Jatuh Cinta Dengan Kenduri Cinta

KENDURI CINTA antara jawaban dan pertanyaan. Jika saya ditanya seorang kawan, pada Jum’at pekan kedua, hendak kemana? Saya jawab dengan yakin bahwa saya pergi ke Kenduri Cinta, kalau pertanyaan seorang kawan di teruskan, ada apa dan mengapa ke Kenduri Cinta? Saya jawab dengan yakin pula: ada Kenduri dan ada Cinta.

Dulu, yang memeperkenalkan saya dengan Kenduri Cinta adalah benturan masalah yang harus saya selesaikan dan harus saya jawab. Tapi jawaban itu sendiri adalah Kenduri Cinta. Pada bulan Januari 2016, pertama saya hadir di Kenduri Cinta. Waktu Tema yang tertulis di Back Droop adalah “Gerbang Wabal”. Beruntung sekali waktu saya pertama datang di acara Kenduri Cinta , turut hadir juga Bapak-bapak KiaiKanjeng. Saya berangkat dari Tangerang pada waktu sehabis Maghrib. Sesampainya di Taman Ismail Marzuki dimana acara Kenduri Cinta diselenggarakan ba’da Isya’. Saya memarkir motor lalu setelah memarkirkan motor, saya memilih tempat duduk di barisan paling depan. Sungguh rasanya seperti mendapat tempat VIP, baru pertama kali datang ke Kenduri Cinta, langsung dapat tempat duduk di barisan paling depan.

Yang melatar belakangi saya hadir ke Kenduri Cinta adalah “penderitaan”. Dimana waktu itu saya sedang medapat masalah di pekerjaan saya. Diantara transaksi jual-beli beli sebuah alat industri. Saya bertemu dengan seorang calon pembeli yang meminta sebuah alat yang kalau dijumlahkan harganya adalah senilai dua tahun gaji saya sebagai buruh di suatu perusahaan. Namun, transaksi itu ternyata merupakan sebuah transaksi yang merugikan bagi saya. Barang sudah diterima oleh pembeli, namun pembayaran tak kunjung dibereskan. Sampai akhirnya saya tersadar bahwa saya sudah ditipu.

Untuk ukuran seorang buruh di suatu perusahaan besar, nilai transaks itu amat besar bagi saya. Total nilai transaksi itu setara dengan jumlah gaji dua tahun di pabrik tempat saya bekerja, dan harus saya relakan penghasilan dua tahun itu untuk membayar kerugian tersebut.
Kebetulan saya adalah seorang buruh di suatu perusahaan yang punya sampingan sebagai pekerja Freelance Elektrikal. Saya mendapat pundi-pundi penghasilan dari pekerjaan tersebut. Karena gaji saya di pabrik sudah harus saya relakan untuk membayar kerugian tersebut selama dua tahun. Maka, saya tidak mendapat gaji tetap dengan status karyawan tetap di perusahaan.

Wirid Ya Dzal Wabal begitu masih melekat di benak saya. Seolah ketika saya sedang mendapat suatu masalah, langsung di kasih jawaban dengan Wirid Ya Dzal Wabal. Yang saya masih heran sampai sekarang adalah begitu luar biasanya saya mampu survive sampai hari ini, meskipun perjalan  masalah yang masih harus saya tempuh 7 bulan lagi.

Teringat perkataan Mbah Nun: kalau pas butuh dikasih. Itulah salah satu motivasi bagi saya untuk menjalani keberlangsungan kehidupan selama “17” bulan ini. Dan berbekal: bersamaan kesulitan sudah ada kemudahan. Maka dengan otomatis saya tinggalkan kesulitannya dan mencari berbagai kemungkinan kemudahannya. Ndilalah saya ini pas butuh ya ada, selama 17 bulan terahir ini.

Kenduri Cinta bagi saya adalah ladang jawaban dan ladang ilmu. Jum’at Tanggal 16 Juni 2017 Kenduri Cinta memasuki usia 17 Tahun.

Terimakasih kepada semua yang terlibat di Kenduri Cinta. Sekali lagi sekarang saya sampaikan kebingungan bagaimana cara menyampaikan “cara berterimakasih” atas ilmu yang tidak mungkin saya dapat ketika belajar di sekolah. Kepada semua yang terlibat di forum Maiyah, saya ucapkan beribu-ribu terimakasih atas waktu dan tempatnya, dimana saya di persilahakan untuk duduk bersama.

Awal saya bermaiyah adalah ketika Wirid Yaa Dzal Wabal di lantunkan di Kenduri Cinta bersama Kiai Kanjeng. Sebelumnya, saya  tidak memiliki informasi apa pun tentang forum ini. Dipertemukannya pun tidak melalui informasi seseorang tentang Maiyah. Hanya pada Desember 2015 saya sedikit ada masalah dan “Entah Apa” yang membuat saya bertemu Maiyah .

Semoga di usia yang ke 17 ini , Kenduri Cinta tetap istiqomah menemani dan merangkul orang-orang seperti saya ini.

Amin Ismail