Filter Prasangka

SEPERTI BIASANYA, kehadiran Cak Nun di Kenduri Cinta merupakan salah satu tanda tanya di setiap pelaksanaannya. Bahkan mungkin masih banyak yang tidak percaya bahwa teman-teman penggiat Kenduri Cinta pun tidak mengetahui apakah Cak Nun hadir atau tidak. Para penggiat Kenduri Cinta juga hanya bisa berprasangka terkait hadir atau tidaknya Cak Nun malam itu. Jika mereka ditanya oleh jamaah, mereka pun bingung harus menjawab bagaimana. Jika dijawab; “tidak tahu”, mereka akan dianggap sombong karena tidak mau memberikan informasi tersebut, padahal pada kenyataannya memang mereka sama sekali tidak tahu. Sementara tidak mungkin juga mereka berbohong untuk kemudian mengatakan; “Iya, Cak Nun hadir”, karena pada faktanya memang mereka sama sekali tidak mengetahuinya.

Dua hari sebelumnya (11/4), dalam forum Reboan terakhir persiapan Kenduri Cinta, Cak Nun yang sore harinya baru mendarat dari Makassar setelah menyelesaikan rangkaian Maiyah Mandar “MANARATURRAHMAH”, berkesempatan tilik teman-teman penggiat Kenduri Cinta. Ketika foto-foto suasana Reboan malam itu diunggah di media sosial, tentu memunculkan rasa optimisme bagi jamaah Kenduri Cinta, banyak yang berprasangka bahwa Cak Nun pasti hadir di Kenduri Cinta bulan ini, karena hari Rabu beliau sudah berada di Jakarta. Tidak banyak yang tahu bahwa keesokan harinya Cak Nun bertolak kembali ke Yogyakarta. Informasi tersebut beliau sendiri yang menyampaikan menjelang pamitan di Forum Reboan. Maka, kehadiran Cak Nun di Kenduri Cinta edisi April 2018 pun kembali menjadi sebuah tanda tanya besar.

Ketidakpastian hadir atau tidaknya Cak Nun di Kenduri Cinta tentu memunculkan prasangka demi prasangka, namun hal tersebut sangat mudah dieliminir oleh penggiat Kenduri Cinta. Kesetiaan dan kesungguhan mereka dalam mempersiapkan sebuah forum yang agung di Jumat kedua setiap bulannya ini menjadi fondasi yang kuat atas suksesnya keberlangsungan Kenduri Cinta. Sejak Jumat siang, seluruh rangkaian persiapan teknis dilakukan, hingga menjelang maghrib dipastikan seluruhnya telah siap. Jamaah Kenduri Cinta pun mulai berdatangan, berbekal prasangkanya masing-masing, dan tentu saja ekspektasinya masing-masing terhadap Forum Kenduri Cinta ini.

Wajar saja jika mereka berharap bahwa malam itu akan bertemu dengan Cak Nun di Kenduri Cinta, manusiawi. Perlu dicatat, istilah Jamaah Kenduri Cinta tidak disalah sangkakan sebagai jamaahnya Cak Nun yang memiliki keanggotaan resmi. Istilah jamaah digunakan sekadar sebagai penunjuk untuk setiap yang hadir di forum terbuka Kenduri Cinta. Hanya saja ada yang sudah rutin datang di Kenduri Cinta setiap bulan dan ada yang baru pertama kali datang. Karenanya rasa memiliki terhadap forum ini akan terasa dan nampak berbeda antara jamaah yang sudah lama dan menjalin perkenalan sehingga saling kenal satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan jamaah yang baru pertama kali datang dan belum kenal dengan forum ini. Dan jika jeli memperhatikan, setiap bulannya justru lebih banyak hadir wajah-wajah baru di Kenduri Cinta. Rotasi jamaah pun ternyata berlangsung begitu cepat.

Meskipun demikian, semestinya sesama jamaah sudah memiliki semangat yang sama untuk menjaga kebaikan forum ini secara bersama-sama. Jika terjadi ada sebagian jamaah yang memaksakan diri untuk duduk di belakang panggung, padahal wilayah itu dijadikan sebagai lalulintas jalannya forum majelis ilmu Kenduri Cinta ini, maka jangan salah sangka jika ada penggiat yang mengingatkan. Bukan berarti bahwa penggiat sok berkuasa atas forum ini, tetapi ada komitmen yang diemban dari para penggiat untuk melaksanakan komitmennya dalam melayani supaya penyelenggaraan Kenduri Cinta ini berjalan lancar. Begitu juga usai Kenduri Cinta, ketika penggiat memperingatkan jamaah yang memaksakan diri untuk bersalaman dengan Cak Nun padahal sudah diperingatkan bahwa tidak ada sesi bersalam-salaman secara fisik pada kesempatan itu. Bahkan, para penggiat sekalipun sebenarnya sudah sangat berbesar hati karena mereka lebih sering tidak memiliki kesempatan untuk bersalaman dengan Cak Nun, sekalipun ada sesi bersalaman pada setiap usai Kenduri Cinta.

Prasangka demi prasangka terhadap penggiat Kenduri Cinta pun kerap bermunculan. Ada yang menganggap bahwa penggiat Kenduri Cinta adalah kelompok yang eksklusif, sehingga sangat terbatas. Padahal, berulang kali penggiat Kenduri Cinta menginformasikan ada Forum Reboan yang menjadi wadah berkumpulnya orang-orang yang bertugas di belakang layar Kenduri Cinta ini. Ketidaktahuan atas informasi tentang bagaimana orang-orang di belakang layar ini bertugas memunculkan prasangka-prasangka, mulai dari yang baik hingga yang buruk.

Rupanya, kesungguhan dan kesetiaan para penggiat dalam mempersiapkan Kenduri Cinta adalah filter yang sangat kuat sehingga mereka tak sedikitpun surut semangatnya meskipun sindiran dan nyinyiran seringkali mereka dapatkan. Mereka lebih memilih untuk fokus dalam kesungguhan dan kesetiaan mereka mengelola Kenduri Cinta ini, daripada harus menggubris cibiran-cibiran yang justru datang dari orang-orang yang merasa paling faham tentang Maiyah.

Prasangka buruk akan melahirkan kebencian, sedangkan prasangka baik sangat mungkin melahirkan rasa cinta. Jika sudah cinta, gelora semangat untuk dapat dekat memang sangatlah kuat, bukan hanya ingin dekat, bahkan mempertaruhkan segalanya pun sangat mungkin dilakukan. Meskipun terkadang ekspresi dari cinta menguasai diri untuk bertindak melewati batasan-batasan yang semestinya tidak dilanggar. Tapi siapa yang dapat disalahkan jika cinta mendorong orang untuk berusaha mendapatkan perhatian dari yang dicintai. Walaupun seringkali tindakan yang berlebihan dalam mengekspresikan cinta justru malah kontra produktif terhadap usahanya supaya mendapatkan perhatian dan kedekatan dari orang yang dicintai.

Dengan Maiyah, kecintaan jamaah semestinya bukan sekedar pengidolaan jamaah terhadap sosok Cak Nun. Cak Nun menjelaskan dengan kalimatnya yang kurang lebih berisikan bahwa ekspresi cinta dalam segitiga Cinta Maiyah tidak mempersyaratkan apa input-nya, tidak masalah itu berupa prasangka baik atau prasangka buruk, tidak masalah dari informasi yang salah ataupun informasi yang benar, yang terpenting adalah output-nya berbuat baik. Di dalam segitiga Cinta Maiyah, wujud cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasulullah yaitu dengan mencintai sesama manusia dan alam semesta ciptaan-Nya dengan cara berbuat baik. Berprasangka baik terhadap segala sesuatu boleh-boleh saja namun berprasangka buruk juga penting dalam rangka kewaspadaan dan kehati-hatian supaya tindakannya tidak ceroboh dan sembrono. Tapi dari itu semua yang terpenting sebagai output tindakannya adalah berbuat baik, sekali lagi filter dari prasangka-prasangka adalah dengan berbuat baik, kepada siapa saja dan dimana saja.

Penggiat Kenduri Cinta pun sejatinya adalah jamaah Kenduri Cinta. Mereka yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran, menyedekahkan dirinya untuk ikut merawat, memupuk dan menyirami kebun Maiyah. Dan seperti itulah yang terjadi juga di simpul Maiyah lainnya, Penggiat simpul Maiyah bukanlah orang-orang yang spesial dan eksklusif, karena siapapun saja juga memiliki kesempatan dan bisa bergabung menjadi penggiat simpul Maiyah. Mari, siapa saja dapat turut bergabung di Forum Reboan Kenduri Cinta, juga di titik-titik simpul Maiyah lainnya untuk bersama-sama merawat kebun Maiyah ini. Kami tunggu.