Mukadimah SOLD OUT

emptiness is loneliness,

and loneliness is cleanliness

and cleanliness is Godliness,

and God is empty…

just like me

(Zero, Smashing Pumpkins)

I

Tujuh tahun yang lalu, melesat beberapa tokoh yang santun dalam perilaku dan tutur bahasa. Hingga beberapa pemuka masyarakat serta media menobatkan mereka menjadi ‘rising star’, ‘tokoh masa depan’ bangsa ini. Namun tak lama tahun berselang mereka sibuk memberikan alibi atas berbagai tuduhan yang diduga dilakukan yang bersangkutan. Dan sebagian dari mereka mulai bergabung dengan kerumunan yang selama ini mereka hujat, sekedar untuk berkuasa. Kesantunan yang menjadi ‘icon’ beranjak pergi meninggalkan profil mereka yang asli. Hujatan hingga makian menggantikan dimensi pujian.

II

Sebuah kelompok musik legenda termasyhur Indonesia mengadakan konser di beberapa tempat di negara adi daya. Atribut hingga copy cassette nya pun di abadikan di museum musik mereka. Namun di negeri asalnya kelompok ini tak mendapatkan respon sebaik di negeri seberang. Ratusan lagu hingga puluhan album mereka tenggelam oleh kelompok baru. Kesuksesan instan mengalahkan harmoni puluhan tahun kelompok yang usia nya nyaris menyamai grup band legendaris dunia ‘Rolling Stones’.

III

Zero itulah istilah tepat yang menggambarkan kondisi masyarakat saat ini. Didalam diri masyarakat telah terbangun ketidakpercayaan diri yang sangat akut. Masyarakat tak mempunyai indikator (zero indicator) dalam hidup dari beragama hingga berkesenian. Manusia kemudian membutuhkan dan mulai bergantung kepada figur di segala level kehidupan. Figur yang lambat laun menjadi idola.

Kesunyian dan kesendirian akibat derita kehidupan terobati oleh hadirnya idola. Ketokohan sangat dipuja, tutur kata dan tampilan menawan menjadi hiasan memori hingga perilaku para pengikut. Akun dunia maya pun tak hentinya menjanjikan identitas-identitas baru kelompok idola. Tak terasa kemudian sang idola bersaing dengan sang Pencipta.

Industri kreatif idola secara massive memanfatkan keengganan serta kemalasan belajar masyarakat. Respon takjub dan murka mudah ‘dikendalikan’ seketika manakala sang idola ‘berfatwa’ atau di kemudian hari terbukti berbuat salah. Kosmetika industri dengan mudah akan menjatuhkan idola lama dan mengorbitkan idola baru. Tak terasa hingga masyarakat terbius dengan aneka rasa idola yang telah mengemuka. Rasa kecewa lama akibat janji tak terealisasi atau rentetan kasus dari idola lama terobati oleh janji dan harapan idola baru.

Jika hari-hari belakangan ini masyarakat dibuat terkesima oleh adanya fenomena tontonan masal idola yang laris dan tiketnya ludes terjual alias SOLD OUT, maka seketika itulah idola masuk perangkap industri kreatif. Atau ketika para tokoh/public figur terperangkap ‘berjualan’ di berbagai media komunikasi seketika itulah mereka akan mengalami SOLD OUT. Dalam artian, manakala idola terjual alias SOLD maka tiada lain mereka tinggal menunggu saatnya OUT. Keluar secara sukarela atau dipaksa. Itulah belantara idola di negeri ini.

Semoga pemikiran awal SOLD OUT ini mampu mengantarkan kepada sebuah dialog yang yang lebih tajam pada KENDURI CINTA tanggal 11 Nopember 2011.

Kami sengaja tidak bersujud kepada Adam
Kami minta satu periode zaman saja kepada Tuhan
Untuk membuktikan argumentasi kenapa kami tidak bersujud kepada Adam
…..tidak relevan Iblis bersujud kepada Adam
Karena anak turun Adam sekarang
Terbukti sangat beramai-ramai dan kompak menyembah Iblis

— Nyicil Simpati kepada Setan, Emha Ainun Nadjib

Jakarta, 04 Nopember 2011  Dapoer Kenduri Cinta