Setapak Paska 18 Tahun Kenduri Cinta

SELEBRASI 18 tahun Kenduri Cinta diwujudkan melalui berbagai cara sebagai wujud syukur. Parade tulisan dari jamaah dan penggiat dipublikasi sejak awal Juni 2018 di web kenduricinta.com . Berisikan pengalaman setiap orang yang terlibat dan inisiatif berbagi keasyikan mereka dalam bentuk tulisan. Tentu bukan dalam rangka unjuk kehebatan. Rangkaian ekspresi kegembiraan ini lebih ditujukan sebagai wahana supaya khalayak awam agar lebih mengenal proses yang telah dan sedang terjadi. Pengalaman ngencleng, memasang baliho, mengelola forum, dan berbagai persiapan teknis dan perumusan tematik dalam  Reboan diulas melalui tulisan oleh setiap orang yang terlibat langsung. Puncaknya pada perhelatan Kenduri Cinta edisi Juni 2018, dengan judul Fastabiqul Haibat.

Nampak tidak ada yang berlebihan pada Kenduri Cinta 8 Juni 2018. Seperti biasa tenda, sound system, karpet-terpal, dan panggung ditata sederhana. Wirid Wabal sebagai pembukaan forum dimulai setelah usai waktu shalat Tarawih. Dilanjutkan penampilan Hadrah dan diskusi sesi awal yang melibatkan penggiat untuk berbagi pengalaman menjalankan tugas dan pernak-pernik peran mengelola forum. Semua pegiat adalah volunteer yang mensedekahkan waktu, pikiran, dan tenaga di tengah kesibukan aktivitas sehari-hari. Forum diskusi berlanjut, Jamaah yang memadati pelataran Plaza Taman Ismail Marzuki semakin larut  dalam kebersamaan. Kehadiran Cak Nun beserta Ibu Novia Kolopaking di tengah acara semakin menambah kegembiraan yang sedang berlangsung.

Peran Ibu Via terhadap keberlangsungan 18 tahun Kenduri Cinta dan seterusnya tentu sangat besar. Merelakan Sang suami untuk masyarakat bagi seorang istri adalah perjuangan. Jatah waktu yang sedianya untuk berkumpul bersama keluarga berkurang. Pasti berkali-kali ada peran Cak Nun dalam keluarga yang mesti diwakili oleh Ibu Via manakala Cak Nun sedang berada di tengah masyarakat. Dapat dibayangkan, ibu repot mengurus anak-anak sementara ayah sering tidak berada di rumah. Jamaah Maiyah, khususnya Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta sudah sepantasnya berterimakasih kepada Ibu Via yang telah mengorbankan waktu kebersamaan bersama Cak Nun untuk kita Sinau Bareng. Terima kasih Ibu Via, mohon maaf karena anak cucu Maiyah hanya selalu bisa merepotkan.

Jadwal yang padat di berbagai tempat diatur oleh Manajemen Progress supaya kegiatan Cak Nun dan KiaiKanjeng menemui masyarakat dapat terlaksana dengan baik. Sebagai contoh, 5 Juni 2018 Sinau Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng di Batam, 6 Juni 2018 di Serang Banten, lantas 7 Juni 2018 di Prambanan, kemudian 8 Juni 2018 Cak Nun kembali ke Jakarta untuk Kenduri Cinta, dan berikutnya 9 Juni 2018 mesti balik bersama KiaiKanjeng di Trucuk, Klaten. Bahkan padatnya jadwal itu sudah dimulai sejak 28 Mei 2018 di PadhangmBulan, kemudian berurutan di Sidoarjo, Sumenep dan Malang.

Tentu tidak mudah untuk mengatur Jadwal dan mobilisasi Gamelan KiaiKanjeng dengan jadwal yang begitu padat, namun Progress selalu mempertimbangkan supaya Cak Nun dapat hadir di Kenduri Cinta. Karenanya Masyarakat Maiyah sudah sepantasnya pula berterimakasih kepada Manajemen Progress atas kerjasama yang telah dan akan terus terjalin. Begitulah yang dinamakan organisme, sinergi satu dengan yang lainnya. Saling mengikatkan diri kepada komitmen dan kesetiaan pada nilai yang sama. Sehingga terjalin harmoni yang tepat dan indah.

Tidak mungkin tanpa campur tangan Tuhan. 18 tahun Kenduri Cinta sebagai organisme wajib bersyukur atas nikmat keberlangsungan perjalanannya sejak awal didirikan. Proses panjang ini tidak mungkin disekenariokan, dirancang dan dibuat semata-mata oleh kecanggihan dan kelihaian seorang organisator, tidak mungkin. Banyak orang dan pihak yang terlibat sejak awal Kenduri Cinta lahir, tumbuh, dan terus berjalan hingga saat ini. Para penggiat yang terlibat di awal Kenduri Cinta ada, baik yang saat ini masih terlibat langsung atau pun yang tidak lagi. Syeikh Nursamad Kamba semoga kesehatan selalu Allah SWT curahkan, sebagai Marja Maiyah yang paling dekat dengan Kenduri Cinta. Kepada beliau-beliau, Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta menyampaikan terimakasih atas asyiknya nikmat proses bermaiyah yang mengabadi ini.

Lingkungan yang ada di Taman Ismail Marzuki memiliki andil dalam proses Kenduri Cinta. Setelah sempat di awal-awal forum ini berpindah tempat, hingga menetap di Plaza Taman Ismail Marzuki tentu bersinggungan dengan warga lingkungannya. Dinamika pengelolaan TIM yang berubah-ubah menyesuaikan dengan peraturan pemerintah daerah maupun pusat, dari Dewan Kesenian Jakarta hingga yang saat ini Unit Pelaksana Tugas TIM mewarnai perjalanan Kenduri Cinta. Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta berusaha menjalin hubungan baik dengan pengelola dan warga penggiat kebudayaan Taman Izmail Marzuki.

Selain sebagai bagian dari aktivitas Taman Ismail Marzuki, Forum Kenduri Cinta juga sebagai ruang yang menampung siapa saja. Tidak hanya warga masyarakat Ibukota Indonesia, namun siapa saja penduduk dunia yang bersedia datang sebagai manusia, sebagai diri yang utuh. Kehidupan modern seringkali menjadikan orang hadir secara parsial, yaitu sekedar atribut gelar, jabatan dan atau pangkatnya. Ini sepertinya yang menjadikan Gatot Nurmantyo bersedia duduk sejak awal acara melebur sebagai jamaah Kenduri Cinta, hadir tanpa atribut Jendral pada Kenduri Cinta edisi Juni 2018.

Tidak dapat dipungkiri ada peran sentral Cak Nun bagi Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta. Forum terbuka, bebas, dan cair di Taman Ismail Marzuki ini secara alami bermetamorfosis menjadi Majelis Masyarakat Maiyah. Sebuah model masyarakat paska negara. Ini bukan berarti Maiyah termasuk Kenduri Cinta pro terhadap masyarakat tanpa sekat negara, sama sekali bukan itu. Namun untuk menjadi nasi, padi mesti dipanen menjadi gabah, gabah mesti ditumbuk menjadi beras, dan beras perlu dimasak menjadi nasi. 18 tahun Kenduri Cinta sekedar menjalani proses alami Masyarakat Maiyah dari evolusi hari ke-empat menuju hari ke-lima menjadi Bangsa Abdullah.