Ikhtiar Mulia Juguran Syafaat

untuk 5 tahun juguran syafaat

SEBAGAI JAMAAH MAIYAH, seringkali kita ditanya oleh orang yang belum mengenal Maiyah dengan pertanyaan; Apa itu Maiyah? Sebuah pertanyaan yang sangat mendasar, tetapi saya yakin setiap Orang Maiyah memiliki jawabannya sendiri-sendiri. Dan memang tidak harus dijawab dengan jawaban yang sama. Karena pertanyaan tersebut bukan pertanyaan seperti 1+1 yang mana jawabannya adalah 2. Apapun kondisinya, 1+1=2.

Bagi saya, Maiyah itu laku hidup. Dalam laku hidup itu, ada kesungguhan, ada kesetiaan, ada kejujuran, ada kesejatian. Dan semua itu tercermin di PadhangmBulan, Mocopat Syafaat, Gambang Syafaat, Kenduri Cinta, Bangbang Wetan dan simpul-simpul Maiyah lainnya.

Pun demikian dengan Juguran Syafaat. Bulan ini, genap perjalanan Juguran Syafaat melewati tahun ke-5. Layaknya forum Maiyahan lainnya, Juguran Syafaat lahir dari otentisitas masyarakat Banyumas dan Purbalingga.  Anak-anak muda menginisiasi lahirnya forum diskusi, membahas apapun saja persoalan yang mereka temui sehari-hari.

Kesungguhan Juguran Syafaat berproses dalam 5 tahun ini sebenarnya membuat saya penasaran. Mau apa sebenarnya Juguran Syafaat ini? 5 tahun mereka istiqomah menyelenggarakan forum majelis ilmu di sudut kota Purwokerto. Sempat beberapa kali berpindah lokasi pelaksanaan karena satu dan lain hal, tidak lantas kemudian menyurutkan kesetiaan mereka dalam berproses.

Ketika usia Juguran Syafaat memasuki tahun ke-2, ISIM Maiyah menunjuk Juguran Syafaat sebagai tuan rumah pelaksanaan Silatnas Penggiat Simpul Maiyah di akhir tahun 2014 silam. Berlokasi di Baturraden, sebanyak 14 perwakilan Simpul Maiyah hadir dalam pertemuan itu. Juguran Syafaat yang saat itu adalah Simpul Maiyah termuda, sukses menyelenggarakan event pertemuan orang-orang yang bekerja di balik layar di setiap Simpul Maiyah.

Semangat yang dibangun oleh Juguran Syafaat sama seperti kakaknya; Maneges Qudroh yang di awal tahun ini memasuki tahun ke-7 perjalanannya. Sehingga di tahun 2015 lalu pun, ISIM Maiyah menunjuk Maneges Qudroh sebagai tuan rumah pelaksana Silatnas Penggiat Simpul Maiyah.

Mungkin banyak dari kita yang tidak ngeh, bahwa di hari perayaan 5 tahun Juguran Syafaat ini bertepatan dengan peringatan hari bersejarah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Hikmah apa yang sedang diperlihatkan Allah kepada Juguran Syafaat kali ini? Tentu saja bukan lantas kita mengklaim bahwa Juguran Syafaat akan juga mengemban tugas yang berat seperti Kanjeng Nabi ketika menerima perintah melaksanakan Sholat 5 waktu setelah menjalani perjalanan Isra’ Mi’raj malam itu.

Mengangkat tema “Perahu Retak” untuk menjadi lambaran diskusi malam ini, mengingatkan saya pada syair lagu “Perahu Retak” yang diciptakan oleh Cak Nun dan kemudian dinyanyikan oleh Alm. Franky Sahilatua.

Sebuah syair lagu yang menggambarkan kondisi bangsa Indonesia yang saat itu seperti perahu yang retak. Orde Baru yang berkuasa saat itu sangat mempersempit ruang gerak kritik terhadap penguasa. Lagu ini lahir dalam rangka mengungkapkan sindiran yang tajam kepada Penguasa. Simak saja kutipan liriknya; “Aku heran-aku heran, yang salah dipertahankan. Aku heran-aku heran, yang benar disingkirkan.”

Juguran Syafaat tentu tidak dalam rangka ge-er untuk mampu menyelesaikan persoalan bangsa Indonesia, apalagi mencoba menambal perahu yang sebenarnya bukan hanya retak, tetapi sudah bolong dan bocor di sana-sini, layarnya sudah sobek-sobek, bahkan penumpang perahunya pun tidak teridentifikasi mana penumpang dan mana perompak.

Juguran Syafaat hanya sedang berikhtiar untuk terus setia berproses, untuk setidaknya tidak menambah masalah di Indonesia. Kalaupun ternyata ada hasil dari yang diusahakan oleh Juguran Syafaat yang menjadi solusi kecil bagi Indonesia, itu merupakan buah hasil tanaman yang merupakan Allah sendiri yang memutuskan untuk berbuah.

Selamat 5 tahun, Juguran Syafaat. Tetaplah setia menikmati proses yang dijalani.