Mukadimah: UNTUK KETERLAHIRAN BARU

LIMA bulan sudah kita telah menjalani rutinitas yang baru. Mainstream kebanyakan orang menyebutnya The New Normal. Padahal, sejatinya setiap hari kita selalu menemukan hal yang baru. Kita hari ini adalah diri kita yang baru yang tidak sama dengan diri kita yang kemarin. Evolusi terus berlangsung dalam berbagai skala. Pandemi Covid-19 ini bisa juga dimaknai sebagai salah satu proses evolusi yang sedang berlangsung dalam peradaban yang kita alami saat ini.

Semua informasi mengenai Covid-19 sudah habis kita cerna. Dari yang awalnya kita begitu ketakutan, sekarang kita sudah menjalani hari-hari seperti biasa kembali. Tidak ada sesuatu yang aneh lagi. Kita sudah terbiasa memakai masker dan mencuci tangan. Bukan dalam rangka tindakan preventif semata, tetapi juga dalam rangka mengamankan satu sama lain di antara kita semua. Bukankah itu ajaran Rasulullah Saw? Salah satu fungsi utama manusia adalah menjamin keamanan satu sama lain; keamanan nyawa, martabat dan harta.

Memasuki gua sunyi selama 5 bulan terakhir sudah pasti Allah menghadirkan begitu banyak hikmah yang luar biasa kepada kita. Betapa kita disadarkan menajdi manusia yang sangat bodoh di hadapan makhluk tak kasat mata bernama Coronavirus. Bukan hanya sekadar kita tidak mengenal apa itu Coronavirus, tetapi juga kita tersadar ada banyak hal yang sejatinya logika Allah tidak sama dengan logika manusia. Ada banyak hal yang dalam 5 bulan terakhir ini kita menyadari bahwa manusia hanya merencanakan, tetapi tidak menentukan.

Hibernasi selama 5 bulan, apakah membuat kita ambruk begitu saja? Tentu tidak. Setelah keputusan pandemi nasional diumumkan dan ditetapkan oleh Pemerintah, ada #JEDASEJENAK yang memang kita membutuhkannya. Ada momen yang memang kita diharuskan unuk berkontemplasi sejenak, menundukkan kepala, merendahkan hati, menyadari bahwa diri kita ini hanyalah manusia biasa dalam serpihan jagad alam raya ini. Yaa Hafiidz… Ihfadznaa…. Yaa Rahman… Yaa Rahiim…. Irhamnaa…. Wirid penjagaan terlantunkan, sebagai bukti bahwa kita memang harus memasrahkan diri kepada-Nya.

Cak Nun menyampaikan dalam video diskusi bersama Mas Sabrang, bahwa Allah membekali konsep Tawakkal dan Taqwa kepada manusia yang memiliki bekal Iman agar mampu menenteramkan hatinya. Tawakkal dan Taqwa adalah hadiah dari Allah yang seringkali kita menyia-nyiakannya, melupakannya, mengesampingkannya, menihilkannya. Kita terlampau terbiasa untuk menjadi manusia yang sombong, yang selalu merasa paling pandai, paling benar, paling memahami. Pada akhirnya, ditabrakkan dengan Coronavirus ini kita benar-benar menjadi manusia yang tidak berdaya.

Hibernation bukan hanya sekadar diam, berkontemplasi, atau bertapa. Tidak demikian. Kenduri Cinta terus menggeliat. Rencana-rencana yang sudah dirancang sebelumnya, yang kemudian gagal terlaksana, tidak untuk diratapi, tidak untuk disambati. Ada momen jatuh, tersungkur, lelah. Tapi kemudian kita harus bangkit lagi, kembali berdiri tegak untuk menjalani kehidupan.

Reboan in The Sky adalah wahana dimana Kenduri Cinta berusaha untuk tetap menjaga api semangat Sinau Bareng teman-teman penggiat Simpul Maiyah. Bukan hanya di Kenduri Cinta, tetapi di seluruh Simpul Maiyah. “Virus” positif harus terus dikembangbiakkan. Semangat Sinau Bareng tidak boleh padam. Dan itu terbukti bagaimana Simpul Maiyah di berbagai daerah terus menggelorakan semangat itu. Ada pasang surut, ada naik turun, itu hal yang biasa dalam hidup. Tetapi jangan sampai semangat itu benar-benar sirna.

Banyak pertanyaan mengenai kapan Kenduri Cinta kembai dilangsungkan seperti biasa? Sebuah pertanyaan yang aneh sebenarnya. Karena hampir semua kegiatan yang dilakukan oleh Kenduri Cinta selama 5 bulan terakhir terdokumentasikan dengan baik di website caknun.com dan juga media sosial Kenduri Cinta sendiri. Justru yang dilakukan oleh Kenduri Cinta bisa mencapai 2-3 kali lebih padat dari situasi normal sebelumnya.

Pada medio 5 bulan ini pun, Kenduri Cinta secara Komunitas dan juga Maiyah secara luas menjalani ujian yang juga tidak ringan. Kepergian Syaikh Nursamad Kamba adalah kehilangan yang tidak ternilai harganya. Salah satu samudera ilmu kita yang sangat concern dan expert di bidang Tasawuf, justru dipanggil oleh Allah Swt pada saat-saat seperti ini. Dan beberapa hari yang lalu, Bunda Cammana juga dipanggil Allah Swt.

Dalam kondisi Pandemi Covid-19 yang kita alami bersama dalam beberapa bulan terakhir, tidak mudah kita menjalaninya. Ada banyak dari kita yang harus kehilangan saudara karena Virus ini. Ada banyak dari kita yang juga mungkin harus kehilangan mata pencaharaian. Tetapi kita semua membuktikan bahwa kita mampu untuk bertahan dari ujian ini. Kita semua mampu survive dengan skalanya masing-masing. Ketika kita mampu memastikan bahwa diri kita mampu bertahan, kita kemudian memberanikan diri untuk membantu kanan-kiri kita untuk mengajak mereka bangkit kembali.

Emergence Society dalam skala yang kecil terus tumbuh. Ada yang masih bertahan, tumbuh dan berkembang, ada yang sudah hampir padam. Sekecil apapun, kesadaran untuk hidup bersama harus tetap dijaga.

Kenduri Cinta edisi September 2020 ini sedikit berbeda dari biasanya, teman-teman Jamaah Maiyah dapat menyaksikannya secara Live Streaming melalui channel YouTube Kenduri Cinta pada Jum’at, 18 September 2020.