Olahraga Mempersatukan Rakyat

DUA BULAN lalu, pada gelaran akbar Piala Dunia kita menyaksikan 32 Negara yang lolos pada putaran final turnamen 4 tahunan tersebut bertanding di Rusia. Di pertandingan final yang mempertemukan Perancis dan Kroasia, kita menyaksikan seluruh warga dari kedua negara tersebut merayakan prestasi kesebelasan mereka bertanding di partai puncak. Sejenak mereka melupakan semua himpitan persoalan yang mereka hadapi, meskipun hanya sebentar saja, nyatanya sepakbola mampu menyatukan mereka.

Tepat sehari setelah perayaan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia ke-73, Asian Games ke-18 resmi dibuka penyelenggaraannya. Jakarta dan Palembang menjadi kota pelaksana event akbar olahraga benua Asia kali ini. Opening ceremony memukau jutaan mata yang menyaksikan. Mengundang decak kagum masyarakat luas. Sejenak kita melupakan perpecahan pandangan politik yang terjadi, saatnya mendukung para atlet yang berjuang mengharumkan nama bangsa dan negara.

Indonesia sebagai tuan rumah berhasil menyelenggarakan gelaran akbar olahraga 4 tahunan di benua Asia ini. Dan yang lebih membanggakan tentunya adalah capaian prestasi para atlet Indonesia yang berhasil meraih 31 medali emas, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu. Capaian yang melebihi target yang dicanangkan oleh Pemerintah.

Tentu saja, capaian prestasi ini semakin menumbuhkan rasa optimis bangsa Indonesia, bahwa di masa yang akan datang, para atlet-atlet Indonesia akan semakin berprestasi. Pembinaan olahraga yang digawangi oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga mulai menampakkan hasil. Yang perlu diingat adalah bahwa mempertahankan sebuah prestasi itu lebih sulit daripada meraihnya.

Yang tidak kita lihat adalah proses perjuangan para atlet sebelum mereka sampai pada pertandingan demi pertandingan yang dilombakan di Asian Games ini. Proses latihan dan tempaan displin berbulan-bulan menghasilkan mental juara. Yang kita lihat hanyalah bagaimana mereka bertanding di lapangan saja. Maka tidak mengherankan jika ada masyarakat yang menumpahkan kekecewaannya ketika melihat atlet-atlet Indonesia kalah dalam sebuah pertandingan.

Sebagai suporter, sudah pasti akan merasa kecewa manakala atlet yang didukung kalah dalam dalam sebuah pertandingan. Tetapi, sang atlet lah yang tentu merasa paling kecewa karena ia gagal melangkah lebih jauh lagi dalam sebuah turnamen. Persiapan sekian bulan yang sudah dilakukan tidak mampu mengantarkannya ke podium juara.

Dan ketika ada atlet Indonesia yang berhasil meraih medali emas, kita semua bersorak. Merayakan prestasi sang juara. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi para atlet ketika mereka brdiri di podium tertinggi dan menyaksikan bendera merah putih dikibarkan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tak ayal, para atlet peraih medali emas menitikkan air mata haru dan bahagia pada momen sakral itu.

Cak Nun, dalam beberapa momen di Maiyahan ketika membahas tentang olahraga selalu mengatakan bahwa juara itu tidak abadi. Seorang atlet atau sebuah kesebelasan sepakbola hanya menjadi juara ketika mereka memenangkan partai final. Setelah pertandingan final, jika sang juara itu kembali bertarung, belum tentu akan kembali memenangkan pertandingan lagi. Dalam buku “Bola-bola kultural”, Cak Nun menulis; “Bagi Anda fanatikus sepakbola, siapkan diri untuk kalah. Sebab kesiapan untuk menang sudah dikerjakan oleh naluri, tak usah Anda rancang. Amat susah untuk kalah. Menang itu gampang”

Jonathan Christie pada sesi wawancara setelah memastikan diri meraih medali emas mengatakan bahwa setelah turun dari podium, ia bukan lagi seorang juara, karena ia akan memulai lagi dari awal untuk kembali mengukir prestasi selanjutnya. Begitulah sejatinya seorang pejuang. Juara itu hanya sesaat, karena ada pertandingan demi pertandingan lagi yang harus dimenangkan. Dan tidak ada satupun atlet yang mampu memastikan apakah ia akan memenangkan sebuah pertandingan atau tidak. Yang mereka usahakan adalah menampilkan permainan terbaik pada setiap pertandingan yang ia jalani.

Seperti yang juga dibahas pada Kenduri Cinta edisi Agustus 2018 lalu, bahwa ada dua jenis pertarungan; pertarungan jangka pendek dan pertarungan jangka panjang. Asian Games adalah salah satu jenis pertarungan jangka pendek, msekipun setiap atlet mempersiapkan diri untuk bertanding di Asian Games, sejatinya mereka juga mempersiapkan diri untuk turanamen-turnamen selanjutnya pada gelaran olahraga yang akan datang.

Dari kacamata penyelenggaraan, Indonesia telah sukses menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 ini. Sebagai salah satu peserta, Indonesia telah mengukir prestasi terbaik bahkan sejak Asian Games pertama dilaksanakan, pada Asian Games kali ini raihan medali yang diraih oleh para atlet adalah yang terbaik sepanjang sejarah.

Dari olahraga, kita belajar begitu banyak hikmah tentang perjuangan, tentang pengorbanan, tentang persatuan, tentang kebahagiaan, juga tentang kekecewaan. Olahraga juga merupakan salah satu miniature kehidupan. Dalam olahraga, kita semua belajar bahwa proses yang dijalani dengan sungguh-sungguh tidak akan pernah mengecewakan. Begitulah adanya manusia, Tuhan hanya meminta kita untuk terus berjuang, setia menjalani proses dan perjalanan kehidupan yang hasil akhirnya ditentukan oleh Tuhan kelak.