Kelahiran Baru, 17 Tahun Kenduri Cinta

PERHELATAN BARU SAJA diselenggarakan. Jum’at (16/6), semilir angin menyapa senja Ibukota, seperti turut melarut dengan kesibukan teman-teman penggiat Kenduri Cinta yang sedang mempersiapkan edisi bulanan spesial malam itu. Ya, edisi 16 Juni 2017 dijadikan hari perayaan ulang tahun ke-17 Kenduri Cinta. Sejak jauh-jauh hari penggiat Kenduri Cinta mempersiapkan tiap sesuatunya sesuai dengan peran dan pembagian tugas yang sudah disepakati. Semangat teman-teman semakin bertambah ketika mendapat kepastian kabar bahwa Cak Nun, Ibu Novia Kolopaking beserta KiaiKanjeng juga mempersiapkan sajian khusus untuk 17 tahun Kenduri Cinta. Sehingga persiapan teknis yang dilakukan oleh penggiat-pun di breakdown ulang hingga mencakup poin-poin detail. Hal-hal yang nampak remeh temeh-pun dijadikan pertimbangan supaya setiap penggiat yang mendapatkan tugas dapat menyelesaikan tugasnya dan berbagai rencana cadangan-pun dipersiapkan. Tantangan semakin berlipat, karena event kali ini dilaksanakan dalam Bulan Ramadhan, dan mereka ini tetap berpuasa ditengah terik panas cuaca Ibukota pada Jum’at siang lalu.

Kemeriahan Kenduri Cinta memberikan kesan tersendiri bagi siapa saja yang hadir dan menyaksikan edisi spesial malam itu. Banyak yang menduga bahwa sebuah professional event organizer team berada dibalik penyelenggaraan 17 Tahun Kenduri Cinta jum’at lalu. Padahal perhelatan rutin setiap bulan yang diadakan di Plaza Taman Ismail Marzuki ini, diselenggarakan secara partisipatoris dari Jamaah yang atas inisiatif pribadinya bergabung menjadi penggiat. Penggiat ini pada dasarnya sama saja dengan Jamaah Kenduri Cinta lainnya, hanya saja secara pribadi berkomitmen untuk lebih intens bersama-sama dengan penggiat lainnya mempersiapkan dan turut menyelenggarakan Kenduri Cinta setiap bulannya.

Para penggiat sejak awal diadakannya Kenduri Cinta pada Juni 2000 hingga saat ini silih berganti keluar masuk terjadi. Pergantian peran fungsi personal dalam kebersamaan sesama penggiat mengikuti dinamika dan interaksi diantaranya. Ritme kerja organisme dilandasi oleh usaha tiap-tiap personal dalam menentukan titik tengah antara urusan keseharian personal dengan partisipasi dalam kebersamaan Kenduri Cinta. Secara terus menerus komitmen personal dalam keterlibatannya sebagai penggiat akan mengalami pembuktian dalam kebersamaan bersama penggiat-penggiat lainnya. Dengan begitu yang terjadi adalah wujud organisme yang dinamis bukan sebagai sebuah struktural bangunan organisasi yang statis. Organisme yang terwujud ini bersifat unik dan bukan merupakan hasil rekayasa buatan dari orang-perorang, bahkan mungkin oleh Cak Nun sekalipun.

Organisme Kenduri Cinta merupakan satu diantara sekian banyak Organisme Maiyah yang bertebaran dan bergerak-gerak di tengah masyarakat dunia yang saat ini berada ditengah arus globalisasi. Organisme Maiyah ini tumbuh dari benih-benih Cinta yang ditanam dan ditebarkan oleh Cak Nun di berbagai wilayah nusantara maupun mancanegara. Dari sekian benih yang betebaran itu ada yang tumbuh terus berjalan, namun juga ada yang terseok-seok dan pada akhirnya tumbang. Ada yang pada awalnya tumbuh subur pada satu dua bulan pertama, namun selanjutnya gersang. Ada yang terus tumbuh tahap demi tahap secara alami dan konsisten, ada pula yang percepatan pertumbuhannya hanya tumbuh jika Cak Nun berkenan menyiraminya. Dan dari itu yang paling berperan ternyata bukan soal banyaknya nutrisi ataupun banyaknya penggiat yang semangat berpartisipasi mengolah lahan, namun bagaimana jalinan personal antar penggiat dan dinamika masyarakat tempat Organisme Maiyah itu berada dapat dijaga kompatibilitas dan keseimbangannya dengan potensi tumbuhnya tumbuhan Organisme Maiyah sesuai dengan KehendakNya.

Di tengah kehidupan yang dipenuhi transaksional materialisme, perjuangan untuk merawat dan menumbuhkan cinta kasih kemanusiaan di tengah masyarakat bukanlah pekerjaan ringan, terlebih lagi di Ibukota Jakarta. Mampu menjaga konsistensi selama setahun saja, dapat dijadikan bukti perjuangan yang luar biasa. Kiranya ucapan “Semoga istiqomah”, untuk 17 Tahun Kenduri Cinta akan terasa aneh. Bagaimana tidak aneh, kalau sudah konsisten dan berjalan 17 Tahun ini masih ‘disemogai’ istiqomah, bagaimana dengan yang baru merangkak? Meskipun pencapaian angka 17 tahun juga bukan suatu angka akhir dari sebuah perjuangan, namun 17 tahun Kenduri Cinta ini layak untuk disyukuri sebagai KaruniaNya yang luar biasa. Sekedar terlibat sebagai penyaksi acara sahaja, sudah menjadi keberuntungan tersendiri. Apalagi bersedia turut melipat karpet usai acara atau sekedar ikut mendokumentasikan kegembiraan-kegembiraan yang berlangsung dan mempublikasikan link-link publikasi yang sudah release secara resmi.

Dari tim Redaksi kepada Cak Nun beserta Ibu Novia dan KiaiKanjeng, juga teman-teman Progress di Yogyakarta, sungkem matur suwun telah berkenan turut mebersamai dan berbagi kegembiraan selama 17 tahun perjalanan Kenduri Cinta, semoga kebersamaan ini abadi dan terus menuju keabadian. Terima kasih juga kepada simpul-simpul Maiyah Nusantara yang juga hadir dari berbagai wilayah Nusantara, dan juga jamaah yang hadir dari berbagai daerah Indonesia untuk memeriahkan edisi Kenduri Cinta Juni 2017.

Kepada teman-teman penggiat Kenduri Cinta yang telah bekerja bersama tim tenda, tim sound system, tim kebersihan, dan seluruh Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta yang terlibat, terima kasih untuk kemesraan kita bersama dalam menghadirkan kerinduan kita bersama kepada kampung halaman kita yang sejati, Janatullah.