Puasa Sejati di Luar Ramadlan

jaburan edisi ketigabelas

BULAN RAMADLAN itu oleh Allah memang dikhususkan. Jadi satu tahun itu ada satu bulan ramadlan, sudah pasti itu masalah pendidikan itu seperti tentara, jam sekian sampai jam sekian harus apel, jam sekian sampai jam sekian boleh olahraga, jam sekian sampai jam sekian boleh tidur dan itu sudah pasti masalah pelatihan. Artinya, kalau ramadlan itu adalah bulan pelatihan maka sesungguhnya puasa yang sejati itu harus di aplikasikan dalam kehidupan terus menerus kapan saja tanpa menunggu bulan ramadlan.

Sebab kalau kita nggak di ingetin ya memang kita memang sudah terbukti kita ini aktsaruhum laa ya’qiluun, aktsaruhum laa yatafakkaruun, aktsaruhum laa yaafqohuun. Kebanyakan manusia menurut Allah memang malas berfikir, kebanyakan manusia malas merenung, malas untuk menganalisis segala sesuatu, termasuk mentafakuri dirinya sendiri. Sehingga kalau nggak diingetin itu kayak kentongan lah. Tong…tong…tong…tong, bangun. Tong….tong…tong…tong, makan.

Jadi memang Allah mencipatakn mahluk yang memang harus dijewer terus menerus seperti ini, wong dijewer saja masih nggak puasa apalagi nggak dijewer, kan begitu. Jadi sekali lagi Ramadlan itu sebenarnya harus kita fahami sebagai jam-jam pelatihan, jam-jam training, jam-jam pendidikan.

Nah, praktek puasa yang sebenarnya adalah seluruh kehidupan ini, di segala bidang, termasuk di dalam bulan ramadlan. Oleh karena itu indah sekali kalau sejak kecil anak-anak tidak hanya dibiasakan untuk berpuasa dalam arti tidak makan minum ketika siang hari, dicicil sedikit demi sedikit, sehingga anak-anak itu memahami bahwa puasa itu adalah prinsip hidup sehari-hari.