Kenduri Cinta, Oase Ibukota (I)

ORANG-ORANG yang pernah hadir di pengajian PadhangmBulan berasal dan tersebar dari berbagai wilayah Indonesia, tidak terkecuali yang berasal dari Ibukota Jakarta. Komunikasi diantara jamaah yang terus terjalin menginisiasi terbentuknya HAMAS (Himpunan Masyarakat Shalawat) Jabodetabek. Selain itu ada diantaranya yang tergabung dalam milis PadhangmBulan net. Awal-awal tahun 2000, ‘ruh’ kebersamaan dari PadhangmBulan secara alami menumbuhkan kerinduan Jamaah PadhangmBulan untuk dapat bertemu secara rutin dan intens. Di sela-sela kesibukan aktivitas sehari-hari yang padat, kerinduan itu seolah menjadikan setiap pertemuan sesama jamaah PadhangmBulan menjadi sebuah hal yang Istimewa.

Maret Tahun 2000, silaturahmi darat anggota milis Padhang mBulan Net dan HAMAS di Masjid Al Ikhwan menginisiasi diadakannya acara bernama KENDURI CINTA (Doa – Shalawat – Budaya – Dialog) di Lapangan Parkir terbuka Taman Ismail Marzuki, Cikini Jakarta Pusat. Jumat 9 Juni 2000, adalah pertama kalinya Kenduri Cinta dilaksanakan dan dimulai pukul 19.30 WIB (ba’da shalat Isya). Acara ini melanjutkan rencana untuk mengadakan pengajian PadhangmBulan di Jakarta, menduplikasi seperti yang sudah rutin diadakan di Pengajian PadhangmBulan Jombang, Mocopat Syafaat Bantul Yogyakarta, Gambang Syafaat Semarang, Haflah Shalawat Surabaya, dan Paparandang Ate Mandar Sulawesi Barat.

Kenduri Cinta sejak awal merupakan forum terbuka yang dapat diikuti oleh siapa saja. Teman-teman seniman, budayawan, lintas komunitas, lintas organisasi, Pers keIslaman di Jakarta, mahasiswa maupun masyarakat umum dapat terlibat dalam forum ini. Siapapun boleh tampil di atas panggung dengan prosedur, metoda dan etika yang diatur secara bersama. Kenduri Cinta bukanlah sebuah tontonan dan yang hadir bukanlah sebagai penonton, melainkan sebuah majelis masyarakat yang berdaulat, merdeka dengan mengetahui dan taat kepada batasan dirinya sendiri. Sebagai teater arena dimana setiap yang hadir memiliki perannya masing-masing.

Sejak 9 Juni 2000 hingga sekarang dan entah akan sampai kapan, Kenduri Cinta diselenggarakan rutin setiap bulan. Mengambil jadwal setiap hari Jumat pekan ke-2 (jika tidak ada perubahan jadwal) dan tetap diselenggarakan secara swadaya, tanpa sponsor resmi. Donasi untuk pembiayaan penyelenggaraan acara dikumpulkan sukarela secara perorangan sebelum acara maupun melalui kencleng yang diedarkan pada saat acara berlangsung. Oleh penggiat, laporan pendapatan-pengeluaran keuangan ditampilkan pada Buletin KC edisi bulan selanjutnya.

Penggiat Kenduri Cinta pada dasarnya adalah Jama’ah Maiyah sendiri. Hanya saja, yang membedakan adalah komitmen individu dalam menjalankan peran fungsi keterlibatannya dalam persiapan dan pada saat berlangsungnya Forum Majelis Ilmu Kenduri Cinta ini. Mereka dalam perjalanannya memiliki intensitas dan ritme pertemuan yang lebih rutin, hingga akhirnya lahirlah forum Reboan yang rutin diadakan setiap malam Kamis. Pada forum Reboan ini siapa saja boleh terlibat, siapa saja boleh mengemukakan pendapat, namun hubungan personal yang terjalin menjadi semacam seleksi alam untuk konsistensi dan pembuktian komitmen bersama untuk terlibat sebagai penggiat. Selain mempersiapkan teknis acara Kenduri Cinta Bulanan, forum Reboan juga difungsikan sebagai semacam laboratorium untuk melakukan eksperimen-eksperimen dari aplikasi ilmu-ilmu yang bertebaran selama berlangsungnya acara bulanan untuk ilmu-ilmu yang bersifat koordinasi organisasi. Tidak jarang juga, buah-buah ilmu dan pemikiran Cak Nun yang lahir dalam bentuk tulisan maupun Maiyahan di beberapa tempat menjadi sebuah bahasan diskusi di Forum Reboan. Dalam proses interaksi personal ini, terjadi penegasan peran dan penajaman fungsi-personal dari setiap unikum penggiat.

Tidak dapat dipungkiri, peran Cak Nun dalam proses ini adalah central figure. Sebagaimana pengajian-pengajian rutin bulanan maupun yang bersifat by event, Cak Nun sendiri maupun bersama KiaiKanjeng senantiasa menebarkan kegembiraan, optimisme kehidupan dan cinta kebersamaan. Begitu pula dengan Kenduri Cinta yang pada dasarnya adalah  tetumbuhan dari persemaian benih-benih yang ditebarkan oleh Cak Nun. Curahan ilmu selama berlangsungnya acara menjadikan Kenduri Cinta sebagai Oase bagi masyarakat Ibukota yang mengalami dahaga kasih sayang kebersamaan. Ditengah kehidupan masyarakat yang dipenuhi kepalsuan, oportunis, teror, intimidasi, ujaran-ujaran kebencian dan hasut, Kenduri Cinta menghadirkan orisinalitas, konsistensi, kegembiraan dan indahnya cinta kasih kebersamaan.

Menginjak usia 17 tahun, Kenduri Cinta tidak sedang dalam rangka kompetisi untuk mengunggul-unggulkan diri dan mengalahkan pihak manapun. Kehadiran Kenduri Cinta di Jakarta juga bukan berdasarkan perjuangan eksistensi sebuah gerakan massa. Sejak awal diadakannya Kenduri Cinta, hingga saat ini masih rutin diselenggarakan semata-mata dikarenakan ada yang masih dirasa tidak pas, bahkan mungkin ada yang tidak benar dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia termasuk dalam berbangsa dan bernegara, terkait pola hubungan interaksi maupun nilai-nilai yang mendasarinya. Meskipun kehadiran Kenduri Cinta tidak diketahui oleh seluruh warga Ibukota Jakarta apalagi diakui keberadaannya oleh Indonesia, itu tidak menyurutkan Kenduri Cinta dalam Menegakkan Cinta Menuju Indonesia Mulia.