Forum Reboan memang seakan menjadi ruang keluarga, tempat banyak dialektika terjadi sekaligus tempat untuk bisa belajar dari pengalaman seluruh penggiat yang hadir. Di satu edisi, ada seorang penggiat yang menceritakan pengalamannya tentang kesalahan besar yang pernah ia alami. Ia pernah yakin bahwa segala hasil sudah ditentukan oleh takdir, sehingga tak perlu merencanakan dan mengusahakan apapun. Keyakinan ini membuatnya menjadi pribadi yang malas, bahkan untuk hal-hal sederhana. Untungnya ada satu titik yang akhirnya memberikan kesadaran bahwa perencanaan adalah bagian penting dari ikhtiar manusia. Fokus utama dalam hidup bukanlah pada hasil akhir, tetapi pada upaya atau effort. Syukur baru sah jika kita sudah berusaha sepenuh hati, karena tanpa usaha, rasa pasrah hanya menjadi alibi dari kemalasan.
Pentingnya perencanaan juga harus dilakukan dengan bijak. Perencanaan harus disertai pemahaman tentang batasan diri, agar kita tidak terjebak dalam overplanning. Tentu ada faktor di luar kendali kita, namun yang perlu difokuskan adalah mitigasi risiko terhadap hal-hal yang memiliki dampak dan probabilitas tinggi. Oleh karena itu, mengetahui batas diri kita menjadi langkah awal yang esensial dalam perencanaan. Setelah semuanya direncanakan, hasil akhirnya tetap berada di luar kendali kita. Di sini, konsep qodo’ dan qadar berperan. Meskipun Allah bisa mengganti ketetapan-Nya, kita harus tetap yakin: if you fail to plan, you plan to fail.
Dalam Surat Ar-Rahman, qadar dijelaskan sebagai ukuran-ukuran yang Allah tetapkan, beroperasi melalui prasyarat dan perhitungan tertentu, seperti hukum-hukum ilmiah. Namun, hasil akhirnya tetap bergantung pada qada’, yaitu ketetapan Allah yang bersifat mutlak. Kita harus berikhtiar sesuai dengan qadar, tetapi tetap tunduk pada qada’. Rukun iman menyebutkan qada’ terlebih dahulu untuk mengingatkan kita agar tidak sombong dengan pemahaman tentang qadar. Qadar mencakup hampir 99% dari ketetapan Allah, sedangkan qada’ hanya sebagian kecil, kecuali jika Allah memberi diskresi khusus.
Dalam satu riwayat dikisahkan Iblis yang menantang Nabi Isa untuk terjun dari ketinggian untuk menguji qada’ Allah. Tetapi Nabi Isa menjawab bahwa hanya Allah yang berhak menguji kita, bukan sebaliknya. Kisah ini menunjukkan pentingnya sikap tawadhu dan kepatuhan kepada Allah. Hanya Allah yang berhak menguji, bukan manusia. Oleh karena itu, kita hanya bisa berikhtiar sesuai dengan qadar, tetapi hasil akhirnya adalah sepenuhnya hak Allah. Kita hanya boleh memasuki wilayah qada’ setelah berusaha maksimal di wilayah qadar. Ini mengajarkan kita bahwa ikhtiar dan tawakal adalah kunci dalam menghadapi ketetapan Allah.
Dalam kehidupan, kita harus berikhtiar dan berusaha dalam wilayah qadar, meskipun hasil akhirnya tetap berada di tangan Allah. Misalnya, untuk mencapai tujuan besar, seperti membangun karier, kita harus memulai dengan langkah-langkah kecil yang realistis. Langkah-langkah ini adalah usaha kita untuk meraih apa yang kita inginkan. Meskipun hasilnya tetap bergantung pada Allah, kita perlu memenuhi prasyaratnya agar peluang keberhasilan meningkat. Jika kita mengabaikan usaha dan hanya berharap pada takdir, kita tidak bisa menyalahkan takdir atas kegagalan kita.
Sebaliknya, qada’ adalah kehendak Allah yang bersifat final dan tidak dapat diubah. Walaupun kita berusaha semaksimal mungkin, ada kalanya hasil yang kita harapkan tidak tercapai. Di sini, sikap tawakal sangat penting. Tawakal bukan pasrah tanpa usaha, tetapi keyakinan bahwa apa pun hasilnya adalah yang terbaik bagi kita. Dengan sikap ini, kita tetap tegar dalam menghadapi cobaan dan tidak mudah putus asa.Pemahaman tentang qada’ dan qadar mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan keseimbangan. Kita harus berusaha semaksimal mungkin dalam batas yang ditetapkan, tetapi juga siap menerima hasil yang mungkin berbeda dari yang kita harapkan. Ketika kita memahami bahwa perencanaan yang dikombinasi dengan usaha total adalah bagian dari ikhtiar, dan hasil akhirnya adalah hak Allah, kita akan lebih tenang, tidak terjebak dalam keputusasaan, dan tetap optimis. (RedKC/Haddad)