Puasa dan Kesenangan (III)

JABURAN SERI KE-II EDISI ketiga

AKU HANYA ingin menuturkan kepadamu sebuah hakikat nilai, yang kumohon engkau mencari dan kudoakan engkau bisa menemukannya dengan cara menjawab pertanyaan dasar ini: apakah engkau hidup dan melaksanakannya berdasarkan senang dan tidak senang, ataukah ada nilai lain yang lebih mendasar?

Kalau engkau menggerakkan tangan dan melangkahkan kaki hanya karena didorong oleh senang dan tidak senang, maka engkau adalah bayi.

Bayi itu menangis, tertawa, mengambil apa saja untuk dimainkan oleh tangannya, memakan apa saja, semata-mata didorong oleh kesenangannya. Untuk melakukan kesenangan, engkau tidak memerlukan kualitas atau mutu kepribadian apa pun. Kecuali ketika kesenangan itu memerlukan teknologi, ilmu, dan bakat, maka engkau dipersyarati oleh ketiga hal itu untuk menuruti kesenanganmu. Akan tetapi, dengan itu, mentalmu tak perlu bekerja. Cukup selera, pengetahuan, dan ketrampilan. Namun, dengan itu, engkau tidak akan pernah siap untuk menjadi manusia pejuang. Sebab, perjuangan sering mengharuskanmu untuk melakukan apa yang tidak engkau senangi atau tidak melakukan apa yang engkau senangi.

Apakah engkau menjadi buruh pabrik karena engkau senang menjadi buruh pabrik? Pada dasarnya, tidak. Engkau sebenarnya terpaksa menjadi buruh pabrik karena engkau perlu memperjuangkan hidupmu. Apakah engkau menjadi sales, menjadi pegawai kecil, menjadi sopir taksi, menjadi penjual bakso, dan lain sebagainya karena itu memang kesenanganmu? Pada dasarnya, tidak. Engkau senangnya menjadi menteri, direktur, konglomerat, gubernur, atau—paling tidak—menjadi camat. Tapi tidak bisa, sehingga engkau memerlukan perjuanganmu untuk menjadi apa yang kini engkau menjadi.