Maksud Sabrang Gimana?

SABRANG itu membingungkan. Bagaimana menurut pendapat Sampeyan? Gagasannya memang cerdas, aneh, kadang berbahaya. Pemuda cerdas ini mengobrak-abrik kemapanan berpikir yang telah mengakar kuat puluhan tahun dalam otak. Gila! Diungkapkan begitu saja dalam diskusi-diskusi di Maiyahan atau di diskusi publik dengan enteng. Astaga, apa kita mampu mencerna apa yang disampaikan?

Saya sendiri banyak berusaha mencerna apa yang disampaikan. Suara lembutnya dalam bertutur kata, bertalu-talu dalam telinga saya. Seperti nyanyian lagu Ruang Rindu. Tapi jujur dari banyak yang disampaikan lebih banyak masuk kuping kanan keluar kuping kiri, tidak nyanthol sama sekali, atau tidak dong blas. Alih-alih diri ini sering mengantuk mendengar Sabrang berucap. Sepurane Gus.

Namanya ilmu pasti tidak semua mampu terserap sempurna, itu manusiawi. Bisa jadi, semoga saja, ada yang terserap tanpa saya sadari. Namanya juga ibadah kan? Dalam kantuk atau tidur saya sewaktu Sabrang berbicara, manfaat ilmunya akan terserap melalui pori-pori kulit saya. Menjadi bekal ilmu yang otomatis menambah wawasan dan kebijaksanaan saya. Barokah, istilahnya.

Tentu banyak yang penasaran, darimana Sabrang memperoleh pengetahuannya? Desas-desus pernah saya dengar, Sabrang memperoleh ilmunya tidak melalui apapun, siapapun, melainkan Allah sendiri yang membisikkan ditelinga Sabrang sewaktu tidurnya. Sekilas, seingat saya Sabrang pernah nyeplos kalau dirinya pun juga pusing saat memperoleh ilmu itu. Tidak bisa tidur berhari-hari, gelisah, panas demam. Yah, itulah karunia Allah. Tapi, selain itu, saya yakin pengetahuan hebatnya juga diperoleh dari guru-gurunya yang hebat, bacaan yang melimpah, serta matangnya ilmu tadabbur Sabrang.

Dalam forum Maiyahan, Sabrang juga pasti paham kalau banyak jamaah yang longok-longok saja tidak mengerti apa yang disampaikannya. Maka dari itu, Sabrang sering bertanya, “Ngeh?” Pada para jamaah seusai materi disampaikan. Nampaknya, banyak juga yang tidak mengerti seperti saya. Tapi juga banyak yang manggut-manggut dengan wajah mantap tanda mengerti apa yang disampaikan. Dalam beberapa forum, di Maiyahan, juga di diskusi-diskusi publik pada umumnya. Sabrang senantiasa menempatkan porsi-porsi tertentu, yang dia taksir sesuai dengan karakteristik pendengar, atau sesuai dengan tingkat pengetahuan pendengar pada umumnya.

Sekiranya kita, jamaah Maiyah, juga harus bisa mentaksir seberapa tingkat pengetahuan kita. Dalam Maiyahan pada umumnya, gagasan Sabrang sewajarnya masih bisa kita serap. Apa yang disampaikannya adalah ilmu-ilmu Maiyah, tidak keluar dari itu. Bilamana kita, terutama saya sendiri, tidak paham berarti ya belum sepenuhnya mendalami ilmu Maiyah. Perlu banyak belajar dan Maiyahan lagi.

Sabrang juga pernah berpesan, jika informasi yang diperoleh dirasa terlalu berat, jangan dipaksa, “Tiwas ngelu”. Pengalaman, pernah suatu ketika saya tertarik dengan suatu gagasannya, lalu berusaha mencerna apa yang disampaikannya, walhasil tidak bisa tidur dua malam.

Akhirkata, tidak semua ilmu harus kita pahami. Tidak usah penasaran dengan banyak hal, apalagi berusaha mengerti apa yang belum saatnya kita mengerti. Karena terkadang ilmu itu bisa berdampak destruktif bilamana bukan maqom kita untuk menerimanya. Mari kita belajar apa yang relevan bagi diri kita saja, tidak usah dipaksa bila belum saatnya, agar kepala selalu enteng.