Negara di Lapangan Hijau

GELARAN Piala Dunia memasuki 4 pertandingan terakhir dalam sepekan mendatang. Dari 32 Negara kontestan, kini tersisa 4 Negara yang akan memperebutkan Juara. Perancis akan berhadapan dengan Belgia di babak semifinal pertama, sementara Kroasia akan bertarung melawan Inggris di babak semifinal kedua. Sepakbola menjadi salah satu cabang olahraga yang sangat diminati oleh banyak orang, hampir di seluruh penjuru dunia menyukai sepakbola.

Untuk mendefinisikan kebanggaan terhadap Negara, cara yang paling sederhana saat ini adalah dengan menyaksikan turnamen Piala Dunia yang sedang digelar di Rusia tahun ini. Ketika 22 pemain memasuki lapangan, dua buah bendera besar yang menandakan bahwa dua negara akan bertanding dibentangkan di kedua sisi lapangan. Sejenak kemudian, masing-masing lagu kebangsaan dari kedua negara yang akan bertanding diperdengarkan. Sementara di tribun VVIP, tampak Presiden FIFA mendampingi dua Kepala Negara dari masing-masing Negara yang akan bertanding.

22 pemain dari masing-masing kesebelasan yang merepresentasikan kekuatan negara mereka akan bertanding selama 90 menit di lapangan hijau. Begi mereka, kemenangan adalah sebuah kebanggaan dan kegembiraan bagi seluruh warga negara mereka. Jika kalah dan kemudian gagal melangkah lebih jauh dalam turnamen ini, maka itu merupakan sebuah kegagalan. Raut wajah kesedihan selalu tampak di akhir pertandingan pada kesebelasan yang gagal lolos ke babak berikutnya. Dalam satu minggu ini kita akan menyaksikan apakah Perancis, Belgia, Kroasia atau Inggris yang akan menjadi juara dunia.

Tim Nasional U-19 Indonesia sedang bertanding dalam turnamen AFF U-19 yang tahun ini kita kembali menjadi tuan rumah. Gelora Delta Sidoarjo pada tahun 2014 menjadi saksi bersejarah bagaimana Evan Dimas memimpin anak-anak muda U-19 dibawah asuhan Coach Indra Sjafri meraih gelar juara. Tahun ini, dengan susunan pemain yang tentu berbeda dari 4 tahun yang lalu, Coach Indra Sjafri kembali didapuk untuk membimbing anak-anak muda U-19. Sejauh ini, kita diperlihatkan penampilan yang apik dari anak-anak muda U-19 ini. 4 kemenangan beruntun telah diraih. Laos, Singapura, Filipina dan Vietnam berhasil dikalahkan. 12 poin telah dikemas Garuda Muda, sekaligus memastikan satu tempat di babak semifinal.

Cak Nun secara khusus memiliki perhatian kepada anak-anak U-19 ini. Bahkan pada generasi sebelumnya, ketika Evan Dimas dkk bertanding dalam Piala Asia U-19 di Myanmar tahun 2014, Cak Nun dan Ibu Via berangkat ke Myanmar untuk turut mendampingi Garuda Muda. Ikatan silaturahmi antara Timnas U-19 dengan Cak Nun dan Ibu Via hingga hari ini masih terjalin dengan baik. Pda pertandingan Indonesia U-19 vs Vietnam U-19 akhir pekan lalu, Cak Nun bersama Ibu Via dan anak-anak menyaksikan secara langsung pertandingan tersebut di Gelora Delta Sidoarjo.

Tentu saja kehadiran Cak Nun itu menambah suntikan moral tersendiri bagi Garuda Muda. Selama 90 menit pertandingan, kita menyaksikan anak-anak asuhan Coacah Indra Sjafri bertanding dengan penuh semangat. Meladeni permainan terbuka yang ditampilkan oleh pemain U-19 Vietnam. Dengan penuh kesabaran, Witan Sulaiman dan kawan-kawan membongkar pertahanan Vietnam U-19 yang terjaga sangat rapi. Hingga akhirnya, sebuah akselerasi Todd Ferre di kotak pinalti lawan membuahkan hasil. Sepakan kerasnya membentur mistar gawang, bola pantulan disambut oleh Rafli Mursalim untuk menjebol gawang Vietnam. Seluruh stadion bergemuruh, dan mungkin seluruh penonton yang menyaksikan melalui layar kaca pun bersorak.

Kita semua berharap, agar anak-anak muda U-19 ini juga akan meraih juara di turnamen AFF U-19 kali ini. Mereka adalah generasi sepakbola masa depan Indonesia. Mereka saat ini adalah pemain-pemain terbaik yang telah terpilih untuk mengenakan seragam merah putih di lapangan hijau. Di luar sana, ada banyak anak-anak U-19 yang juga berkualitas, yang mungkin saja mereka nanti akan tergabung dalam Tim Nasional U-23 bahkan di level senior kelak.

Apa yang kita saksikan di lapangan hijau dalam turnamen Piala Dunia di Rusia dan Piala AFF U-19 di Sidoarjo adalah wujud nyata bagaimana anak-anak terbaik dari sebuah bangsa memperlihatkan kemampuan terbaik mereka untuk membela negara mereka. Ketika lagu kebangsaan diperdengarkan di stadion tempat mereka bertanding, tak jarang kita melihat para pemain menitikkan air mata mereka. Sangat nyata bahwa mereka sedang berjuang mengharumkan nama baik bangsa dan negara.

Andaikan seluruh elemen pemerintah yang sedang mengemban amanat mengelola negara memiliki semangat yang sama seperti para pemain sepakbola yang sedang bertanding di sebuah turnamen internasional, dengan membawa panji kehormatan negara, yang berjuang sepenuh hati mereka, menampilkan permainan terbaik mereka, tidak akan menyerah sebelum peluit panjang dibunyikan oleh wasit, tentu sebuah negara akan dikelola dengan baik.

Ketika mereka mampu mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat, itu merupakan trofi juara yang tak ternilai harganya. Dan ketika peluit panjang tanda berakhirnya masa jabatan mereka dibunyikan, namun masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, sudah sepantasnya mereka mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada seluruh rakyat karena mereka belum berhasil mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Dan kemudian tidak berani lagi untuk mencalonkan diri agar dipilih kembali untuk mengelola negara.