Satu Delapan, Gambang Syafaat

SETIAP KALI membicarakan mengenai Simpul Maiyah, entah itu PadhangmBulan sebagai embrionya, maupun forum yang lain seperti Mocopat Syafaat, Gambang Syafaat, Kenduri Cinta, Obor Ilahi, Bangbang Wetan, kemudian kini ada Maneges Qudroh, Juguran Syafaat, Jamparing Asih, Maiyah Ambengan, Waro’ Kaprawiran, Suluk Pesisiran, dan beberapa forum lain yang tersebar di beberapa daerah, ketika membicarakan forum-forum tersebut ingatan kita tertuju pada salah satu tulisan DAUR I; “Tarian Tali-tali Cahaya”.

Tulisan DAUR seri I edisi ke 138 sekilas menceritakan bagaimana suasana forum-forum Maiyahan berlangsung. Forum-forum Maiyahan yang ada saat ini bukanlah forum yang berlangsung atau lahir dalam waktu yang singkat. PadhangmBulan misalnya, tahun ini menggenapi usianya yang ke-24. Mocopat Syafaat melewati angka 18, Kenduri Cinta telah menjalani 17 tahun perjalanannya dan Bangbang Wetan sendiri 4 bulan lalu baru saja merayakan usianya yang ke-11. Bulan ini, Gambang Syafaat mencapai angka 18 tahun perjalanannya.

Jika di Jakarta, Jum’at kedua pada setiap bulan masehi adalah ”hari raya” bagi Orang Maiyah, di Yogyakarta maka “hari raya” jatuh pada setiap tanggal 17 bulan masehi. Lain lagi di Menturo, “hari raya” Orang Maiyah setiap malam purnama setiap bulannya. Sementara di Semarang, “hari raya” Orang Maiyah jatuh pada tanggal 25 setiap bulannya.

Pada setiap “hari raya” itulah Orang Maiyah datang ke lokasi Maiyahan, mereka duduk bersama, belajar bersama, menyadari bahwa ada banyak hal yang sejatinya tidak mereka ketahui, menyadari berbagai kemungkinan dalam hidup mereka yang sedang mereka jalani. Melatih diri untuk senantiasa berlaku dan berpikir seimbang.

Cobalah resapi kembali “Tarian tali-tali Cahaya” itu, bagaimana Cak Nun menggambarkan suasana forum Maiyahan di berbagai daerah, hampir setiap malam, membicarakan banyak hal. Yang tersaji pun, bukan hanya sebuah kajian ilmu yang terfokus pada satu titik saja. Lebih dari itu bahkan, ibarat sebuah meja makan, apa yang tersaji adalah “prasmanan”.

Lebih dari dua dekade yang lalu, embrio forum-forum ini terbentuk, di sebuah desa kecil, di Menturo, Jombang. Secara perlahan, PadhangmBulan kemudian dikenal oleh banyak orang. Tak sedikit yang datang dari luar kota bahkan. Siapa yang menyangka jika hari ini PadhangmBulan telah “melahirkan” sekian banyak forum yang telah berlangsung istiqomah, salah satu dari forum itu adalah Gambang Syafaat di Semarang ini.

Gambang Syafaat muncul di Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah. Layaknya ibukota Provinsi, maka kultur budaya yang menwarnai Semarang pun beragam. Lazimnya kota besar seperti Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta, Semarang pun dihuni oleh masyarakat yang memiliki keragaman latar belakang budaya, suku, ras maupun agamanya. Tantangan yang sangat berat tentunya bagi para penggiat Gambang Syafaat untuk menjaga keberlangsungan forum selama 18 tahun ini. Maka, pemilihan lokasi di pusat kota Semarang sebagai tempat pelaksanaan forum pun menjadi salah satu kekuatan daya tarik forum ini. Gambang Syafaat dilaksanakan di area Masjid Baiturrahman, tepat di Simpang Lima Semarang.

Gambang Syafaat adalah kakak dari Simpul Maiyah dimana saja. Perjalanan 18 tahun ini merupakan sebuah amsal yang sangat penuh hikmah untuk kita pelajari bersama. Semua penggiat Simpul Maiyah di berbagai daerah belajar tentang kesetiaan mengelola dan menjaga istiqomahnya sebuah forum Maiyahan berlangsung kepada Gambang Syafaat. Apa yang kita lihat di Gambang Syafaat ini adalah bukti nyata sebuah keistiqomahan Orang Maiyah yang sangat setia menjaga keberlangsungan forum ini. Ini bukan “semoga Istiqomah”, melainkan “ini sudah Istiqomah”. 18 tahun bukanlah durasi yang pendek. Kesetiaan para penggiat Gambang Syafaat di Semarang ini merupakan bukti betapa “Tali-tali Cahaya” itu benar-benar menari.

Tentu bukan tanpa alasan mengapa para inisiator Gambang Syafaat 18 tahun yang lalu menginisiasi lahirnya forum ini, begitu juga dengan pemilihan nama. Ada alasan tersendiri tentunya ketika menyematkan kata “Syafaat” dalam nama forum ini. Bisa saja ada semacam “virus” yang menular dari Yogyakarta yang sebelumnya lahir Mocopat Syafaat disana. Juga, antara kata Mocopat dan Gambang adalah istilah yang tidak terlalu jauh rumpunnya. Apapun maksud dari para inisiator forum ini, kita boleh saja menduga bahwa pemilihan kata “Syafaat” adalah dalam rangka mengejawantahkan dan mengungkapkan rasa cinta kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw.

Ketika kita mendengar kata “Syafaat”, maka hanya ada satu orang yang memiliki privilege itu. Tidak lain adalah Rasulullah saw. Sebagaimana apa yang kita pelajari bersama di Maiyah, segitiga cinta; Allah-Rasulullah-Manusia adalah sebuah kesatuan yang berkesinambungan, yang tidak mungkin dipisahkan perannya satu sama lain. Rasulullah saw adalah makhluk yang paling agung yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kita sebagai manusia tidak mungkin merasa gagah untuk menghadap Allah kelak tanpa didampingi oleh Rasulullah saw, hanya dengan modal syafaat beliaulah kita berani menghadap Allah di hari akhir kelak.

Adalah sebuah keniscayaan, Allah sendiri di Al Qur’an menyatakan; Qul inkuntum tuhibbuunallah fattabi’uunii yuhbibkumullah, wa yaghfir lakum dzunuubakum, wallahu ghifuurun rohiimun. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw menyampaikan kepada kita sebagai manusia, bahwa apabila kita mencintai Allah maka salah satu cara agar cinta kita itu terbalas adalah dengan cara kita mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Bahkan, Allah sendiri memberi “bonus”, bukan hanya cinta kita yang kemudian terbalas, melainkan kemudian terjamin pengampunan dosa-dosa kita.

Teman-teman penggiat Gambang Syafaat pun bukanlah pihak yang berhak untuk merasa ge-er, hanya karena dengan menyematkan kata “Syafaat” dalam nama forum ini, kemudian memastikan bahwa kelak syafaat Kanjeng Nabi bisa kita dapatkan. Bukan dalam rangka itu tentunya, namun sebagai manusia biasa apa yang dilakukan oleh teman-teman di Gambang Syafaat adalah sebuah proses perjalanan, perjuangan, nandur, dalam rangka mendapat syafaat dari Kanjeng Nabi itu kelak. Persoalan apakah kelak syafaat itu didapat atau tidak, itu persoalan lain. Yang pasti, rasa optimis itu harus tetap kita jaga.

Seandainya kami Penggiat Kenduri Cinta di Jakarta ini harus bertugas merawat Gambang Syafaat, mungkin kami belum tentu mampu memangku hingga sejauh 18 tahun perjalanan mereka ini. Dari Gambang Syafaat ini, kita semua belajar bahwa setiap perjuangan, setiap Maiyahan, setiap Forum Maiyahan tumbuh dimana saja, di berbagai daerah, di berbagai tempat, dalam skala kecil maupun besar, pada saat itu pula selalu disiapkan perangkat dan penjaga nilainya yang kompatibel dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Maka, para penggiat Gambang Syafaat adalah para mujahid-mujahid terpilih yang telah teruji kesetiaannya dalam berproses.

Di Gambang Syafaat, mereka bersholawat bersama. Mengungkapkan rasa rindu dan cinta kita kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw. Apa yang mereka harapkan dari itu semua, tak lain dan tak bukan adalah ridhlo dari Allah. Hidup kita beres jika kita kelak aman dihadapan Allah swt. Ketika kita mendapatkan ridhlo Allah, otomatis kita juga sudah mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw. Karena syafaat dari Rasulullah saw adalah kunci utama kita untuk mendapatkan ridhlo dari Allah swt.

Entah di tahapan mana kita sebagai Orang Maiyah hari ini memasuki ruangan-ruangan Maiyah ini. Apakah di tahapan tali cahaya tajalli, tali cahaya hidayah, tali cahaya ridhlo, tali cahaya isyiq, tali cahaya mahabbah, atau tali cahaya cinta. Dimanapun tahapan kita, disitulah kita saat ini, kita hari ini. Kita bergembira bersama, berbahagia bersama mensyukuri perjalanan dan proses perjuangan nandur, poso, sedekah di Maiyah ini.

Entah akan sampai kapan Maiyah dipercayai kepada kita semua. Bisa saja kelak kita juga akan mendengar 20 tahun Maneges Qudroh, 19 tahun Juguran Syafaat, 18 tahun Jamparing Asih, 19 tahun Maiyah Ambengan, 17 tahun Waro’ Kaprawiran, 16 tahun Likuran Paseduluran, 15 tahun Suluk Surakartan dan forum-forum lainnya yang mensyukuri kebahagiaan dan kegembiraannya melewati fase-fase perjalanannya. Bukan dalam rangka menghitung lama atau sebentar berjalannya forum, melainkan sebagai bukti bahwa kesetiaan menjaga nilai-nilai Maiyah itu bukanlah perjuangan yang mudah. Dan hari ini kita membaca amsal, bahwa Gambang Syafaat mampu melewati proses panjang itu.

Selamat ulang tahun ke-18, Gambang Syafaat. Hanya pijakan ihdinasshirotol mustaqim yang akan senantiasa merekatkan tali silaturahmi ini. Teruslah menari wahai engkau tali-tali cahaya Allah.