Mukadimah: PRESIDEN SEJATI, PUJANGGA ABADI

PRESIDEN LAGI… Presiden lagi. Apakah Kenduri Cinta sudah kehabisan tema sehingga harus mengangkat tema Presiden lagi? Dan juga, PILPRES bukannya sudah selesai, kenapa harus membahas Presiden lagi? Sudah pasti, judul ini akan membuat orang yang belum mengenal Kenduri Cinta akan membuat penasaran, atau setidaknya mengernyitkan dahi, dan mungkin ada yang berkomentar sinis.

Dan Masyarakat Maiyah akan sangat memaklumi kepada siapa saja yang mungkin akan memandang sebelah mata pada tema Kenduri Cinta kali ini. Jangankan dipandang sebelah mata, bahkan tidak dianggap sama sekali pun, Masyarakat Maiyah sudah terbiasa. Dan juga, selama ini kita di Maiyah telah menemukan arena yang begitu luas untuk memasuki “Madinatu-l-ilmi”, jangankan dari kata “Presiden”, bahkan dari kata “Rayap” saja, kita bisa menjelajah samudera ilmu yang luar biasa di Kenduri Cinta.

Itulah mengapa, Cak Nun sering mengajak kita untuk menyelami kembali kata demi kata yang sehari-hari kita ucapkan. Karena tidak jarang kita mengalami kegagalan dalam menempatkan kata-kata, yang pada akhirnya secara tidak langsung kita turut menyumbang rusaknya peradaban akibat kesalahan kita dalam memaknai kata-kata. Dan sudah terlalu Panjang daftar kata-kata yang telah kita bedah kembali dalam sinau bareng kita di Kenduri Cinta.

Lantas, bagaimana dengan Kenduri Cinta kali ini?

Satu yang spesial pada Kenduri Cinta edisi Juli ini adalah Ijazah Maiyah. Ijazah Maiyah ini bukan award, trofi, medali atau penghargaan bergengsi. Ijazah Maiyah merupakan ungkapan rasa cinta dan penghormatan yang mendalam, ungkapan terima kasih atas keteladanan hidup para sosok manusia yang memang pantas menjadi teladan bagi manusia yang lainnya.

Adalah sebuah anugerah yang pantas untuk kita syukuri bersama, karena di Maiyah kita telah dipertemukan dengan sosok-sosok yang sangat otentik, yang masih menjaga kemurnian dirinya, yang tidak pernah sekalipun menjadi tidak dirinya sendiri. Di tengah peradaban yang penuh dengan kepalsuan ini, terlalu banyak kita diperlihatkan sosok-sosok penuh topeng materialisme. Sosok-sosok yang tidak menjadi dirinya sendiri, yang harus mengekor kepada orang lain untuk menjadi bukan dirinya sendiri.

Maiyah menemukan 5 prinsip nilai yang patut untuk dimiliki oleh manusia untuk tetap menjaga kesejatian dirinya. Ke-5 prinsip nilai itu adalah; Kebenaran, Kesungguhan, Otentisitas, Kesetiaan dan Keikhlasan. Manusia yang mampu menjaga integritasnya untuk tetap berpegang teguh pada 5 nilai tersebut adalah manusia-manusia yang layak diteladani. Tidak, mereka bukan tokoh besar, mereka bukan  orang hebat, mereka adalah manusia yang memang telah memerankan jati dirinya sebagaimana yang Allah kehendaki terhadap mereka. Maka, siapapun saja yang mampu menjaga keutuhan 5 nilai tersebut di dalam dirinya adalah manusia-manusia yang layak untuk diberi penghormatan berupa Ijazah Maiyah.

Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail dan Iman Budhi Santosa adalah pribadi-pribadi yang telah terbukti pantas menjadi teladan atas keistiqomahan menjaga 5 prinsip nilai itu. Sutardji Calzoum Bachri adalah manusia teladan yang dengan kesetiaan nuraninya menikmati kesucian Allah, dengan menjaga otentisitas kepribadian ekspressinya. Taufiq Ismail adalah pribadi yang pantas menjadi teladan karena dengan keteguhannya menjaga akal sehat kemanusiaan dan peradaban, dengan totalitas perjuangan dan keikhlasan duka derita yang ia alami. Iman Budhi Santosa adalah sosok yang menjadi teladan karena ketekunannya menyelami keindahan karya Allah serta mensyukuri rahasia nilai-nilai dalam kehidupan.

Kita hidup di sebuah negeri yang dianugerahi rahmat Allah yang tidak terhingga. Sumber daya alam yang terkandung di bumi Indonesia ini sungguh merupakan sumber daya yang seolah tidak ada habisnya. Manusia-manusia yang terlahir sebagai manusia Indonesia adalah manusia-manusia yang sangat beruntung. Namun, yang tidak kita miliki bersama hari ini adalah kepekaan untuk tidak menyepelekan Allah Swt. Nama-Nya selalu disebut-sebut, hampir setiap jam, asma-Nya dikibar-kibarkan, firman-firman-Nya senantiasa menjadi landasan pidato dan ceramah di setiap tempat. Puncaknya, kita tidak memiliki kesadaran bahwa kita sudah tidak menjadi diri kita sendiri.

Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail, dan Iman Budhi Santosa adalah sosok-sosok yang dipandang oleh Masyarakat Maiyah layak untuk menerima Ijazah Maiyah. Mereka adalah teladan manusia yang mampu mempertahankan hidupnya di tengah arus peradaban kapitalisme ini.

Mereka adalah para Presiden Sejati kehidupan, mereka adalah para Pujangga Abadi kehidupan. Mereka, melalui bait demi bait puisi yang mereka tulis bukan hanya sebatas karya sastra, tapi adalah puisi kehidupan. Kata demi kata yang mereka pilih terukir abadi. Allah tidak mungkin keliru mengilhami kata-kata kepada Sutardji Calzoum Bachri sehingga terlahir “Mantra” yang bukan sembarang mantra. Allah juga tidak main-main menitipkan “Sajadah Panjang” kepada Taufiq Ismail. Dan “Rumah” yang disusun oleh Iman Budhi Santosa bukan sekadar rumah.

Ijazah Maiyah hanyalah ungkapan Tahadduts bi-n-ni’mah dari Masyarakat Maiyah kepada diri mereka sendiri. Masyarakat Maiyah sangat bergembira dengan apa yang sedang dijalani selama seperempat abad terakhir ini. Semakin tidak dikenal, semakin tidak dianggap, semakin tidak diperhitungkan, maka semakin kami bergembira di arena kami sendiri. Indonesia penuh gegap gempita, dihiasi rumbai-rumbai peradaban kapitalisme modern, dan Masyarakat Maiyah sangat ketakutan sehingga memilih untuk tidak turut menikmatinya. Bahkan hanya sekadar untuk meneguk sedikit air diatas sungai yang dilewati saja, kami sangat memperhitungkannya untuk memutuskan apakah akan meminumnya atau tidak.

Kami, Masyarakat Maiyah menemukan bahwa dunia hanyalah persinggahan sementara. Kami sangat meyakini bahwa ada kehidupan yang lebih abadi daripada sekadar kehidupan di dunia. Sejauh-jauh yang sedang diupayakan oleh Masyrakat Maiyah adalah Quu anfusakum wa ahlikum naaron.

Pada Kenduri Cinta edisi Juli 2019 ini, kita kembali akan memasuki arena pembelajaran kehidupan melalui “Presiden Sejati, Pujangga Abadi”.