Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Esensia

Mas Beben, Selamat Bertemu Audiensmu yang Utama

Fahmi Agustian by Fahmi Agustian
July 5, 2021
in Esensia
Reading Time: 4 mins read
Beben Jazz - esensia

SEINGAT SAYA, medio awal tahun 2012 adalah persentuhan langsung pertama kali Mas Beben dengan Kenduri Cinta. Pada Kenduri Cinta edisi April 2012 yang mengangkat tema “SUMUK”. Saat itu, Kenduri Cinta masih berlangsung di pelataran depan Taman Ismail Marzuki. Itulah momen pertama Mas Beben memperkenalkan musik Jazz kepada teman-teman Jamaah Maiyah Kenduri Cinta. Dugaan saya, Mas Dik Doank yang memperkenalkan Kenduri Cinta kepada Mas Beben dan Mbak Inna Kamarie.

Kabar duka pagi ini tentu adalah kabar yang meyedihkan bagi kita semua yang pernah bersentuhan dengan Mas Beben. Terlintas jelas ingatan memori kebersamaan bersama Mas Beben. Ya, setelah dirawat beberapa hari di ICU RS. Bhakti Kartini, Mas Beben menghembuskan nafas terakhir sekitar jam 6 pagi tadi. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun.

Jazz bagi Mas Beben bukan sekadar aliran musik semata. Jazz adalah gaya hidup bagi Mas Beben. Dan sesudah persentuhan pertama itu, setelahnya adalah kisah-kisah Mas Beben bersama Kenduri Cinta dan juga Maiyah yang ia tulis sendiri dengan penuh kegembiraan dan suka cita.

“Jazz 7 Langit”, sebuah pertunjukan megah di Kenduri Cinta pada awal medio 2013. Menandai 1 tahun persentuhan Mas Beben dengan Kenduri Cinta. Tema yang oleh Cak Nun sendiri disiapkan, lengkap dengan pengantar 7 syair; Jazz 7 Langit. Amboi… Indahnya membaca syair-syair karya Cak Nun yang spesial itu, Mas Beben mengaku sampai meneteskan air mata saat pertama kali membaca syair tersebut menjelang gelaran Jazz 7 Langit di Kenduri Cinta saat itu.

Pertemuan pertama kali saya dengan Mas Beben juga dalam rangka persiapan Jazz 7 Langit itu. Di Kadipiro, sebelum Mas Beben dan Mbak Inna latihan bersama KiaiKanjeng di Pendopo Rumah Maiyah, saya bersama Mas Gandhie mengajak Mas Beben dan Mbak Inna Kamarie menikmati Soto Kadipiro. Meskipun baru pertama kali bertemu, Mas Beben sangat ramah. Setelah selesai latihan bersama KiaiKanjeng, tengah malamnya kami cangkruk di alun-alun kidul Keraton Yogyakarta bersama Mas Ari Blothong, Mas Djoko SP dan juga Mas Jijied KiaiKanjeng. Saya yang bodoh tentang musik hanya menyimak diskusi mereka mengenai musik malam itu, hingga dini hari.

“Jazz merupakan manifestasi kegelisahan orang kulit hitam yang pada masa itu berada dalam tekanan hidup sehingga mereka hanya bisa bebas di dunia musik. Kebebasan itu terwujud dalam improvisasi yang sifatnya spontan. Filosofi Jazz adalah bermain sambil mendengar. Anatomi musik Jazz selalu memberikan kesempatan orang untuk ngomong. Di dalam Jazz ada tema yang bisa dimainkan dalam bentuk instrumental maupun nyanyian.” 

—Beben Jazz, Kenduri Cinta April 2012

ITULAH salah satu kutipan Mas Beben saat persentuhan pertama kali dengan Kenduri Cinta. Gayung bersambut, Cak Nun menyambut kehadiran Mas Beben dengan gembira. Kebetulan malam itu hadir pula Cak Kartolo, mestro ludruk Indonesia. Kapan lagi menyaksikan Kartolo ludrukan diiringi musik Jazz. Hanya di Kenduri Cinta edisi April 2012. Mungkin teman-teman Jamaah Maiyah Kenduri Cinta juga sudah melihat videonya di Youtube.

Akhir tahun 2013, Kenduri Cinta mengangkat tema “Allah Audiensku – Bahagialah Yang Terasing”. Mas Beben menggenggam erat tema ini, hingga akhir hayatnya, Mas Beben sangat meyakini bahwa Allah adalah audiens utama perform Jazz-nya, Allah adalah audiens utama kehidupannya. Sampai akhirnya Mas Beben menulis sebuah antologi puisi yang ia beri judul “Allah is my audience” yang beberapa tahun yang lalu dirilis.

Beberapa tahun terakhir, Mas Beben sangat intens mendalami ilmu Tasawuf. Bahkan mungkin, diantara kami penggiat Kenduri Cinta, Mas Beben adalah orang yang paling mampu memahami apa yang selalu disampaikan oleh Syeikh Nursamad Kamba mengenai tasawuf. Mas Beben tidak hanya piawai mengolah musik Jazz, improvisasinya yang ciamik dalam bermusik ia kolaborasikan dengan ilmu tasawuf yang intens ia dalami.

“Saya bersyukur ditamasyakan Allah untuk bertemu dengan Kenduri Cinta”, itulah yang diucapkan oleh Mas Beben saat Kenduri Cinta mensyukuri 18 tahun perjalanannya pada Kenduri Cinta edisi Juni 2018.

Biasanya, kita menggunakan kata “diperjalankan”, tetapi Mas Beben tidak, ia merasa “ditamasyakan” oleh Allah di Kenduri Cinta. Tamasya adalah frasa yang menggembirakan, mebahagiakan, penuh suka cita. Dan itulah yang Mas Beben rasakan selama bersentuhan di Kenduri Cinta. Mas Beben bahkan mengakui, di Kenduri Cinta ia merasa tidak canggung, biasanya saat ia bermusik di sebuah event, kaca mata hitamnya tak pernah lepas, di Kenduri Cinta ia memberanikan diri untuk melepas atribut kaca mata hitam tersebut.

Komunitas Jazz Kemayoran pun menjadi lebih bergairah. Banyak sekali murid-murid Mas Beben yang kemudian juga diajak oleh Mas Beben untuk ikut menyemarakkan Kenduri Cinta. Salah satu momen yang juga berkesan bagi saya adalah Kenduri Cinta edisi Desember 2018; Hulu-Hilir Cinta. Teman-teman dari Hajar Bleh Big Band yang juga merupakan salah satu jaringan Jazz Mas Beben tampil di Kenduri Cinta. Entah, sudah berapa banyak murid-murid asuhan Mas Beben tampil di Kenduri Cinta.

Selama pandemi ini, Mas Beben pun selalu tersambung komunikasi dengan teman-teman di Kenduri Cinta. Tahun lalu, saat Kenduri Cinta diselenggarakan di Rooftop Daima Norwood Hotel, Mas Beben hadir. Juga saat Kenduri Cinta di bulan Maret tahun ini, yang diadakan di Aula SMKN 27 Jakarta, Mas Beben juga hadir. Sayangnya, bulan lalu saat Kenduri Cinta mensyukuri 21 tahun perjalanan, Mas Beben tidak sempat hadir.

Bagi Mas Beben, panggung Kenduri Cinta adalah panggung sakral yang selalu ia rindukan. Ia merasa berbeda saat perform di Kenduri Cinta. Sangat berbeda dengan panggung-panggung lainnya yang biasanya ia perform. Menghadapi audiens penonton yang sebenarnya tidak semuanya menyukai musik Jazz, namun pada akhirnya mereka menikmati musik Jazz yang dibawakan oleh Mas Beben, Mbak Inna dan teman-teman Komunitas Jazz Kemayoran lainnya.

Mas Beben, 9 tahun bersentuhan dengan kami di Kenduri Cinta, meninggalkan banyak cerita. Terima kasih Mas Beben atas semua kegembiraan yang sudah kita racik bersama di Kenduri Cinta. Selamat jalan Mas Beben, selamat menuju keabadaian untuk bertemu dengan audiensmu yang utama.

SendTweetShare
Previous Post

Algoritme Rahmat

Next Post

Mukadimah: AUTO-HUMAN

Fahmi Agustian

Fahmi Agustian

Related Posts

Lelaki di Ujung Cinta
Esensia

Lelaki di Ujung Cinta

June 27, 2025
Keheningan Negara dan Tolak Ukur Kearifan
Esensia

Keheningan Negara dan Tolak Ukur Kearifan

June 26, 2025
Cerita Ruang Ketiga di Kenduri Cinta
Esensia

Cerita Ruang Ketiga di Kenduri Cinta

June 25, 2025
Jejak Kalijaga, Cak Nun dan Maiyah
Esensia

Jejak Kalijaga, Cak Nun dan Maiyah

June 24, 2025
Berdekatankah Kita?
Esensia

Berdekatankah Kita?

June 23, 2025
Intermezzo: Drone Tiba-Tiba Jatuh
Esensia

Intermezzo: Drone Tiba-Tiba Jatuh

June 22, 2025

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta