Juara Tidak Harus Meraih Piala

PIALA DUNIA 2018 awalnya tidak begitu menarik minat saya untuk menonton pertandingan demi pertandingan sejak awal. Saat ini, kita surplus tayangan sepakbola. Ada beberapa pundit yang mengatakan bahwa turnamen akbar sepakbola 4 tahunan kali ini sudah kehilangan daya magisnya. Salah satu penyebabnya karena tayangan sepakbola sudah terlalu sering kita tonton hampir setiap hari bahkan.

Bandingkan dengan era 80-an atau 90-an, masyarakat begitu menantikan hadirnya sebuah pertandingan sepakbola di akhir pekan, begitu juga dengan turnamen Piala Dunia. Saat itu, jangankan TV kabel, menyimak pertandingan dari siaran radio saja sudah membuat penikmat sepakbola bahagia bukan kepalang.

Silakan Anda bayangkan, beberapa orang berkumpul, mengelilingi sebuah radio yang menyiarkan siaran langsung Piala Dunia. Komentator sepakbola mengabarkan detik demi detik berjalannya pertandingan, bola ditendang ke arah mana, pemain mana yang sedang menggiring bola, hingga ketika gol tercipta, sang komentator berteriak lantang “Goooooool!!!”.

Keindahan suasana para pendengar menyimak dengan seksama jalannya sebuah pertandingan dari radio saat itu, bagaimana mereka membangun imajinasi mereka, membayangkan gambaran pertandingan yang sedang berlangsung, hanya melalui suara yang diperdengarkan melalui siaran RRI di radio. Tentu saja imajinasi setiap orang yang sedang menyimak akan berbeda-beda. Bagaimana mereka membayangkan seorang Diego Maradona yang secara visual mungkin hanya sekelabatan saja mereka lihat melalui surat kabar. Saat itu, televisi adalah barang mewah yang tidak semua orang mampu memilikinya. Radio menjadi sebuah media masyarakat kelas bawah untuk menikmati siaran langsung sepakbola.

Sekarang, begitu mudahnya kita menonton sepakbola. Jika kita melewatkan pertandingan sepakbola, ada banyak situs di internet yang menyajikan siaran ulang pertandingan dengan lengkap. Estetika siaran langsung sepakbola kini sudah berkurang. Tidak mengherankan pada akhirnya Piala Dunia 2018 kali ini ketika memasuki fase penyisihan grup, tidak menarik banyak peminatnya.

Padahal, negara mana pun yang bertanding di Piala Dunia, mereka adalah para juara. Karena hanya 32 negara yang berhak untuk lolos ke putaran final Piala Dunia. Bagi sebuah negara yang berhasil lolos hingga putaran final yang mempertemukan 32 negara, adalah sebuah kebanggaan. Mereka telah menjadi juara bagi rakyat mereka.

Kita akan melihat para pemimpin negara atau setidaknya perwakilan dari petinggi negara yang lolos, akan hadir di tribun VVIP menonton pertandingan bersama perwakilan FIFA. Ketika lagu kebangsaan mereka diperdengarkan di awal pertandingan Piala Dunia merupakan kebanggaan tersendiri.

Di Piala Dunia kali ini, Panama dan Islandia adalah negara debutan yang baru pertama kali lolos ke putaran final Piala Dunia. Dua komentator sepakbola Panama menangis haru ketika mereka menyimak lagu kebangsaan mereka diperdengarkan di Fisht Stadium, di kota Sochi. Meskipun akhirnya Panama harus menyerah dari Belgia dengan skor telak 3-0, bagi mereka melihat 11 pemain sepakbola terbaik negaranya bermain di Piala Dunia adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai.

Yang tergambar di pertandingan selanjutnya adalah, ketika mereka dibantai oleh Inggris dengan skor telak 6-1, satu-satunya gol yang diciptakan oleh Panama mereka rayakan dengan penuh kegembiraan. Seolah-olah mereka adalah tim yang memenangkan pertandingan.

Juga bagaimana kita menyaksikan Korea Selatan mengalahkan Jerman yang notabene adalah juara dunia tahun 2014. Selama 90 menit, dengan sabar para pemain Tae Guk Warriors itu meladeni permainan ofensif anak asuh Joachim Low. Hingga akhirnya tiba njury time yang menjadi petaka bagi Jerman. Hanya dalam kurun waktu 9 menit saja, 2 gol tercipta.

Korea Selatan yang sudah dipastikan tidak lolos ke babak 16 besar, pulang dengan penuh kebanggaan karena sudah mengalahkan Jerman. Rekor yang mereka ciptakan bukan hanya menjadi tim Asia yang pertama kali berhasil mengalahkan Jerman, tetapi juga menjadi tim Asia pertama yang menggagalkan juara bertahan untuk lolos ke babak 16 besar dalam sebuah turnamen Piala Dunia.

Banyak dari kita menjadi pendukung Belanda yang pada turnamen Piala Dunia kali ini tidak berhasil lolos ke Rusia. Belanda, kesebelasan yang sudah berulang kali mencapai partai final di Piala Dunia, namun belum pernah sekalipun menjadi juara, toh pada setiap gelaran Piala Dunia yang diikuti Belanda, tetap saja banyak orang Indonesia yang mendukung Belanda. Yang lebih absurd, sejak kecil bahkan kita tahu bahwa Belanda adalah Negara yang telah menjajah bangsa ini lebih dari 3 abad lamanya, namun tetap saja banyak penikmat sepakbola di Indonesia mendukung Belanda di setiap Piala Dunia. Jadi, Juara tidak harus meraih Piala bukan?