Bukan Virus Cinta

SEJAK SORE, seperti biasanya jamaah sudah mulai berdatangan. Mereka turut membantu penggiat menggelar karpet. Dengan wajah berseri, semangat dan kegembiraan penggiat dalam menyiapkan acara menarik minat mereka untuk terlibat. Bagi yang peka, aktivitas penggiat dan jamaah saat persiapan, sepanjang berlangsung, dan usai penutupan Maiyahan merupakan pertunjukan yang layak untuk dinikmati sekaligus diikuti. Ketika hujan tiba-tiba turun, penggiat mempersilakan jamaah untuk meringsek keatas panggung supaya lebih banyak yang dapat berteduh dibawah tenda. Sedangkan sebagian jamaah secara bersama memanfaatkan karpet yang semula diduduki untuk dijadikan payung diatas kepala mereka. Kemudian setelah forum selesai, secara bersama melipat karpet dan mengumpulkan sampah-sampah ke dalam plastik. Bagaikan sebuah pertunjukan kolosal di tengah masyarakat ibu kota.

Begitu juga dengan yang terjadi pada Kenduri Cinta 18 Mei 2018 yang mengangkat tema Jababiroh. Setiap jamaah yang datang seolah lebur dalam suasana kebersamaan sebagai manusia. Mereka datang bukan sebagai pengusaha, karyawan swasta, mahasiswa, pengacara, aktivis LSM, politisi, PNS, aparat, bahkan pengangguran, tapi hadir sebagai seorang manusia tanpa atribut profesi. Setiap jamaah dapat berpartisipasi dalam rangkaian acara, sedangkan keberadaan penggiat sebatas memfasilitasi supaya acara dapat berjalan lancar.

Istilah Penggiat Kenduri Cinta sudah mulai akrab dikenal, untuk menyebut jamaah yang lebih aktif dalam persiapan dan berkomitmen dalam keberlangsungan Maiyahan. Penggiat rutin berkumpul setiap hari Rabu mulai pukul 20.00 di Teras Galeri Cipta II dalam forum Reboan. Suasana santai nan akrab terbangun dalam forum ini. Terbuka untuk jamaah yang bersedia melibatkan diri lebih dalam di Kenduri Cinta. Maiyahan rutin yang digelar setiap bulan di Plaza Taman Ismail Marzuki, hanyalah satu bagian saja. Selain Maiyahan rutin itu, penggiat juga mengurusi banyak hal yang berkaitan dengan organisme Kenduri Cinta itu sendiri.

Selain Maiyahan rutin bulanan, banyak kegiatan di Komunitas Kenduri Cinta yang diselenggarakan oleh para pegiat. Sejak awal tahun saja ada serangkaian workshop yang diselenggarakan. Seperti Workshop Desain Visual Publikasi Maiyah dan Workshop Storytelling. Akhir pekan lalu, Kenduri Cinta ditunjuk oleh Koordinator Simpul sebagai panitia penyelenggara Workshop Optimalisasi Organisme Maiyah, hanya beberapa jam saja setelah Keduri Cinta edisi Mei 2018 diselenggarakan. Bahkan kemarin, pada tanggal 20 Mei 2018, ada pegiat yang mesti terlibat di Rumah Maiyah pada penyelenggaraan Kuliah Sejarah Otentik Nabi Muhammad SAW, di Rumah Maiyah, Kadipiro, Yogyakarta. Dan itu masih berlanjut hingga rangkaian “Menyorong Rembulan” tanggal 27-28 Mei 2018, di Jombang pekan depan.

Belum lagi dalam bulan Ramadlan ini masih akan diselenggarakan Kenduri Cinta edisi Juni 2018 yang bertepatan dengan ulang tahun ke-18. Tentu para pegiat butuh energi ekstra untuk melaksanakan tugas penyelenggaraan rangkaian kegiatan tersebut. Sepi ing pamrih rame ing gawe, seolah tanpa istirahat. Dengan keasyikan terlibat dalam setiap penyelenggaraan kegiatan, senantiasa menambah energi untuk bersedekah tenaga dan pikiran untuk melaksanakan setiap tugas dan peran. Dan yang terpenting; mereka bergembira.

Tim Formatur Kenduri Cinta saat ini bertugas sebagai fasilitator bagi para pegiat, sehingga setiap dari mereka memperoleh peran dalam setiap kegiatan sudah tersusun dalam rencana kegiatan hingga 2020. Serangkaian kegiatan yang telah dan akan diselenggarakan di Kenduri Cinta juga melibatkan para pegiat dari Simpul Maiyah liyan.

Pada Workshop Optimalisasi Organisme Maiyah beberapa waktu yang lalu, perwakilan penggiat dari berbagai simpul turut sebagai peserta dengan serius. Workshop yang dihadiri oleh Simpul Maiyah Lubuk Linggau, Maiyah Dusun Ambengan (Lampung), Kenduri Cinta, Jamparing Asih (Bandung), Lingkar Daulat Malaya (Tasikmalaya), Maiyah Magarmaya (Jampang), Maiyah Cirebes (Cirebon), Sibar Kasih (Cikarang), dan Pamengkeut Asih (Subang). Pada kesempatan ini Koordinator Simpul Maiyah menyampaikan perlunya keselarasan agenda tiap-tiap simpul dan optimalisasi pengelolaan forum. Tentu Kenduri Cinta sebagai salah satu Simpul Maiyah tertua memiliki lebih banyak pengalaman yang dapat ditularkan kepada simpul-simpul yang lainnya.

Kenduri Cinta pun berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan Koordinator Simpul Maiyah dalam setiap penyelenggaraan Workshop. Seperti pada Workshop Desain Visual Publikasi Maiyahan dan Storytelling, melalui Koordinator Simpul Maiyah, informasi pelaksanaan workshop tersebut diteruskan kepada seluruh Simpul Maiyah. Sehingga jangkauan informasi menjadi lebih luas. Perwakilan dari Simpul Maiyah seperti Bangbang Wetan (Surabaya), Gambang Syafaat (Semarang), Juguran Syafaat (Purwokerto), Suluk Pesisiran (Pekalongan), Maiyah Balitar (Blitar), Poci Maiyah (Tegal), Semak Tadabburan (Kudus), Lingkar Daulat Malaya (Tasikmalaya) dan Saba Maiya (Wonosobo) pernah mendelegasikan penggiatnya untuk mengikuti workshop tersebut.

Keasyikan dan keseriusan penggiat di setiap simpul dalam menapak tilasi perjuangan Mbah Nun pada sejarah Pandhangmbulan, Mocopat Syafaat, Gambang Syafaat, Kenduri Cinta, dan Bangbang Wetan tidak ditujukan untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya jamaah. Salah sangka ini yang sering membebani pegiat di Simpul Maiyah, padahal istiqomah untuk nafas panjang adalah hal utama yang diperlukan oleh setiap pegiat dalam keterlibatannya pada masing-masing simpul. Janganlah menebarkan virus, tapi teruslah bergembira menebar serbuk benih cinta di tengah masyarakat.