Menghikmahi Tahun 2020, Bekal Menjalani Tahun 2021

AKHIRNYA, kita sampai di penghujung tahun 2020. Tahun yang penuh kejutan, tahun yang telah menyadarkan kita bahwa sebagai manusia kita hanya bisa berencana. Pada setiap akhir tahun, kita memiliki momen untuk melihat ke belakang perjalanan satu tahun yang sudah dilalui sembari kemudian merancang rencana untuk disemogakan agar bisa dicapai di tahun selanjutnya. Tahun 2020 adalah tahun yang benar-benar mengajarkan kita arti tentang perjuangan untuk bertahan hidup.

Sepanjang tahun 2020, Kenduri Cinta memang tidak terselenggara genap 12 edisi. Tercatat hanya 4 edisi Kenduri Cinta terlaksana sepanjang tahun ini. Di Bulan Januari, Februari, dan Maret yang diselenggarakan di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. Sementara, di tengah masa pandemic Kenduri Cinta edisi September 2020 dilaksanakan secara daring. Begitu juga dengan forum Reboan yang menjadi sumbu utama keberlangsungan forum Kenduri Cinta ini, tidak genap terlaksana selama 52 kali di tahun ini.

Jika kita ingat, pada Kenduri Cinta edisi Maret 2020, beberapa jam sebelum Maiyahan malam itu berlangsung, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar tahap pertama setelah memastikan bahwa Virus Corona sudah masuk ke Indonesia. Tentu saja bagi para penggiat Kenduri Cinta saat itu sangat mencemaskan, bagaimana massa berkumpul di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki malam itu. Alhamdulillah, setelah Maiyahan malam itu tidak ada laporan bahwa jamaah Maiyah Kenduri Cinta ada yang terdampak positif Covid-19.

Inti Kadipiro bersama Koordinator Simpul kemudian mengambil inisiatif untuk menghentikan sementara kegiatan Maiyahan di semua Simpul Maiyah. Kesehatan dan keamanan semua pihak adalah yang utama. Meskipun demikian, bukan berarti geliat Simpul Maiyah berhenti total. Dengan proses adaptasi yang cepat, sebisa mungkin masing-masing mengkreatifi situasi yang ada untuk tetap menggeliat.

Reboan on the Sky

PENGGIAT Kenduri Cinta merespons situasi dengan menyelenggarakan Reboan on the Sky selama 10 edisi. Forum Reboan yang biasanya terselenggara secara offline di Teras Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki, dialihkan secara online dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting.

Tidak hanya penggiat Kenduri Cinta saja yang bergabung, namun juga penggiat dari Simpul Maiyah lain dan juga Jamaah Maiyah yang berada di luar negeri seperti Mas Rei di Putrajaya  Malaysia, Mas Jamal di Chicago USA, Nafis di Jerman, Mas Karim di Amsterdam, Argo di Korea Selatan. Marja’ Maiyah Yai Toto Rahardjo dan juga Alm. Syeikh Nursamad Kamba juga aktif bergabung dalam forum Reboan on the Sky ini.

Dengan intensitas yang lebih cepat, karena terlaksana seminggu sekali, forum Reboan on the Sky lebih menguras energi daripada Maiyahan biasanya yang diselenggarakan sebulan sekali. Setiap minggu, Reboan on the Sky hadir dengan berbagai bahasan, mulai dari ekonomi hingga ketahanan pangan dan pendidikan. Dengan menghadirkan narasumber yang juga beragam dari berbagai latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Secara keilmuan, Reboan on the Sky menjadi forum rutin mingguan Kenduri Cinta yang sangat memperkaya wawasan.

Forum yang awalnya hanya direncanakan bermula selepas Sholat Tarawih dan diakhiri menjelang jam 12 malam, pada faktanya tetap saja berlangsung hingga lewat tengah malam. Setiap peserta begitu sabar menyimak diskusi virtual tersebut. Bahkan, Alm Syeikh Nursamad Kamba dan juga Yai Toto Rahardjo dengan sabar dan setia menyimak dan baru mendapat kesempatan untuk merespons di akhir forum.

2020, ‘Aamul huzni Jamaah Maiyah

WAFATNYA Syeikh Nursamad Kamba adalah kehilangan terbesar jamaah Maiyah di tahun ini. Salah satu sosok Marja’ Maiyah yang sangat ahli di bidang ilmu tasawuf, beliau wafat pada 20 Juni 2020. Di tengah situasi pandemic Covid-19, kita semua melepas kepergian seorang guru besar tasawuf terbaik yang pernah tersambung silaturahmi yang sangat erat dengan kita di Maiyah.

7 September 2020, kita kembali kehilangan sosok orang tua yang juga begitu dekat dengan Jamaah Maiyah. Bunda Cammana, pejuang sholawat di tanah Mandar menghembuskan nafas terakhir setelah terbaring sakit beberapa bulan. Bunda Cammana adalah sosok pahlawan pelestari sholawat yang mendedikasikan seumur hidupnya untuk membumikan sholawat. Bunda Cammana tak pernah lelah mengajari anak-anak kecil untuk senantiasa bersholawat di kampungnya, Limboro, Polewali Mandar.

Di tahun ini, kita juga kehilangan Pak Sugiono, salah satu kerabat dekat yang juga tersambung dengan Jamaah Maiyah. Bersama Pak Franky Welirang, Pak Sugiono beberapa kali hadir dalam momen-momen penting seperti Menyorong Rembulan di Menturo, Jombang beberapa tahun lalu. Juga Rembug Maiyah 2017 di Jakarta, Pak Sugiono terlibat dalam menyampaikan materi di sebuah sesi diskusi saat itu.

Dan beberapa minggu lalu, Pak Iman Budi Santosa, salah satu sahabat dari Cak Nun yang menerima Ijazah Maiyah tahun 2019 lalu di Kenduri Cinta juga wafat. Pak Iman adalah sastrawan yang melestarikan kebudayaan dan tradisi masyrakat Jawa melalui karya sastranya, baik dalma bentuk esai maupun puisi.

Tahun 2020 ini benar-benar tahun yang sangat berat kita lalui. Tetapi, seperti yang termaktub dalam Al Qur`an yang juga selalu disampaikan oleh Cak Nun; Walaa taiasu min rauhillah, kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Seperti dalam nukilan lirik lagu lir-ilir; lunyu-lunyu penekno. Meskipun licin, pohon belimbing itu harus terus dipanjat. Meskipun sulit, hidup ini harus terus dijalani. Pada akhirnya, kita harus tetap berkhusnudzon dan setia menanti keajaiban dari Allah.