Manusia Garis, Manusia Bidang, atau Manusia Ruang kah Anda?

CARA untuk menghubungkan antara dua titik adalah dengan garis. Dari dua titik, jarak terpendek yang menghubungkan keduanya didapat berupa garis lurus. Bisa saja menghubungkan dua titik dengan berbagai cara, tapi paling tidak harus ada sebuah bidang untuk menggambarkan titik-titik dan garis-garis.

Dalam sebuah bidang, titik dan garis dapat digambar.  Sebuah titik dapat berada pada garis atau diluar dari sebuah garis. Sedangkan dua buah garis dapat digambarkan saling terpisah satu dan lainnya, saling memotong pada suatu titik, bisa juga satu garis pada suatu titik digambarkan berbelok menjadi garis lain atau bercabang menjadi garis-garis lainnya.

Menggunakan titik dan garis, dapat dibuat simulasi atau model untuk menggambarkan realitas yang lebih luas dalam satu bidang. Misalnya untuk menggambarkan rute perjalanan kereta. Tiap-tiap stasiun dapat digambarkan sebagai titik-titik yang saling terhubung oleh garis yang menggambarkan jalur kereta. Untuk sebuah model yang menggambarkan rute, boleh jadi skala jarak tidak diperlukan. Yang diperlukan sebatas keterhubungan antara satu titik dengan titik lainnya. Rute-rute yang berbeda bisa dipresentasikan dengan pewarnaan untuk masing-masing garis yang menggambarkan tiap rute.

Jika diperlukan gambaran geografis yang lebih detail menyertakan jarak, peta dengan skala tertentu diperlukan. Dalam peta, garis dan titik digunakan untuk penggambaran realita geografis. Jalan, sungai, batas administrasi desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara ditampilkan dengan garis-garis. Sedangkan bangunan-bangunan digambarkan dengan simbol-simbol yang diletakkan pada peta di titik geografis sesuai skala peta yang digunakan.

Bagi orang yang terbiasa dengan rancang-bangun, modeling, atau desain grafis; penggunaan titik, garis, bidang, dan ruang tentunya sudah lumrah digunakan. Namun penggunaan istilah garis, bidang, dan ruang sebagai metafora yang dilekatkan dengan manusia belum umum digunakan. Untuk sebuah istilah yang baru, ini akan menarik untuk dipelajari bersama. Boleh jadi dengan ini dapat membantu ketepatan identifikasi realita sosial masyarakat maupun identifikasi diri kita ditengah realita sosial dan bagaimana menyikapi. Terminologi ini diperkenalkan oleh Cak Nun pada Kenduri Cinta edisi September Jumat lalu (14/9).

Di Majelis Ilmu Kenduri Cinta pada Jumat lalu, Cak Nun mengelaborasi konsep manusia ruang dengan penjelasan yang lebih lengkap. Khasanah ilmu Maiyah ini semakin melengkapi terminologi yang sudah disampaikan sebelumnya; finite game dan infinite game, konsep lari sprint dan maraton, sudut pandang-cara pandang-jarak pandang-resolusi pandang, yang kesemuanya saling terkait.

Sering dijumpai ada orang yang dalam kehidupannya berlaku sebagai garis. Ketika menghadapi berbagai hal yang dipertimbangkan hanyalah benar dan salah menurut dirinya sendiri. Jika ditelusuri, kenapa bisa begitu? karena disebabkan oleh pangkal parameter yang digunakan hanyalah soal suka dan tidak suka. Cara berpikir mereka terbentuk didasari sebatas pengalaman diri semata, tanpa pernah menerima pendapat dari orang lain. Kalaupun ada pendapat dari orang lain, yang diambil lagi-lagi yang disukai saja. Sedangkan yang tidak suka dicampakkan.

Manusia garis pada tingkatan ekstrim akan membela mati-matian ‘kebenaran’ yang ada digenggamannya. Sebaliknya, meskipun ada kebenaran, tapi datang dari orang yang tidak disukai, kebenaran itu akan ditolak. Padahal kebenaran itu bersifat relatif, saling terhubung, dan sejatinya kebenaran itu tidak saling bertentangan. Antara satu kebenaran dan kebenaran lain hakikatnya akan saling menguatkan. Satu objek sangat mungkin dideskripsikan berbeda karena sudut pandang yang berbeda. Belum lagi bila menggunakan cara pandang, jarak pandang, dan intensitas pandang yang berbeda-beda.

Ini berlaku juga terhadap euforia yang berlebihan terhadap Maiyah ataupun terhadap Cak Nun. Sangat mungkin ada orang yang setelah bersentuhan dengan Maiyah atau baru mencicipi tetes-tetes kebenaran yang didapat melalui Cak Nun lantas gandrung dan menjadikan apapun darinya sebagai kebenaran mutlak. Padahal tidak sedikit yang Cak Nun berikan masih berupa tetes dan benih yang mesti ada proses pengendapan, penyerapan, penyemaian, dan penanaman supaya dapat bertunas dan tumbuh hingga kemudian baru dapat berbuah. Di Kenduri Cinta edisi bulan ini pula, Cak Nun menegaskan kembali kepada jamaah maiyah agar tidak terjebak pada kultus individu pada sosok Cak Nun. Hampir di setiap Maiyahan, Cak Nun selalu menekankan bahwa tauhid adalah sesuatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maka tradisi sholawatan yang selalu bergema di setiap Maiyahan tidak lain dalam rangka untuk menjaga pondasi tauhid kita masing-masing.

Banyak orang yang penasaran, bertanya, dan meneliti keberadaan Maiyah, namun setelah sekian lama tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dirinya. Justru orang itu semakin bingung dan ujungnya tidak lagi tertarik dengan Maiyah. Ada juga yang memiliki ekspektasi terlalu berlebihan dan tidak dapat menyesuaikan dengan proses yang sedang dialami Maiyah. Tidak sedikit pula yang terlalu berharap dengan adanya Maiyah akan melahirkan sebuah perubahan, tetapi perubahan yang diharapkan itu masih sebatas keinginannya sendiri. Yang terjadi justru kekecewaan karena Maiyah tidak sesuai dengan harapan dirinya. Mengapa hal demikian itu bisa terjadi?

Sudah menjadi fakta umum bahwa Maiyah biasa menjadi tempat pelarian dari orang-orang yang merasa gagal, terbuang, atau tidak puas dengan lingkungan sebelumnya berada. Meskipun tidak semua orang semacam itu, tapi banyak yang demikian itu. Ketika mulai bersentuhan dengan Maiyah, kemudian merasa cocok dengan Maiyah, ia diterima dan merasa eksistensinya dapat terakomodir oleh Maiyah. Persoalan mulai muncul manakala harapan-harapan yang menginisiasinya tidak kunjung tercapai.

Lingkungan kehidupan modern memaksa setiap orang untuk dapat bekerja secara efisien. Profesionalisme menuntut para profesional untuk dapat bekerja lebih produktif dengan cara meningkatkan keahlian pada bidang profesi yang dilakoninya. Spesialisasi pekerjaan terjadi menjadi semakin spesifik. Jenjang karier tentu diharapkan oleh para pelaku sehingga seiring waktu dapat berada pada posisi piramida yang lebih tinggi. Tapi yang namanya piramida tentunya semakin tinggi akan semakin runcing. Akibatnya pada level tertentu ada yang harus berhenti untuk naik. Hal serupa terjadi pada berbagai bidang usaha, bisnis, karier politik bahkan pendidikan.

Sedangkan Maiyah adalah ruangan tak terbatas yang dapat menampung siapa saja sebagai dirinya, sebagai manusia bukan sebagai profesi, jabatan ataupun berbagai gelar atribut sosial. Jangan berharap seorang Caleg DPRD tingkat Kabupaten dapat menjadi anggota DPRD Provinsi, lantas menjabat sebagai DPR RI melalui Maiyah. Kalau pun itu dapat terjadi anggaplah sebagai hadiah dari-Nya kepada orang itu melalui Maiyah. sebaliknya kalau harapan karier politiknya tak terwujud ya jangan kecewa.

Kesadaran Manusia Ruang dalam Maiyah bukan sekedar bentuk pelarian dari lingkungan bidang usaha yang sebelumnya lantas pindah ke Maiyah. Lain dari itu, justru meskipun tetap berada pada lingkungan yang sama, benih-benih dari Maiyah dapat ditanamkan supaya tumbuh pada lingkungan bidang usaha tanpa meninggalkannya. Tentu secara teori itu dapat dilakukan, meskipun tidak mudah. Bahkan boleh jadi kebenaran-kebenaran yang didapat dari Maiyah sangat bertentangan dengan apa yang dihadapi dilingkungan bidang usaha yang sedang digeluti. Pada kondisi semacam ini konsep tadabur yang diberi Cak Nun sangat efektif untuk diaplikasikan. Yang terpenting outputnya adalah kebaikan.

Sebagai manusia ruang tidaklah seperti perabot yang justru membutuhkan letak posisi. Sebagai manusia ruang dapat menampung berbagai bidang usaha, sembarang urusan, dan bermacam pernak-pernik perabot kehidupan. Kita dapat menata letaknya, mengatur posisi-posisinya dan bahkan dapat saja menyimpan hal-hal yang semestinya disimpan, ataupun meletakkan barang-barang pada kumpulan yang tidak lagi digunakan. Sedangkan luas dan volume ruang sebenarnya bisa sangat tak terbatas, jangankan soal pilpres, bahkan negara-negara sekalipun bisa saja dimasukkan kedalam ruangan itu. Hanya saja itu jangan sampai mengganggu aktivitas keseharian apalagi sampai menghilangkan selera makan.