Perjalanan Gambang Syafaat ke Kenduri Cinta

DIAWALI oleh Mas Wakijo dengan membaca doa lalu di akhiri Al Fatehah bersama-sama. Berangkat dari rumah Mas Wakijo pukul 5 pagi. Kami berangkat bersama dalam rombongan 14 orang, yang terdiri dari kelompok musik Wakijo lan Sedulur, crew dokumentasi foto atau video dan juga para jamaah Maiyah, bersama-sama berangkat ke Jakarta untuk menghadiri forum Kenduri Cinta edisi Juli 2018. Mas Wakijo berangkat membawa mobil sendiri, tapi setelah sampai kota Pemalang rencananya mobil akan dititipkan. Sekitar 500 kilometer jarak yang harus kami tempuh dengan menggunakan mobil ELF rentalan kami. Pak sopir pun juga tidak tergesa-gesa ketika mengendarai mobilnya. Menjelang pukul 7 pagi kami berhenti sebentar untuk makan pagi bersama-sama di sebuah warung makan di kota Kendal. Menu makanan pun juga sederhana saja, di belakang warung terdapat ladang sawah dan di depannya warung jalan pantura. Kami pun segera mengambil dan memilih makanan sesuai selera kami sendiri-sendiri.

Setelah makan pagi, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Sekedar mengintip speedometer mobil ELF yang dikendarai pak sopir, ternyata pak sopir melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata 80 kilometer per jam di jalan pantura yang kami lewati, beriringan dengan mobil mas Wakijo yang di dalam mobilnya terdapat 5 orang. Pukul 10:00 WIB kami baru sampai di kota Pekalongan, sinar matahari mulai menyinari wajah-wajah yang duduk di dekat kaca mobil tersebut. Suhu di dalam mobil mulai sedikit panas, pendingin udara tidak sedingin sebelumnya. Lalu lintas di jalanan pantura tampak padat hingga kota Pemalang pukul 11:00 WIB. Rombongan kami memutuskan berhenti sejenak untuk istirahat, sementara itu Mas Wakijo menitipkan mobil di rumah seseorang temannya yang berada di pinggir jalan pantura wilayah Pemalang.

Sekitar 15 menit kami duduk-duduk di depan sebuah toko, sambil menunggu Mas Wakijo yang menitipkan mobil tadi. Dari kota Pemalang kami mulai melanjutkan perjalanan lagi. Masuk tol kota Brebes pukul 13:00 WIB lebih, suasana jalan yang tadinya padat berubah jadi lancar, hingga kecepatan pak sopir pun juga bertambah, saya intip 100 kilometer per jam. Namun, suasana panas terik matahari masih sama seperti tadi, menyelimuti perjalanan kami. Tampak sebagian orang yang berada di dalam mobil ada yang tidur pulas dan ada juga mulai dari berangkat belum tidur sampai jalan tol Palimanan Jawa Barat. Meskipun panas di dalam mobil agak terasa, di sebelah kiri kami disuguhi pemandangan sebuah gunung yang lumayan besar, lumayan menambah suasana jadi seperti rekreasi.

Sebelum pukul 14:00 WIB, pak sopir ambil jalur kiri, ternyata kami diajak istirahat disebuah rest area tol Palikanci wilayah kota Cirebon. Kami menikmati makan siang bersama-sama dan ada yang hanya minum kopi. Sekitar 30 menit kami melakukan istirahat sejenak di area parkir rest area tersebut. Kemudian pak sopir menyalakan mesin mobilnya, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Suasana di dalam mobil kembali semangat dan ceria. Tidak tahu sampai Jakarta jam berapa, yang penting selamat sampai di sana.

Waktu semakin sore, perjalanan berlanjut terus menerus. Suara musik di dalam mobil cukup menambah suasana sore ini bertambah asyik. Meskipun sedikit berdesakan tempat duduknya, kami semua menikmatinya dengan sesederhana apa adanya. Pintu tol satu per satu kami lewati, alhamdulillah perjalanan lancar, hingga kami memasuki pintu tol Cikarang Utama perjalanan mulai pelan merayap karena rapatnya mobil, truk dan bus yang membayar di pintu tol untuk menuju Jakarta. Sinar matahari pun mulai terbenam. Wajah-wajah lelah sudah pasti akan menghampiri kami ketika sudah di Taman Ismail Marzuki nanti. Namun, rasa lelah itu kami ganti dengan suasana kemesraan ketika kami tiba di lokasi Kenduri Cinta melihat para penggiat Kenduri Cinta dengan ikhlas menyambut kami semua. Terasa seperti persaudaraan yang sudah cukup lama terjalin, padahal sudah lama kami tidak bertemu. Terlihat para penjaja makanan dan pedagang khas Taman Ismail Marzuki juga mulai tampak, keakraban para JM yang sudah datang juga mulai terasa.

Kami tiba terlambat 2 jam dari yang kami rencanakan, seharusnya kami tiba di Taman Ismail Marzuki pukul 19:00 WIB. Namun, fakta di lapangan tidak seperti yang kami rencanakan. Kemacetan dari sebelum pintu tol Cikarang utama hingga masuk wilayah DKI Jakarta dan tiba di Taman Ismali Marzuki pukul 20:50 WIB, alhamdulillah puji syukur kami ucapakan, kami sudah sampai di Kenduri Cinta. Kami segera menurunkan peralatan musik Wakijo lan Sedulur. Kemudian menata peralatannya di panggung kecil yang sudah disediakan oleh penggiat Kenduri Cinta.

Ketika turun dari mobil, kami disambut dengan ramah oleh para penggiat Kenduri Cinta dari awal mulai turun dari mobil sampai ruang transit. Malam itu saat kami tiba di Taman Ismail Marzuki, Kenduri Cinta sedang berlangsung melantunkan wirid Yaa Dzal Wabal. Dan saat dimulai sesi prolog oleh para penggiat, kami meletakkan dan menata semua alat musik yang akan digunakan kelompok musik Wakijo lan Sedulur. Meski tidak melakukan sound check terlebih dahulu, mereka semua tetap bersiap untuk mengikuti Majelis Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta edisi bulan Juli malam itu.

Di ruang transit kami disuguhi hidangan makan malam. Setelah itu, kami pun segera melakukan persiapan sendiri-sendiri. Tak lama sebagian ada yang kembali menuju lokasi acara Kenduri Cinta dan ada juga yang tetap di ruang transit. Di lokasi suasana kerinduan kepada seluruh penggiat atau pun para JM sangat terasa sekali. Di depan Taman Ismail Marzuki para penjaja makanan dan pedagang khas Kenduri Cinta berjejer menjajakan makanannya. Sebagian para JM masih terus berdatangan dan banyak yang sudah menempatkan posisinya masing-masing. Tidak tahu kenapa rasa rindu nyedulur di Kenduri Cinta ini selalu hadir, dari sejak awal mula hadir di akhir bulan November 2016 dulu. Suasana jelas berbeda di forum-forum Maiyahan lainnya, selain orang yang hadir dari wilayah yang berbeda, kami juga menikmati lalu lalang keramaian Ibukota. Suara klakson, sirine dan knalpot yang membuat bising pun juga kami rasakan. Namun, semua tadi terasa hanya sebagai iklan di telinga kami saja.

Kembali menyimak apa yang disampaikan para penggiat yang berada di panggung. Semua penggiat silih berganti memaparkan apa yang menjadi tema malam itu. Di Kenduri Cinta semua penggiat tampil sebagai pembicara, mereka tidak merasa dirinya pintar atau pun ahli, boleh saja yang hadir mengutarakan pendapatnya untuk ikut bergabung di atas panggung. Di panggung para pembicara sangat yakin dengan paparannya, meskipun tidak ada narasumber yang hadir pada malam itu. Sebelum masuk ke sesi berikutnya, grup musik Bobby and friend dengan gitar khasnya yang berbentuk bulat namanya sitar, menyegarkan suasana di Taman Ismail Marzuki dengan beberapa lagunya.

Menjelang pukul 23:30 WIB, di panggung ada Mas Karim, Mas Boim, Mas Ali, Mas Sigit, Mas Fahmi dan Mas Doni turut membersamai di panggung. Mereka menguraikan tema malam itu tahap demi tahap. Kemudian Mas Fahmi selaku Ketua Kenduri Cinta mempersilahkan Mas Monty dan Mas Rony dari penggiat Gambang Syafaat untuk ikut bergabung bersama mereka di panggung. Mas Monty sedikit menekankan, bahwa forum-forum Maiyahan seperti harus selalu di jaga dan dipelihara sampai kapanpun, entah dari para JM ataupun penggiatnya sendiri. Forum Kenduri Cinta adalah oasenya ibukota Jakarta. Lalu Mas Fahmi mengelaborasi paparan dari Mas Monty. Ia mengingatkan, forum Maiyahan seperti ini terbuka bagi siapapun, mereka semua yang di panggung mempersilahkan siapa pun turut menguraikan terkait tema saat forum itu berlangsung. Ciptakan ruang kerinduan forum Maiyahan ini di setiap hadir di forum-forum Maiyahan lainnya, agar suasana yang tercipta selalu terasa akrab meski kita bertemu di ruang dan waktu yang berbeda.

Semakin malam suasana semakin terasa khusyuk ketika Mas Boim membawa puisi-puisi karyanya sendiri dengan gaya bahasa khasnya. Berangkat dari paparan awal, Mas Boim, fenomena sekarang anak cenderung sering menggunakan gadget atau handphone. “Handphone kalau rusak anak dimarahin, tapi anak kalau rusak, hp gak dimarahin”. Seharusnya ada sarana bermain untuk anak agar tidak cenderung terus menerus kecanduan gadget. Mas Boim dulu pernah jadi ketua di Kenduri Cinta dua kali.

Bertambah malam menjelang berganti hari para JM terus berdatang menuju Taman Ismail Marzuki. Semua yang sudah duduk semenjak ba’da Isya tetap berposisi di tempatnya masing dan tidak ada yang beranjak sampai Mas Karim turut memaparkan. Mas Karim mengingatkan, dalam kesusahan dan kesengsaraan apapun, masih akan kita temui banyak alasan untuk bergembira, sebab setiap kesengsaraanmu adalah harapanmu di hadapan Allah. (La takhaf wa la tahzan, Innallaha ma’ana), jangan takut jangan sedih, Allah selalu bersama kita.

Sekitar waktu menunjukan pukul 00:00 WIB, Wakijo lan Sedulur dipersilahkan naik ke panggung. Mas Wakijo selaku vokalisnya menyapa semua JM yang hadir malam itu. Lagu nomer pertama dan kedua darinya mengajak kita shalawatan bersama-sama, kemudian sebuah lagu karyanya kembali menghangatkan suasana Kenduri Cinta menjelang berganti hari. Wakijo lan Sedulur disambut tepuk tangan oleh semua yang masih bertahan duduk di pelataran Taman Ismail Marzuki. Dan mereka semua yang hadir tampak asing karena Wakijo lan Sedulur baru pertama kali menginjakan kakinya di Kenduri Cinta, rasa penasaran para JM pun semakin bertambah hingga tidak ada narasumber yang hadir pun mereka tetap istiqomah dan konsisten menyimak dan mendengarkan. Hingga Mas Karim menyimpulkan, para JM yang hadir malam ini adalah salah satu bentuk puasa, karena tanpa ada Mbah Nun, mereka semua tetap bertahan sampai dini hari.

Terlihat juga banyak anak-anak kecil dibawa ibunya untuk melingkar bersama menikmati kebersamaan malam itu. Hingga usai acara mereka masih bertahan, meski anak-anak itu tertidur. Paham atau tidaknya yang jelas pasti tidak paham. Tapi mereka semua menanam benih-benih kejernihan berpikir dan menyerap secara alamiah yang akan loading disaat mereka tumbuh besar nanti. Mereka sudah turut menanam dan merawat kebun Maiyah. Mereka adalah generasi penerus yang akan selalu tumbuh untuk generasi masa depan Indonesia.

Mas Fahmi kemudian mempersilahkan Mas Ali dan Mas Doni memaparkan. Awal mula dari Mas Ali mengingatkan, kita berkumpul begini diawali dari masalah, semoga dengan adanya masalah ini menjadi bibit awal untuk menjadi perbaikan dengan dilandasi  kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah. Dan semoga Allah mengintervensi untuk perbaikan. Karena di Maiyah ini kita belajar untuk berpola fikir menanam bukan berpola fikir tentang hasil. Lalu Mas Fahmi kembali menekankan, Maiyah adalah ruang yang sangat besar, bisa dimasuki dari segala sisi, disini kita saling memberikan rasa aman bagi satu sama lainnya. Setiap orang yang hadir boleh menyampaikan apa saja di Kenduri Cinta, asalkan yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan, inilah format sinau bareng, dan yang disampaikan disini ini bukan diklaim satu-satunya kebenaran mutlak akan tetapi menikmati proses untuk mencari kebenaran sejati.

Di sesi akhir Wakijo lan Sedulur kembali tampil membawakan lagu karyanya berjudul “Keseimbangan” dan sebuah lagu karya Letto. Ia sedikit menyimpulkan saat membuat lagu berjudul keseimbangan tersebut, bahwa Sisi Pandang, Jarak Pandang, Sudut Pandang di Maiyah saling terkait untuk Kebaikan dan Keindahan. Tak lupa Mas Wakijo juga memperkenal personilnya satu per sau. Setelah penampilannya acara Majelis Masyarakat Kenduri Cinta dipuncaki dengan shalawat Hasbunallah dipimpin oleh Mas Sigit dan Mas Fahmi bersama-sama para JM, lalu mas Sigit memimpin doa untuk penghujung acara Kenduri Cinta malam itu. Kami pun segera mengambili peralatan musik yang berada di panggung untuk kami masukan ke dalam mobil kembali.

Sebelum berpamitan kami kembali ke ruang transit untuk istirahat sejenak. Para penggiat Kenduri Cinta mengucapkan banyak terima kasih kepada kami sudah bersedia hadir di di acara Kenduri Cinta bulan Juli. Kami juga mengucapkan terima kasih atas semuanya dan sudah disambut dengan ramah dan baik. Tak lama kami pun segera pamit untuk kembali melanjutkan perjalanan kembali ke kota Semarang. Semoga dengan pertemuan ini, persaudaraan kami dengan para penggiat Kenduri Cinta dan juga JM akan terus guyup rukun ketika bertemu lagi di waktu dan ruang yang berbeda. Dan semoga perjalanan kami membawa keberkahan untuk semuanya. Amin.

 

Galih Indra Pratama
Semarang – Jakarta – Semarang, 6-7 Juli 2018