Tagged puasa

Berpuasa Agar Tidak Hancur

Kebahagiaan berfikir juga ditentukan oleh seberapa paham dirinya dengan puasa berfikir. Seberapa besar frame waktu berfikirnya. Apa yang harus dia pikirkan untuk masa depan yang masih entah ada atau tidak, dana apa yang dia harus pikirkan untuk masa lalu yang sudah pasti menjadi tempat terjauh yang kemungkinan tidak bisa kita jangkau lagi. Dalam buku La-Tahzan, ilmu yang bisa kita petik nilainya dalam frame berfikir adalah “Hiduplah untuk hari ini”. Ilmu itu secara tidak langsung memframe waktu dan energi pikiran kita hanya untuk hari ini. Dari semenjak dia bangun tidur sampai dia tertidur kembali. Ada parameter jelas, dan mungkin pembagian nilai yang tepat antara masa sekarang, masa depan, dan masa lalu. Setiap orang tentu mempunyai nilianya masing-masing sesuai proporsi fitrahnya.

Diri Penuh Allah

Kalau Puasa itu sebuah tempat dan Allah mengatakan “Puasa itu untukKu”, maka tempat itu dipenuhi oleh Allah. Dan apakah gerangan, atau siapakah gerangan tempat puasa itu? Tidak ada lain adalah orang yang sedang berpuasa. Orang yang sedang berpuasa itu merupakan satu wadah dimana Allah memenuhinya.

Puasa Tattaqun

Ujungnya orang berpuasa, atau targetnya, atau produknya orang yang berpuasa, atau orang yang melakukan suatu sistem suatu strategi batin suatu cara untuk menggelola sesuatu yang disebut puasa, itu ujungnya adalah taqwa. Ujungnya adalah anda yang berpuasa menjadi, memiliki, keadaan taqwa. Anda adalah manusia yang berkeadaan taqwa, yang berkondisi taqwa, tapi la’alakum, artinya la’alakum itu ‘mudah-mudahan’ engkau menjadi bertaqwa. ‘Mudah-mudahan’ inilah kehidupan, ‘mudah-mudahan’ inilah yang menjadi tugas manusia, tetapi terus dibimbing oleh Tuhan sehingga engkau sendirilah yang membuat dirimu nanti akan bertaqwa atau tidak, salah satu caranya adalah dengan metode puasa. La’alakum tattaqun, dengan puasa kita punya harapan dan kans untuk menjadi berkeadaan taqwa.

Puasa dan Sel-sel Tubuh

Ketakjuban terhadap syariat puasa. Salah satu poinnya adalah badan itu kalau kita laparkan asal jangan sampai kelaparan, badan itu kalau kita laparkan, kita biarkan dia mengalami penderitaan sampai kadar tertentu yang terukur, maka yang terjadi adalah, sel-sel jasad kita, sel-sel badan atau tubuh kita, melakukan penguatan diri.

Puasa dan Kependekaran

Kita semua pasti pernah mendengar kata pendekar, atau kependekaran itu berasal dari dunia persilatan, dunia bela diri, dunia gerak badan, dunia pengolahan jasad, tapi juga terkait dialektis dengan pengolahan batin. Tanda seorang pendekar adalah bahwa dia menguasai bagaimana kaki,tangan dan seluruh anggota badan pada momentum yang diperlukan. Pendekar adalah orang yang mengerti batas-batas. Miringnya seberapa, tegaknya seberapa, kapan dia tegak, kapan sebuah tangan dilemparkan, kapan kaki dikokohkan dan lain sebagainya. Itu semua adalah disiplin puasa.

Puasa Para Amanu

Puasa para amanu, amanu itu dari kata aamana – yu’minu, pada posisi tertentu dari tenses-nya maka dia disebut amanu, yaitu orang-orang yang beriman. Ini dikhususkan oleh Allah untuk menjadi objek dari perintah puasa, jadi Allah tidak memerintahkan kepada semua manusia, dalam arti ilmu. Tidak memerintahkan kepada kategori-kategori yang lain, tidak yaa ayyuhaladzina aslamu, yaa ayyuhaladzina jahadu dan seterusnya, tapi yaa ayyuhaladzina amanu.

Ahli Puasa

Kata ahli bisa anda ambil dari pengertian bahasa Indonesia, yaitu pakar, keahlian, kesanggupan tingkat tinggi terhadap sesuatu hal. Atau ahli dari kata aslinya yaitu dari bahasa Arab, ahli itu artinya host, tuan rumah. Jadi kalau anda ahli puasa itu artinya anda adalah tuan rumah puasa. Didalam diri anda itu ada puasa dan anda tuan rumahnya. Atau puasa adalah rumah anda, itu timbal balik rohaniah yang bisa terjadi kapan saja. Yang saya maksud ahli puasa, diluar atau diatas ilmu bahasa adalah orang yang telah memiliki pengalaman yang mencukupi untuk memenuhi syarat kriteria dari keimanan atau kemukminan.

Kecemasan Ramadlan

Sesungguhnya bulan ramadlan adalah bulan yang sudah disetup oleh jiwa manusia yang memiliki keseimbangan dan kecerahan batin, mental, intelektual dan spiritual sebagai bulan yang sangat membahagiakan, bulan yang sangat ngangeni, bulan yang sangat memiliki janji-janji pencerahan terhadap batin dan seluruh kehidupan kita. Tetapi kita gagal untuk membangun bulan ramadlan yang cerah seperti itu.

Yang kita alami adalah ramadlan yang sangat mencemaskan, ramadlan dimana konsumsi makanan jauh lebih tinggi daripada bukan ramadlan, ramadlan dimana tingkat kemunafikan jauh lebih tinggi daripada diluar bulan ramadlan, ramadlan dimana kepura-puraan, hipokrisi, budaya lamis, akting, pura-pura alim dan berbagai macam yang lainnya dari kecenderungan-kecenderungan didalam kehidupan manusia didalam bulan ramadlan yang saya pribadi selalu sangat cemas begitu memasuki ramadlan.

Puasa dan Kemerdekaan

Sesungguhnya dibidang apa saja itu prisip yang utama bukanlah kemerdekaan tetapi kepandaian untuk peka dan titen terhadap keterbatasan. Puasa itu sangat melatih kita untuk belajar memahami keterbatasan-keterbatasan hidup, sesungguhnya semua ilmu-ilmu tinggi itu adalah ilmu mengenai batas-batas. Apa saja olahraga, ilmu silat, ilmu sosial itu semua atau ilmu pasti atau apapun saja sesungguhnya itu semua adalah rumusan mengenai batas-batas. Sehinga ilmu yang terpenting didalam kehidupan ini bukanlah kemerdekaan tetapi ilmu batas.

Puasa dan Hak

Anda siap, ikhlas dan tidak ada masalah untuk tidak mengerjakan, menikmati, mengambil, menumpuk atau apapun yang sesungguhnya hukum apapun, nilai dan moralitas apapun memperkenankan anda untuk menikmati itu semua. Puasa itu mengandung kemuliaan yang luar biasa karena anda bersedia untuk tidak menikmati hak-hak anda, pada momen tertentu, konteks tertentu dan situasi tertentu. Itulah makna universal puasa.