Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Esensia

Kenduri Cinta: Tiga Ratus Bulan

Munzir Madjid by Munzir Madjid
May 19, 2025
in Esensia
Reading Time: 6 mins read
Kenduri Cinta: Tiga Ratus Bulan

TIGA RATUS BULAN telah berlalu sejak Juni 2000—bukan waktu yang sebentar. Dua puluh lima tahun, seperempat abad, usia Kenduri Cinta. Sebuah perjalanan panjang yang penuh kesetiaan dalam menemani mereka yang kerap terpinggirkan: masyarakat urban Jakarta yang kesepian, kehilangan arah, tanpa pekerjaan tetap, atau menghadapi ketidakpastian hidup.

Kenduri Cinta diinisiasi oleh Cak Nun dan diselenggarakan di Jakarta, di Taman Ismail Marzuki (TIM) dipilih sebagai pusatnya—lokasi strategis yang mudah dijangkau warga Jakarta dan sekitarnya: Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi. Kawasan TIM sangat terakses dari Stasiun Gambir, Pasar Senen, serta stasiun KRL Cikini dan Gondangdia.

Jika saya menengok ke belakang, bukan berarti hendak memutar kaset lama yang usang dan berulang. Tetapi sejarah perlu dicatat—agar menjadi tetenger bagi anak-anak muda, bahwa setiap peristiwa besar tidak pernah dijalankan dengan mudah. Mengawali mungkin tidak terlalu sulit, tetapi merawat secara konsisten, dalam jangka panjang, tidak semua orang atau kelompok mampu melakukannya. Apalagi dengan prinsip yang tegas: tidak merepotkan pihak lain, tidak mengemis pembiayaan, tidak mengajukan proposal. Kenduri Cinta dijalankan secara mandiri sepenuhnya. Dalam hal ini, Cak Nun menanamkan nilai penting: tidak boleh meminta-minta. Jalanilah dengan kekuatan sendiri, ditopang oleh para penggiat dan masyarakat Maiyah itu sendiri.

Pasca Reformasi, situasi perpolitikan di Indonesia masih belum stabil. Tingkat kriminalitas tinggi, menjadi cerminan betapa sulitnya kondisi ekonomi masyarakat saat itu. Dalam suasana kebangsaan yang rawan dan gelisah, Cak Nun bersama HAMAS (Himpunan Masyarakat Shalawat) berkeliling ke berbagai kota di Indonesia, berupaya mendinginkan suasana, menenangkan hati rakyat kecil—Wong Cilik—melalui pengajian dan lantunan shalawat. Ditemani oleh kawan-kawan KiaiKanjeng dengan formasi dan peralatan yang minimalis serta personel yang terbatas (bergantian), sehingga dikenal dengan sebutan Mini KiaiKanjeng.

Untuk posisi vokalis pada masa awal Mini KiaiKanjeng, hadir sejumlah nama, sebutlah: Haddad Alwi, Zainul Arifin (Allah Yarham), Adib (pengamen Jakarta dari Jombang), Sudrun, Nia, Seteng, dan Yudi Nasution. Seiring waktu, formasi vokalis terus berkembang. Beberapa nama baru datang silih berganti, menambah kekuatan dan warna musikalitas: Yuli, Imam Fatawi, Islamiyanto, hingga Ananto Wibowo (Penyanyi Café) turut bergabung.

Undangan untuk Cak Nun datang dari berbagai daerah. Banyak yang berharap kehadirannya untuk memberikan rasa nyaman dan semangat hidup bagi masyarakat setempat.

Untuk memenuhi semua permintaan tersebut, pada Juni 2000 Cak Nun, bersama kawan-kawan HAMAS di Jakarta, menggagas didirikannya Kenduri Cinta untuk pertama kalinya. Ini menjadi kelanjutan dari Pengajian Tombo Ati –sebutannya kala itu, yang telah lebih dahulu dilaksanakan di berbagai kota: Padhangmbulan di Jombang (1994), Mocopat Syafaat di Yogyakarta (1999), Gambang Syafaat di Semarang (1999), serta Haflah Shalawat di Surabaya (1999) –yang kelak dibangkitkan kembali menjadi Bangbang Wetan pada 2006.

Pengajian-pengajian serupa juga tumbuh di berbagai daerah lainnya, kala itu, di Mandar, Sulawesi Barat, forum ini dikenal dengan nama Paparandeng Ate, sementara di Kota Bandung hadir dengan nama Tali Asih.

***

Kenduri Cinta edisi ke-256 yang diselenggarakan pada 16 Mei 2025 baru saja usai. Seperti biasa, Official Kenduri Cinta tidak pernah mengumumkan siapa saja narasumber yang akan hadir. Maka, ketika moderator memanggil pembicara berikutnya adalah Anies Baswedan—mantan Gubernur DKI Jakarta—suasana pun seketika berubah, jamaah yang hadir langsung bersorak, menyambut Anies dengan riuh rendah.

Anies hadir satu panggung bersama beberapa narasumber lain: Sabrang Mowo Damar Panuluh—kali ini bukan sebagai pembicara sebagaimana biasanya, namun sebagai pengampu, sebagai tuan rumah, kemudian Cania Citta dari Malaka Project, serta Arie Putra dan Budi Adiputro dari Total Politik.

Saya sendiri tidak sempat hadir pada edisi April bulan lalu. Maka ketika saya datang di bulan ini, saya menyadari ada perubahan tata letak panggung di Plaza Teater Besar TIM. Panggung digeser sedikit ke kiri, memberikan ruang lebih lega bagi jamaah. Selain itu, penyesuaian ini juga dilakukan agar suara dari sound system tidak terlalu mengganggu penghuni apartemen di gedung sebelah.

Selain itu, dari posisi jamaah kini tidak terlihat siapa saja yang berada di balik panggung, karena pandangan tertutup oleh panggung itu sendiri. Ini ternyata berdampak positif: jamaah menjadi lebih tenang dan tidak terdistraksi, sehingga bisa lebih fokus menyimak para pengisi acara yang sedang berbicara.

Sejak awal, Kenduri Cinta memang rutin dilaksanakan setiap bulan, tepatnya pada hari Jumat minggu kedua. Jadwal ini masih bertahan hingga kini, dan hanya mengalami perubahan bila ada alasan kuat. Misalnya, jika venue TIM sudah dijadwalkan untuk acara lain, atau jika waktunya beririsan dengan acara serupa seperti Padhangmbulan di Jombang atau Mocopat Syafaat di Yogyakarta. Dalam kasus seperti itu, Kenduri Cinta akan dimajukan atau diundur sesuai kebutuhan.

***

Sebagaimana saya ungkapkan di awal tulisan ini, merawat keberlangsungan Kenduri Cinta hingga hari ini—selama 25 tahun—bukanlah hal yang gampang. Diperlukan kesetiaan, loyalitas, dan istiqomah sebagai fondasi agar Kenduri Cinta terus berjalan tanpa henti sampai sekarang.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya layak diberikan kepada Cak Dil, Cak Topa dan Cak Yus, yang atas arahan dan saran dari Cak Nun, memulai dan memilih Taman Ismail Marzuki sebagai tempat pertama penyelenggaraan Kenduri Cinta.

Tak kalah penting, apresiasi juga patut diberikan kepada Pak Taufiq Ismail, Angku Hammid Jabbar (Allah Yarham), dan Jose Rizal Manua, di awal-awal secara konsisten mendampingi Cak Nun di panggung. Kehadiran mereka bukan sekadar pengisi acara, melainkan bagian penting dari jalinan narasi dan suasana yang menyuburkan atmosfer Kenduri Cinta sebagai ruang pembelajaran dan pemuliaan nilai-nilai kemanusiaan.

Begitu juga kepada Syahid Ibrahim, Ketua Kenduri Cinta perdana, sebagai founder dan inisiator milis Padhangmbulan.net, yang memikul tanggung jawab besar di masa awal.

Nama-nama yang berjasa merawat Kenduri Cinta di masa awal dan pertengahan perjalanan juga patut disebut—meski mungkin secara acak dan tak lengkap—seperti: Andi Soebiyakto, Arman, Eko, Tarji, Budi, Muji, Rusydi, Boim, Rony Oktavianto, Andrie Sis, Andri Dukun, Ian Gondrong, Oman, Adi Pujo, Sir Ibrahim, Agus Susanto, dan masih banyak lagi yang tak bisa saya sebutkan satu per satu. Mohon dimaafkan bila ada yang terlewat—jasa kalian takkan pernah kami lupakan.

Merawat bukanlah pekerjaan ringan. Di suatu masa, muncul sosok Gandhie yang sangat konsisten, penuh dedikasi, dan membawa Kenduri Cinta tampil lebih modern dan tertata. Namun, pada bulan Oktober 2024 lalu, Gandhie berpulang mendahului kita semua. Al-Fatihah.

Kini, tongkat estafet itu diteruskan oleh Fahmi, yang dengan penuh tanggung jawab melanjutkan warisan-warisan kebaikan dari Gandhie. Bersama timnya, Fahmi menjaga agar Kenduri Cinta tetap menjadi salah satu forum Maiyah yang paling prestisius. Sosok-sosok lain seperti Tri Mulyana, Nink Nonk, Bram, Amien Subhan, Hadi, dan Pram yang ikut menguatkan bangunan Kenduri Cinta hari ini.

Orang-orang muda terus bermunculan, menambah semangat, memperkuat barisan penggiat Kenduri Cinta: Teguh, Yudi, Toni, Heri, Haddad, Ansa, Rizal, Mizani, Iwan, Awan,….

Siapa lagi? Banyak. Terlalu banyak untuk disebutkan semua.

Maaf, tak bisa saya tulis satu per satu. Tapi yakinlah, setiap kontribusi kalian tercatat dalam sejarah panjang cinta ini.

Tentu saja, tak bisa kita lupakan bahwa Cak Nun lah penggagas utama dari forum ini. Atas cinta dan visi beliau-lah Kenduri Cinta lahir dan terus hidup hingga hari ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada Cak Nun—sosok yang dengan sabar dan konsisten menemani perjalanan batin banyak jiwa.

Terima kasih pula kepada Mbak Via, istri Cak Nun, yang dengan ikhlas mengizinkan suaminya untuk membersamai jamaah Maiyah sepanjang waktu. Dan kepada seluruh keluarga besar Cak Nun, yang telah menjadi bagian dari perjuangan panjang ini, kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus.

Pada momentum ulang tahun Kenduri Cinta yang ke-23, Juni 2023, dua tahun lalu, Cak Nun hadir di panggung Kenduri Cinta. Itulah terakhir kalinya beliau menemani langsung Kenduri Cinta sebelum kemudian harus beristirahat karena sakit. Kami menghaturkan takzim dan rasa terima kasih yang dalam, serta menyertakan doa-doa terbaik: semoga Cak Nun senantiasa diberi kesehatan yang pulih, usia yang panjang, dan kekuatan untuk menyapa kembali masyarakat Maiyah. Al-Fatihah.

SendTweetShare
Previous Post

Antara Priok dan Jombang

Next Post

Gunung Kembar dan Bebek Kiri: Warisan Visual Pendidikan Kita

Munzir Madjid

Munzir Madjid

Salah satu sahabat Cak Nun di era Patangpuluhan, kini tinggal di Jakarta.

Related Posts

Dunia adalah Bagian dari Desa Saya
Esensia

Dunia adalah Bagian dari Desa Saya

July 1, 2025
Masa Depan Kita Ada di Masa Lalu: Sebuah Ikhtiar Membangunkan Kejayaan dari Koma-nya
Esensia

Masa Depan Kita Ada di Masa Lalu: Sebuah Ikhtiar Membangunkan Kejayaan dari Koma-nya

June 30, 2025
Lelaki di Ujung Cinta
Esensia

Lelaki di Ujung Cinta

June 27, 2025
Keheningan Negara dan Tolak Ukur Kearifan
Esensia

Keheningan Negara dan Tolak Ukur Kearifan

June 26, 2025
Cerita Ruang Ketiga di Kenduri Cinta
Esensia

Cerita Ruang Ketiga di Kenduri Cinta

June 25, 2025
Jejak Kalijaga, Cak Nun dan Maiyah
Esensia

Jejak Kalijaga, Cak Nun dan Maiyah

June 24, 2025

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta