Kangen Ramadlan, Kangen Allah

jaburan edisi pertama

SETIAP memasuki ramadlan itu kita selalu mendengar kalimat-kalimat indah mengenai sedih meninggalkan ramadlan dan kangen untuk berjumpa kembali dengan ramadlan. Kita bisa menciptakan ramadlan di bulan apapun saja. Tapi ramadlan adalah sebuah areal waktu tersendiri yang berbeda dengan bulan lainnya. Sama dengan batu hitam yang terletak di pojok ka’bah itu berbeda dengan batu hitam di gunung lawu atau di tempat-tempat yang lain.

Nah, kita kangennya tidak sama ramadlan, kita tidak kangennya sama hajar aswad, kita tidak kangenya sama ka’bah. Tapi ka’bah, ramadlan, dan hajar aswad itu merupakan jembatan kita untuk berjumpa dengan yang sesungguhnya kita rindui, sesungguhnya kita kangeni, yaitu Allah Swt.

Jadi kalimat; “aku bersedih meninggalkan ramadlan”, “aku bersedih ditinggalkan ramadlan”, dan “aku rindu untuk bertemu denganmu kembali”, sesungguhnya itu kan kita ucapkan kepada Allah. Dan itu hanya bisa diselami, dihayati, dirasakan kenikmatannya untuk orang yang memang berjumpa dengan Allah di dalam percintaan private dengan Allah selama bulan ramadlan.

Karena di dalam syariat puasa ada sunnah-sunnah untuk bertafakkur, untuk beriktikaf, untuk tadarus, untuk segala macam untuk menambah agar supaya kita terdorong dengan sendirinya untuk makin bercinta dengan Allah Swt.

Jadi sesungguhnya benar bahwa kita sedih meninggalkan ramadlan, dan supaya kita tidak sedih mari kita ciptakan ramadlan setelah idul fitri. Kita sedih meninggalkan ka’bah, oleh karena itu mari kita bangun ka’bah di dalam kalbu kita.