Tagged reportase kenduricinta

NEGARA CANDA

SEJAK JUMAT siang (9/9), hujan deras mengguyur hampir di seluruh penjuru Jakarta. Tidak terkecuali di Cikini. Bulan-bulan ini memang adalah momen memasuki musim penghujan, beberapa hari terakhir intensitas turunnya hujan cukup tinggi, tidak hanya di Jakarta saja. Hingga lepas maghrib, hujan tak kunjung reda. Persiapan Kenduri Cinta pun baru bisa disempurnakan menjelang Isya’, termasuk untuk…

BANGSA BRAHMANA

Sabtu (13/8) malam, pagelaran teater kolosal “RAJAWALI-WALIRAJA” dipentaskan di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Ribuan pasang mata menjadi saksi pementasan kemeriahan pagelaran teater ini. Sempat ada kekhawatiran mengenai cuaca, karena angin berhembus cukup kencang sejak sore, alhamdulillah, hingga berakhirnya pementasan, tidak turun hujan.

KALIBRASI SYUKUR

Manusia sebagai salah satu makhluk kemungkinan memiliki berbagai hal dalam dirinya yang perlu selalu dikalibrasi. Salah satunya adalah tentang syukur. Siapa yang hidup ini tidak memiliki ekspektasi? Hampir dari kita semua memiliki ekspektasi dari setiap hal yang kita lakukan. Saat kita sekolah, kita memiliki ekspektasi bahwa kita bisa mencapai nilai yang bagus pada setiap ujian. Saat kita bekerja, kita memiliki ekspektasi bahwa hasil pekerjaan kita mampu membuat atasan kita bangga dengan hasil kerja kita. Saat kita berbisnis, kita memiliki ekspektasi agar kita bisa sukses dan berhasil mengumpulkan uang yang banyak. Ada banyak ekspektasi-ekspektasi dalam kehidupan kita.

KENDURI APA KALAU BUKAN CINTA?

MENSYUKURI perjalanan 22 tahun, Kenduri Cinta edisi Juni 2022 kali ini diselenggarakan di Halaman FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Tangerang Selatan. Sejak terakhir kali Maiyahan Kenduri Cinta diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki (Maret 2020), Maiyahan di Jakarta belum bisa lagi terselenggara di Cikini. Beberapa kali harus berpindah lokasi, dengan beberapa adaptasi. Di awal tahun 2022…

“NABI DHOLIM”

Rasulullah Saw sebelum diangkat sebagai Nabi, dia sudah lulus sebagai manusia, sehingga ia mendapat julukan Al Amin, orang yang dipercaya. Julukan ini bukan sembarang julukan, karena siapapun saja yang berada di sekitar Muhammad bin Abdullah saat itu, akan terjamin keamanannya, baik nyawa, martabat dan juga hartanya. “Sekafir-kafirnya anda, saya tidak akan memanggil anda dengan sapaan Kafir. Semuslim-muslimnya anda, saya posisinya adalah mendoakan anda semoga anda kelak tergolong dalam golongan orang-orang yang muslim,” tutur Cak Nun.

INDONESYARIAH

Cak Nun menegaskan bahwa salah satu rumus Allah adalah Laa ikroha fi-d-diin. Namun juga dalam ayat lain Allah menyatakan Faman syaa’a fa-l-yu’min, waman syaa’a fa-l-yakfur, semua manusia memiliki kedaulatan untuk memutuskan. Setiap keputusan itu ada risikonya masing-masing. Tentang syariat Allah, sebenarnya yang perlu kita pelajari adalah apa itu syariah, dan seperti apa mekanisme syariat Allah berlaku. Mengapa masih ada orang yang takut terhadap term syariat Allah, padahal nyata sekali bahwa kehadiran manusia di muka bumi merupakan salah satu syariat Allah, maka sangat aneh jika kemudian ada orang yang berani menolak syariat Allah. Cak Nun menyarankan untuk kita kembali mempelajari apa itu syariat Allah, kemudian apa yang difahami tentang syariat Islam, berdasarkan pemahaman dan penafsiran ulama seperti apa, ada berapa banyak versi penafsiran tentang syariat Islam yang kemudian dianggap sebagai syaraiat Allah, segala bentuk dan skalanya harus kita fahami bersama-sama.

MAIYAH BUMI DAN MANUSIA

Dialektika yang diselenggarakan di Maiyah adalah belajar bersama, sinau bareng, tidak ada konsep mengajar, karena mengajar hanyalah akibat dari proses belajar bersama. Adanya pihak yang bertanya kemudian ada pihak lain yang lebih menguasai informasi sehingga memberi tahu kepada yang belum tahu. Tidak ada proses mengajar, yang ada adalah proses belajar bersama. “Begitulah di Maiyah, tidak ada mu’allim, yang ada adalah muta’allim,” Cak Nun menjelaskan.

RUWAIBIDHOH

Cak Nun kemudian menerangkan bahwa jamaah Maiyah ini ialah orang-orang yang merdeka terhadap ilmu, terbuka hijabnya, lebih terang pandangannya. Fenomena masyarakat hari ini, ketika mempelajari Ilmu Allah yang tercakup dalam Islam, di hadapan mereka terdapat banyak hijab sehingga mereka akan sangat eksklusif, mencibir orang yang menyampaikan ilmu kepada mereka, karena tidak sesuai dengan informasi yang sudah mereka terima terlebih dahulu. Ibaratnya, apabila seseorang ingin didengar suaranya, ingin disimak paparannya, maka ia harus menjadi orang besar terlebih dahulu, memiliki karya tulis yang banyak dan dilegitimasi sebagai karya ilmiah, terkenal di media massa dan media sosial, baru kemudian suaranya akan didengarkan oleh banyak orang, terutama yang memiliki pandangan yang sama.

TAKFIRI VERSUS TAMKIRY

Maka, kebenaran adalah bekal setiap orang untuk menghasilkan output berbuat baik kepada orang lain. Seperti halnya bumbu-bumbu masakan, baik kemiri, ketumbar, bawang putih, garam dan lain-lainnya outputnya bukan masing-masing bahan itu sendiri, tetapi outputnya bisa menjadi gado-gado, sayur lodeh, sayur asem dan lain sebagainya. Inilah yang disebut teknologi sosial untuk menciptakan harmoni dan keindahan dalam kebersamaan.