Jalan Sunyi Menturo-Bojonegoro

MENJELANG SUBUH Padhangmbulan edisi 4-5 November 2017 ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Cak Fuad. Usai acara masih saja ada sebagian jamaah yang tetap berebut berdesakkan berusaha untuk bersalaman dengan Cak Nun, meskipun beliau sudah meminta untuk mengikhlaskan untuk tidak bersalaman mengingat waktu sebentar lagi masuk subuh. Tapi mungkin karena dorongan kerinduan untuk berjabat tangan, sementara sebagian jamaah sudah mulai berduyun meninggalkan lokasi acara, sebagian lainnya masih berusaha bertahan meringsek untuk berebut bersalaman dan mencium tangan Cak Nun. Begitulah ekspresi cinta, kerinduan serta ketakdziman yang harus segera terobati, sepertinya perlu usaha untuk mewujudkannya.

Kegembiraan dan kemeriahan Padhangmbulan tidak hanya dirasakan oleh jamaah yang hadir. Rangkaian sajian dari adik-adik dan ibu-ibu yang memainkan terbangan dan shalawatan pada awal acara, personel Letto dan KiaiKanjeng yang berkolaborasi, serta Cak Nun dan Cak Fuad beserta para narasumber yang berada diatas panggung menyuguhkan kegembiraan dan suasan khidmat hingga akhir acara. Peristiwa percintaan yang sepertinya berat untuk ditinggalkan oleh ribuan jamaah yang hadir di Padhangmbulan malam hingga pagi tadi. Kerinduan pun tiba-tiba menyerbu, padahal baru sesaat berpisah sementara waktu usai bertemu.

“Loh, anak-anak Letto mana?” tanya Pak Nevi kepada Mas Alay ketika semua personel KiaiKanjeng sudah berada di dalam Bus bersiap hendak berangkat dari Menturo ke Bojonegoro untuk Maiyahan malam berikutnya. Kemarin memang personel Letto dan KiaiKanjeng berangkat dari Jogja menuju Jombang dalam satu rombongan Bus. “Wah baru ditinggal sebentar saja sudah kangen.” jawab Mas Alay sambil bercanda.

Bus rombongan Kiai Kanjeng selanjutnya mulai bergerak meninggalkan Menturo beriringan dengan antrian kendaraan jamaah Padhangmbulan yang juga beranjak meninggalkan lokasi. Perjalanan menuju Bojonegoro dari Menturo melalui jalan yang berkelok, menanjak dan menurun. Bus berjalan seperti bergoyang-goyang, menimang-nimang penumpangnya agar terlelap tidur dalam buaian. Sementara rintik hujan nampak terlihat dari balik kaca-kaca Bus rombongan. Melewati kanan-kiri pohon-pohon jati menambah nuansa perjalan semakin sunyi di pagi hari saat matahari mulai menyingsing siap untuk menghadirkan kegembiraan dan kebahagiaan berikutnya.