkan pada cantiknya. Memasukkan saudara sendiri untuk mengisi sebuah jabatan di perusahaan boleh saja, tapi tetap wajib memenuhi kriteria dan sesuai kapasitas. Saat ini, banyak sekali terjadi kasus mengenai profesi dan jabatan yang ditempati bukan sesuai kapasitas. Bukan hanya stuck, bahkan seringnya destruktif. Bahkan Kanjeng Nabi sudah sangat visioner merumuskan masalah tersebut dengan mengeluarkan hipotesis ‘Jika perkara tidak diserahkan kepada ahlinya, maka tunggu kehancurannya’.”

Dul Kopling : “Tapi, kasus yang ini kan cuma sekadar proses memasak makanan, cuk. Mosok yo… Bajingan! Keras sekali dagingnya! Lha ini belum mateng, cuk… Bangsattt…!!!”

SendTweetShare
Previous Post

Kesetiaan

Next Post

Cakue Keyakinan

Rizal Tri Harjanto

Rizal Tri Harjanto

Related Posts

Mencari Sekolah yang Tak Runtuh
Esensia

Mencari Sekolah yang Tak Runtuh

November 13, 2025
Kita Mulai dari Hati yang Selesai
Esensia

Kita Mulai dari Hati yang Selesai

November 4, 2025
Manusia dan Simbol: Membaca Ketundukan Santri kepada Kiai
Esensia

Manusia dan Simbol: Membaca Ketundukan Santri kepada Kiai

November 3, 2025
Feodalisme yang Mendidik, Egaliterisme yang Membebaskan
Esensia

Feodalisme yang Mendidik, Egaliterisme yang Membebaskan

November 1, 2025
Pendidikan, STEM, dan Cermin Kebudayaan Kita
Esensia

Pendidikan, STEM, dan Cermin Kebudayaan Kita

October 31, 2025
Kiai, Karisma, dan Krisis Kepercayaan: Menata Ulang Marwah Pesantren
Esensia

Kiai, Karisma, dan Krisis Kepercayaan: Menata Ulang Marwah Pesantren

October 30, 2025

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta