Maiyah Abadan

SAYA PERCAYA Maiyahan yang sama-sama kita lakukan sampai detik ini tidak akan pernah berhenti, baik secara materi, maupun rohani. Atau lebih tepatnya Maiyah mau tidak mau akan Kholidina Fiha Abada, kekal dan abadi. Mau tidak mau. Secara sadar, saya belum menemukan bahwa Maiyah ini akan berakhir suatu saat nanti. Mungkin, forum majelis ilmunya akan berhenti, tetapi nilai-nilai luhur yang disampaikan di Maiyahan saya meyakininya akan terus abadi.

Karena apa yang kita tanam, kita puasakan, kita sedekahkan adalah nilai-nilai kebaikan yang dimana kebaikan itu akan selalu bersifat kekal dan abadi. Ibarat kita menanam benih hari ini, maka pohon itu akan tumbuh, mekar, menghasilkan buah yang sedap dimakan, dan menghasilakan biji yang siap ditanam kembali.

Bahkan daun, ranting, dan semua kandungan pohon itu akan tetap abadi. Daun, ranting akan menua, dan jatuh ke tanah, dimana daun dan ranting itu akan menjadi sumber humus tanah agar tanah bisa menjadi subur untuk tumbuhan.

Mencoba membayangkan apa kira-kira yang akan menghentikan Maiyah, saya hanya punya 1 jawaban yaitu disaat Allah yang nyuruh untuk berhenti. Tapi setidaknya sampai detik ini, alasan untuk menghentikan Maiyah juga saya tidak bisa menemukannya.

Masa sih, Allah tega menghentikan kemesraan didalamnya yang notabene Allah selalu kita nomersatukan? Masak Allah rela menyudahi Maiyah yang didalamnya selalu kita bershalawat kepada kanjeng Nabi Muhammad? Lha wong kita Maiyahan ini ndak ada pamrih apa-apa kepada dunia, bahkan Maiyah juga tidak menawarkan kemegahan dunia kepada kita. Memangnya kita cari dunia di Maiyah? Tidak. Ya kalau ada yang berdagang ketika Maiyahan, misalnya, itu kan hanya salah satu bumbu saja. Bayangkan saja kalau setiap Maiyahan tidak ada rumbai-rumbai orang jualan kopi, tidak ada yang jualan kacang rebus, atau juga tidak ada yang jualan Peci Maiyah, kan sepo.

Ataupun kita bayangkan ada kekuatan besar selain Allah. Mana ada kekuatan besar yang melebihi Allah dan Rasul? Mana ada kekuatan besar yang bisa menghentikan Doa kita pada Allah, shalawat kita pada kanjeng Nabi? Baik kekuatan itu secara jasad dan gaib, menurut saya tidak akan pernah ada. Nah, karena Maiyahan ini niatnya baik, kita yang datang juga ikhlas, tanpa pamrih, ndak ngarep opo-opo, melihat situasi Negara juga seperti ini adanya, masa iya hanya sekadar Maiyahan terus dibubarin sama Allah?

Kenapa kok Maiyah kuat dan bisa nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake? Kenapa kok tanpa kekuatan dan kegagahan, Maiyah bisa membuat beribu-ribu umat manusia duduk tenang di halaman parkir, di masjid, di alun-alun, bahkan menjadikan setiap manusia yang hadir menjadi berdaulat? Karena Maiyah dan Cak Nun datang dengan cinta, datang dengan kasih sayang, datang dengan rasa bebarangan, memiliki kesadaran baku bahwa di mata Allah setiap manusia itu sama. Kalaupun ada klausul yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya, itu adalah; Inna akromakum ‘indallahi atqookum.

Apa yang menyebabkan peradaban terus berjalan? Keturunan terus berlangsung? Karena cinta adalah sumber energi mereka, bahkan sumber energi dan hasil energi mereka adalah cinta. Tidak ada yang membentuk keluarga berlandaskan benci dan gagah. Tidak ada yang membuat sebuah peradaban dengan landasan mau menang sendiri. Cinta dan kasih sayang akan selalu abadi.

Maiyah tidak hanya menawarkan dan menghasilkan cinta dan kasih sayang. Bahkan menghasilkan ilmu pengetahuan, dan keimanan hasil dari ngaji bareng, sinau bareng. Apa yang tidak pernah di maiyah bahas? Dari ilmu makro sampai mikro pernah dibahas di maiyah. Jadi tidak ada celah yang memungkinkan maiyah tidak Kholidina Fiha Abada.

Selama lima tahun perjalanan saya ber-Maiyah, dan akan terus menerus berjalan ber-Maiyah, bahkan saya pun tidak punya alasan untuk tidak ber-Maiyah. Sekeras apapun usaha saya memikirkan, kapan dan apa yang membuat saya berhenti, jujur saya capek sendiri memikirkannya. Karena insya Allah memang tidak pernah ada jawabannya.