Untuk 12 Tahun Bangbang Wetan

BANGBANG WETAN. Matahari memancar dari timur. Yang dinanti-nanti akan muncul dari timur. Orang-orang perlu berkumpul di timur, untuk menguak rahasia, bangun bersama dari tidur. Bangbang wus rahina, srengengene muncul, sunar sumamburat. 

Pada 28 September 2018 nanti akan menjadi perayaan 12 tahun usia perjalanan Bangbang Wetan. Satu diantara forum Maiyahan, yang jadwal rutin diselenggarakan sehari setelah Padhangmbulan ini, dengan karakteristik dan ke-khasananya, telah menjadi ruang berkumpul dan selanjutnya akan terus dinantikan oleh masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Bagi penggiat yang menginisiasi pada awal berdiri forum ini, serta bagi para penggiat yang melanjutkan estafet nggelar klasa, tentu bergembira menyambut momen ini.

12 tahun tentu bukan waktu yang pendek bagi sebuah forum rutin seperti Bangbang Wetan untuk dapat terus tumbuh. Dengan tanpa keanggotaan resmi sebagaimana forum Maiyahan lainnya, komitmen dan partisipasi penggiat Jamaah Maiyah Bangbang Wetan menjadi faktor dari keberlangsungan forum ini. Mereka adalah orang-orang yang berperan dalam persiapan dan pada saat Maiyahan berlangsung. Menyediakan waktu, fikiran, tenaga, keahlian, dan juga mungkin biaya untuk nyengkuyung bareng terselenggaranya forum ini.

Silih berganti penggiat datang dan pergi dari berbagai latar belakang Jamaah dengan beragam motivatisi untuk terlibat dalam Komunitas Bangbang Wetan tentunya memunculkan dinamika proses yang seiring waktu menambah kedewasaan kolektif dari forum ini. Tidak jarang meletup keinginan menggebu untuk segera terjadi perubahan revolusioner dari inisiatif individu di tengah kebersamaan terkait forum ini. Dengan jalinan pertemenanan yang tumbuh menjadi persaudaraan menjadikan setiap individu berusaha saling menyesuaikan diri di tengah kebersamaan. Inisiatif-inisiatif bebas akan diukur dan terukur secara harmonis menjadi wahana belajar bersama, sinau bareng.

Karakteristik Arek-arek Suroboyo yang keras dan tegas relatif akan tidak betah untuk lama-lama berada pada situasi dan kondisi yang membuat mereka tidak nyaman. Menemukan titik tengah keseimbangan dari perbedaan ego yang sering terjadi menjadi kunci kebersamaan. Tetapi Bangbang Wetan menawarkan sebuah formula yang unik sehingga bisa diterima oleh arek-arek Suroboyo.

Menyadari bahwa hidup ini membutuhkan keseimbangan, tidak ada manusia yang berhak merasa unggul dari manusia yang lainnya, dengan semangat sinau bareng, Bangbang Wetan membuka kesempatan bagi semua orang untuk menakar diri, menumbuhkan kewaspadaan, membentuk pribadi yang tangguh, penuh keberanian namun terukur sehingga tidak serampangan dalam melangkah.

Anak-anak muda Surabaya terkenal dengan istilah bonek, bondo nekat. Hanya berbekal nekat. Memberanikan diri, mengupayakan apa saja yang rasional untuk dilakukan. Yang lebih relijius, dengan malu-malu akan meneriakan jargon; wes pokok’e bondo bismillah ae, rek!. Nekat bukan sembarang nekat, ucapan bismillah juga bukan sekadar kalimat yang diucapkan di mulut saja. Kita menyaksikan, untuk mensyukuri 12 tahun perjalanan Bangbang Wetan, para penggiat berjibaku, memberikan segala daya dan upaya mereka agar momen sakral 28 September 2018 nanti menjadi sebuah momen yang berkesan.

Suatu kali di Kenduri Cinta, Cak Nun pernah menyampaikan; “Cita-cita Maiyah sederhana, kita berproses menjadi manusia seutuhnya”. Apa yang selama ini kita jalani bersama di Maiyah tidak lebih dari berproses bagaimana kita bisa menjadi manusia yang seutuhnya. Menjadi manusia yang dikehendaki oleh Allah, dalam segala hal. Tujuan akhir kita adalah agar kita mendapat ridhlo Allah, dan langkah awal kita untuk mencapai titik itu adalah bagaimana melatih diri kita untuk senantiasa ridhlo dengan segala keputusan Allah yang digariskan kepada kita. Sudah pasti sulit, namun bisa kita lakukan.

Selamat ulang tahun ke-12 untuk Bangbang Wetan, semburat cahaya kebangkitan masa depan Indonesia kita upayakan bersama dalam semangat faidzaa faroghta fanshob, wa ilaa robbika farghob.

Lingsir wengi tan kendat, beboyo memolo tan kinoyo ngopo. Bebendu pepeteng tan keno ati niro, Bangbang Wetan semburato!