Mukadimah: THE SHOW MUST GOAT-ON

MUKADIMAH KENDURI CINTA desember 2017

DI ZAMAN (NOT) NOW, puncak demokrasi dan teknologi sudah sedemikian canggih. Jaminan kebebasan berpendapat tidak lagi berdasar keadilan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia. Namun lebih dari itu, Domba-domba dan Kambing-kambing bebas mengeluarkan pendapat dan seolah-olah dijamin kesetaraan hak dan kewajibannya sebagai sesama makhluk hidup. Para penggembala jelas kalah jumlah suara dengan domba dan kambing. Namun, kepandaian para penggembala diatas mereka. Di tanah lapang gersang dan rerumputan yang terbatas, Domba dan Kambing tanpa ikatan digiring dan dilepaskan begitu saja, dibiarkan supaya beradu berebut makan.

Domba dan Kambing disibukkan dengan berbagai pertunjukan-pertunjukan dan perlombaan-perlombaan yang membuat mereka terlena. Domba-kambing bersuka ria digiring kesana kemari berdasarkan kepentingan para penggembala. Domba dan Kambing pun lupa dengan berbagai urusan hidup yang mendasar, ketersediaan rerumputan dan kepenguasaan lahan padang rumput yang semakin menyempit. Mereka justru bangga diadu dalam berbagai arena pertarungan dan dalam berbagai pertunjukkan debat di layar kaca. Mempertontonkan kekuatan tanduk dan adu keras kepala.

Kawanan Domba dan Kambing yang tenang merumput, tertib dan teratur tidaklah menjadi pertunjukan yang menarik untuk diberitakan. Induk-induk Domba yang merumput sambil menyusui anak-anaknya nampak tidak menjadi informasi yang layak untuk di-buzzer-kan. Begitupun Komandan Kambing yang menggiring anak-anak Kambing untuk memilah rerumputan yang mudah dikunyah pastinya untuk menjadi berita viral tidaklah mudah. Namun jika ada satu-dua Domba dan Kambing yang bertarung itu bakal menjadi bidikkan publikasi sehingga menjadi trending topic di media sosial. Bahkan sebisa mungkin Domba dan Kambing dibuat bertarung, diprovokasi bagaimanapun caranya supaya mereka berduel satu sama lain.

Skenario konstelasi global modern saat ini mencanangkan target bahwa Islam boleh hidup dan berkembang, tetapi Islam tidak boleh berkuasa. Karena jika Islam berkuasa, para penjajah tidak akan mendapatkan laba yang berlipat atas penjajahan ekonomi di dunia saat ini.

Segala macam infiltrasi dihembuskan, sasaran utamanya adalah bagaimana agar sesama Ummat Islam tidak akur, merasa paling benar satu sama lain diantara mereka, kalau perlu diatur sedemikian rupa agar pentolan-pentolan Ummat Islam dibuai dengan kekuasaan, sesering mungkin diajak makan siang bersama, yang tidak gratis tentunya. Siapa mendekat ke lingkaran kekuasaan, akan diberi bonus pundi-pundi keuangan, asalkan syaratnya mau dicocok hidungnya oleh penguasa layaknya kerbau yang digunakan untuk membajak sawah. Jika tak tunduk dengan penguasa, segera cambuk saja tubuhnya sebagai hukuman, toh Perppu sudah dibikin. Jika masih saja tak menuruti perintah, maka tak usah sediakan rumput di kandangnya. Cari kerbau lain yang siap diperbudak.

Muhammad Natsir pernah memberi peringatan kepada Ummat Islam di Indonesia: “Islam beribadah itu akan dibiarkan. Islam berekonomi akan diawasi. Islam berpolitik itu akan dicabut seakar- akarnya” . Ummat Islam asalkan tidak ikut cawe-cawe dalam urusan Ekonomi dan Politik, akan diberikan ruang yang leluasa untuk bergerak dan tidak akan diganggu, apalagi diinjak-injak. Tetapi, manakala terlihat kekuatan Ummat Islam muncul, bersatu menggalang kekuatan, seketika itu pula akan diberangus, dijegal, diminimalisir ruang geraknya. Sesama ummat muslim akan dibuat saling curiga, bahkan jika jalinan silaturahmi mulai renggang akan diprovokasi untuk diadu domba.

Sifat domba dalam diri pribadi ditengah masyarakat Maiyah yang berkebun akan berpotensi destruktif. Tetumbuhan nilai-nilai Maiyah yang semestinya sakral sebagai pusaka kebersamaan dapat seenaknya dikunyah mentah-mentah bahkan tercerabut akarnya dari tanah karena kesembronoan orang-orang yang mengaku bermaiyah. Kecenderungan sifat domba ini besar peluangnya akan muncul bila tidak adanya kesepakatan-kesepakatan bersama sebagai koridor kebersamaan. Layaknya seorang penggembala akan bersegera melerai jika gembalaannya beradu, wilayah abu-abu perlu ada kesepakatan bersama sebagai titik temu. Menggiring domba dan kambing didalam diri ke rerumputan yang subur supaya gembalaan tetap mendapatkan asupan makan yang baik namun tidak merusak kebun yang sedang tumbuh subur.

Kenduri Cinta edisi Desember 2017 mengangkat tema “The Show Must Goat-On” karena melihat fenomena praktik ‘adu domba’ yang secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan, Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta sudah saatnya mulai merintis, mengidentifikasi, pelan-pelan menyusun, membuat kesepakatan-kesepakatan bersama sebagai koridor kebersamaan hingga akhirat yang abadi.