Puasa dan Ihsan

jaburan edisi ketiga

SUDAH pernah saya kemukakan bahwa puasa itu bisa berasal dari perintah Allah yang kita patuhi, tapi juga bisa berasal dari nurani dan kesadaran kita. Anda pulang dari pasar menemukan ada seorang anak ditabrak sepeda, misalnya. Terus Anda lewat saja, dan Anda tidak akan ditangkap polisi, tidak akan dianggap melanggar hukum negara atau hukum apapun yang berlaku di masyarakat hanya karena Anda tidak menolong seorang anak yang terjatuh ditabrak sepeda atau motor. Tetapi Anda bersalah secara akhlak, bersalah secara moral.

Sesungguhnya tidak ada rumus apapun yang mewajibkan menolong dia. Tapi kalau Anda berhenti dan menolong anak kecil yang ditabrak motor atau sepeda itu, itu namanya Anda melakukan kebaikan yang namanya ihsan. Jadi kebaikan yang sesungguhnya bukan kewajiban Anda, tetapi Anda bersedia melakukannya. Sebagaimana fardlu kifayah. Artinya Anda membereskan dosanya banyak orang, karena Anda wakili melakukan sesuatu hal, misalnya takziyah kepada orang yang meninggal.

Jadi, ihsan itu munculnya dari kemuliaan hati. Dan ini pararel dengan hakikat puasa. Kalau Anda merasa cukup dengan puasa ramadlan, maka baik. Tetapi tingkat kebaikan Anda belum sampai ke kadar ihsan, belum sampai kepada kemuliaan dan belum sampai kepada level yang tinggi dari makna puasa yang sesungguhnya.