Tak Sekadar Menyebar dan Menanam, Tetapi Juga Merawat Kebaikan

BAHWA YANG sedang kita lakukan adalah terus-menerus menanam kebaikan di mana saja kapan saja. Bahkan saking sibuk menanam kita lupa akan harapan memanen. Tentu dengan menanam kebaikan, diharapkan tumbuh kebaikan dan berbuah kebaikan pula. Tapi realitanya tidak semua kebaikan dapat tumbuh menjadi kebaikan, bisa jadi kebaikan yang ditanam tidak tumbuh, boleh jadi membusuk. Meskipun demikian, tidak lantas menyurutkan niat dan usaha untuk terus menanam. Tapi bukankah tidak baik juga kalau membiarkan benih kebaikan yang disebarkan tidak dapat tumbuh? Apalagi itu jadi busuk dan terbuang?

Pada berbagai hal ada 3 aspek yang perlu dipertimbangkan; benar, baik, dan indah. Suatu kebenaran jika tidak disampaikan dengan baik justru tidak menjjadi kebaikan. Benar bahwa proses kehamilan diawali dengan persetubuhan suami dan istri, namun menjadi tidak baik jika kebenaran itu disampaikan kepada anak-anak yang masih kecil. Begitu pun dengan kebaikan yang bisa jadi tidak baik, sering dicontohkan oleh Cak Nun bahwa wiridan atau dzikiran itu baik, tapi bisa menjadi tidak baik kalau dilakukan ditengah warga di kampung kita sedang sibuk kerja bakti membersihkan lingkungan. Apalagi soal keindahan, seringkali sebuah keindahan mengabaikan aspek benar dan baiknya. Sebuah keindahan bisa saja menyedot perhatian dan membuat kagum sebegitu rupa. Bayangkan ada perempuan cantik jelita tanpa busana melintas anggun ditengah keramaian, tentu memukau. Tapi itu tidak benar dan juga tidak baik.

Di mana pun Maiyahan diselenggarakan selalu diniati dan dilaksanakan dengan niatan baik dan dilaksanakan dengan cara sebaik-baiknya. Jamaah Maiyah yang datang dan mengikuti Kenduri Cinta juga demikian. Apalagi para penggiat yang intensitas kerja dan keikhlasan bersedekah waktu, tenaga dan fikiranya sudah tidak diragukan. 18 tahun sudah Kenduri Cinta berlangsung dan diharapkan akan terus mengadakan forum bulanan sebagai oase ditengah gersang kehidupan masyarakat ibukota. Bertebaran benih cinta pada rentang waktu itu tentu sedikit banyak akan memunculkan pertanyaan, sudah seberapa lebatkah tumbuhannya? Itu merupakan pertanyaan yang wajar-wajar saja. Walaupun pertanyaan itu seringkali mudah untuk dijawab. Yang penting kita ikhlas dan terus menanam kebaikan. Baiklah, iya kita memang mesti terus menanam kebaikan di mana saja kapan saja. Tapi kalau membiarkan benih itu kekeringan, sementara kita sengaja tidak menyiraminya tentu itu tidak benar. Dan tidak akan terwujud keindahan dari benih yang kita tanam itu.

Menanam kebaikan bukan saja soal menyebar benih kebaikan. Benih yang baik jika tumbuh di atas lahan yang gersang pastinya ketika menjadi tunas dan tubuhnya akan kurang optimal. Itu masih lumayan, jikalau benih yang baik diletakan di tempat penuh mikroba pembusuk, yang terjadi benih itu tak kunjung tunas, bahkan sangat mungkin membusuk jadinya. Menyuburkan lahan yang siap menerima benih yang baik, itu juga wujud menanam kebaikan. Merawat tunas dari benih yang mulai tumbuh adalah proses dari menanam kebaikan. Melindungi tanaman dari hama perusak dan tumbuhnya tanaman pengganggu merupakan kesinambungan dari bentuk menanam kebaikan. Pun ketika bebuahan yang baik itu dihasilkan dari tumbuhan yang baik. Apakah dengan hanya menimbun bebuahan itu di gudang juga wujud menanam kebaikan? Tentu itu tidak baik.

Dengan perumpamaan tetumbuhan, setiap Maiyahan diselenggarakan tebaran benih nilai dan kebaikan seperti curahan hujan. Setiap orang yang hadir dapat bebas untuk membawa benih itu, lantas menanam dan merawatnya supaya menjadi tetumbuhan yang baik dalam kehiduppannya. Tidak jarang orang yang merekam audio maupun visual buah peristiwa yang terjadi selama Maiyahan berlangsung. Persoalanya adalah banyak yang tidak benar dalam mengemas dan merawat buah-buahan itu. Alih-alih menjadi kebaikan, potongan-potongan rekaman audio maupun video secara serampangan dan asal-asalan dipublikasikan semau pelakunya. Ucapan-ucapan Cak Nun sering kali dipotong-potong menjadi “sop buntut”, sekadar untuk menguatkan frame opini yang sedang dipublikasikan oleh si pelaku. Dibumbui judul-judul yang spektakuler untuk meraup penonton video di internet. Tentu menjadi sangsi untuk menyebut usaha mereka itu dalam rangka menyebarkan nilai maiyah.

Mengurusi orang-orang yang jahil tidak akan ada habisnya. Seringkali usaha untuk mengurusi mereka justru menyuburkan semak yang mereka tanam. Alangkah baiknya kita-kita yang memang berkomitmen bermaiyah berusaha untuk introspeksi. Apakah sudah benar, baik, dan indah usaha kita menanam benih, merawat tetumbuhannya, dan mengemas buah-buahannya menjadi sajian yang terbaik. Karena dalam maiyah selain ziro’ah masih ada pekerjaan shina’ah dan tijaroh.