Puasa Kepatuhan dan Puasa Kesadaran

Jaburan edisi pertama

KITA MELAKUKAN puasa, baik dalam bentuk formal syar’i seperti puasa ramadlan atau puasa sunnah, dan puasa pada momentum-momentum islami yang lain. Atau juga barangkali kita melakukan puasa-puasa dalam bentuk, jenis, konteks waktu dan ruang yang ijtihadiyah, artinya sesuatu jenis puasa yang kita hikmahi untuk memperkaya batin kita diluar syari’at, itu sumbernya dua; yang pertama dari Allah, yaitu merupakan perintah melalui para nabi dan itu tidak hanya dimulai ketika Rasulullah SAW, tetapi sudah jauh sebelumnya nabi-nabi sejak awal juga sudah mendapatkan perintah puasa.

Yang kedua, puasa juga bisa kita inisiatifi dari nurani, dari kesadaran baik untuk kepentingan pendalaman dan pengolahan atau pendadaran batin kepribadian kita, maupun barangkali untuk kepentingan-kepentingan sosial. Karena kadang-kadang kita memerlukan pembatasan-pembatasan tertentu dalam berbagai bidang, dan pembatasan itulah hakikat puasa.

Jadi disamping kita melakukan puasa sebagai kepatuhan kepada perintah Allah SWT, sesungguhnya pada 11 bulan sesudah Ramadlan itu, diseyogyakan alangkah indahnya kalau kita juga mencari bentuk-bentuk puasa dalam berbagai macam jenis yang munculnya tidak karena Allah menyuruh, tidak karena siapapun memberi contoh. Tetapi karena kita memiliki kesadaran bahwa kita harus melakukan pembatasan-pembatasan dan itulah puasa didalam inisiatif kita sendiri.