Nikmatnya Kelaparan

jaburan edisi kedua

KITA menjalankan puasa ini ada dimensi yang spiritual sekali, ada dimensi yang isyik. Isyik itu keasyikan yang sangat intrinsik sifatnya di dalam jiwa manusia. Tapi ada yang ekstrinsik, ada keasyikan di luar, ada keindahan bulan ramadlan. Ada lagu-lagu yang menghias, ada album ramadlan, ada jajan-jajan di pinggir jalan. Itu semua sah asal ditempatkan pada tempat yang tepat baik di dalam tata nilai di dalam diri manusia atau di dalam tatanan kebudayaan di mana manusia hidup, maka tidak ada masalah.

Tetapi mungkin kita mempunyai kelemahan-kelemahan, misalnya; Lho kalau memasuki bulan ramadlan ini budget rumah tangga meningkat. Mestinya puasa itu penurunan kebutuhan jasad, tapi justru meningkat di mana-mana. Sehingga pertimbangan-pertimbangan kenegaraan saja dihitung berdasarkan kepastian bahwa begitu memasuki bulan ramadlan tidak boleh ada masalah ekonomi di negara ini. Karena begitu rupa di bulan ramadlan kita sangat butuh keamanan ekonomi dan mungkin konsumsi yang lebih besar.

Ya kalau sehari-hari, budaya puasa, keasyikan berpuasa dan menikmati secara manusiawi puasa ya kadang-kadang kita iseng-iseng, ngomong; yuk, yuk kita ngopi-ngopi dulu sambil nunggu buka puasa. Yuk, kita main gaple. Ini rokoknya cukup ndak sampai nanti saat  berbuka puasa? Tentu saja itu semua tidak akan kita lakukan. Tetapi ngomong-ngomong seperti itu sesungguhnya adalah cara kita untuk menikmati puasa dan mengejek diri kita agar supaya kelaparan itu bisa menjadi kenikmatan selama kita berpuasa.