The Night of A Thousand Months

jaburan edisi kesebelas

ENTAH PADA malam gasal yang mana barakah Lailatul Qadar itu turun, tapi semoga Anda dan saya yang memperolehnya. Semoga wajah kita dicuci oleh Allah dengan cahaya.

Malam yang tak terbandingkan. Malam yang hanya bisa dibayangkan sebagai lebih baik daripada malam-malam seribu bulan. Khiarun min alfi syahr. Malam ketika para malaikat yang cantik turun menaburi langit dan merasuki galaksi jiwa kita yang telah dibersihkan oleh lapar dahaga Ramadan.

Allah bagai “mendemonstrasikan” pengampunan dan pemberkahan-Nya, bahkan pada saat-saat “normal”. Ia memiliki tujuh sifat pengampunan; al-Ghafur (Maha Pengampun), al-Ghaffar (Maha Pemupus), Khair al-Ghafirin (Sebaik-baik Pengampunan), al-Afuww (Maha Pemaaf), at-Tawwab (Maha Penerima Taubat), Wasi’ al Maghfirah (Yang Maha Luas Ampunan-Nya), dan Ahl al-Maghfirah (Yang Berhak Memberi Ampunan).

Bahkan, Dia sendiri menggambarkan betapa agung takaran Maha Pengampun-Nya. “Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukum perbuatan dosa.” Kemudian, hamba itu berbuat dosa lagi, kemudian memohon ampun lagi, dan Allah berfirman lagi—“Hamba-Ku berbuat dosa, lalu ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukum perbuatan dosa.” Lantas hamba itu berbuat dosa lagi, dan Allah menuturkan firman lagi yang sama. Dan, kembali hamba itu berbuat dosa, dan Allah berfirman—“Hamba-Ku berbuat dosa, lalu ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukum perbuatan dosa. Berbuatlah yang kau sukai, karena kau sudah Ku-ampuni….”

Hadis Qudsi itu tentulah bukan anjuran agar manusia “nggampangke” perbuatan dosa. Konteksnya insya Allah adalah kehendak Allah untuk menunjukkan watak-Nya yang paling utama. Seperti halnya di antara 100 lebih nama-Nya, yang dianjurkan kepada kita untuk menzikirkannya tiap saat adalah Rahman dan Rahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang; bukan Qabidl atau Syadid, Maha Penghambat Rezeki atau Mahapedih Siksaan-Nya.

Anda tentu mengerti bahwa dalam Quran Allah menyebut nama-Nya (Allah) 2.799 kali dan sifat utama-Nya (Rabb) 967 kali, dituturkan oleh-Nya 560 kali Rahman dan Rahim, sifat-sifat pengampun 233 kali—dan nama-nama lain hanyalah dituturkan sedikit.

Dan, pada Lailatul Qadar, ditawarkan kepada kita previlese. Allah menerima permintaan Anda secara “ahistoris”, artinya tanpa “negosiasi normal” seperti pada hari-hari biasa. Oleh karena itu, dinamakanlah malam itu dengan malam qadar, bukan malam iradat,  bukan lailatul iradah.

Dalam konteks iradat, pahala, pengampunan, dan hukuman mendasarkan diri pula pada hisab dan landasan etika yang balanced antara permintaan dan penawaran di antara Allah dengan hamba-Nya. Di dalam konteks qadar, Allah memberi grasi…

Marilah mengemis kepada-Nya, karena di hadapan-Nya kita memang hanyalah fakir pengemis. Marilah memohon dengan bahasa apa pun, bahkan bisa tanpa bahasa, sebab Allah Mahasanggup memahami isi hati kita, meskipun tanpa melalui suara dan bahasa.

Seorang penggembala kambing, pada zaman Musa, berdoa kepada-Nya, “Ya Allah, jadikan aku jongos-Mu. Akan kutimbakan air untuk mandi-Mu setiap pagi. Akan kutalikan terompah kulit-Mu, kupijati kaki-Mu jika letih, kusediakan makan siang jika Engkau lapar….”

Nabi Musa marah, “Enak saja kau ngomong! Memangnya Tuhan butuh mandi? Butuh sarapan? Dan, bisa penat tubuhnya…?

Allah memotong kata-kata Musa, “Hai Musa! Apa hakmu menghalangi hamba-Ku memesrai-Ku dengan bahasanya dan tingkat pengetahuannya…!”