Baliho Sang Garda Terdepan

DALAM SUATU kegiatan acara apa pun, dibutuhkan sebuah media iklan tidak bergerak yang sering dijumpai di pinggir jalan, digantung di tengah jalan antara dua buah tiang listrik, ataupun diikat di pagar orang lain agar mudah dilihat, dibaca dan diterawang kegiatannya. Media tersebut umumnya selembar kain dengan berbagai macam ukuran yang digambar dan diberi tulisan sebagai pengingat sebuah acara, di mana, kapan, dan jam berapa dilaksanakan.

Ya, itulah spanduk, poster, banner, atau baliho. Komunitas Kenduri Cinta sebagai wahana Maiyahan di Jakarta juga mempunyai garda terdepan yang selalu terpasang pada dinding berwarna hijau pelataran depan Taman Ismail Marzuki. Baliho itu berkibar setiap mendekati hari H dari rutinitas bulanan Kenduri Cinta. Juga berfungsi sebagai publikasi untuk wilayah media sosial. Pertanyaannya apakah kain bergambar itu bisa tiba-tiba ada di dinding itu, ataukah ada orang yang memasangnya, yang jelas baliho itu tak akan pernah bisa terpampang dengan sendirinya walaupun dengan ucapan sim-salabim.

Pada awalnya baliho Kenduri Cinta hanya berupa pamflet selebaran kertas dengan informasi sangat lengkap, disebar ke berbagai sudut kota Jakarta, ditempel di dinding dan tiang apa saja. Beberapa tahun berikutnya diganti lembaran kain berwarna hitam dipasang pada dinding baliho, bertuliskan “KENDURI CINTA”, serta keterangan judul, dimana, kapan, dan pukul berapa berlangsungnya acara. Inilah baliho Kenduri Cinta model pertama dengan pembuatan secara cetak sablon. Kemudian dimasa selanjutnya sekitar awal tahun 2010 mulai dikreatifisasi menggunakan bentuk gambar sederhana.

Dan sekarang garda terdepan Kenduri Cinta berupa disain yang dicetak secara digital. Dari era kain hitam hingga cetak digital, sempat didukung oleh pihak TIM, namun sekarang semua dikelola sendiri oleh Komunitas Kenduri Cinta. Dalam perjalan waktu selama 18 tahun, baliho Kenduri Cinta juga berproses mengalami perubahan sangat kontras dari bentuk brosur hingga digital printing. Dan sekarang orang akan lebih mempunyai imajinasi dari sisi grafis baik yang dipasang di pelataran luar Taman Ismail Marzuki maupun di media sosial.

Saat ini, dalam pengerjaan baliho Kenduri Cinta, mempunyai cerita sendiri. Berawal dari rembug bersama di forum Reboan. Setelah merumuskan dan mendiskusikan perihal tema hingga memilih judul, pengerjaan disain gambar diserahkan kepada mereka yang mengerti tentang grafis. Belum selesainya sebuah disain merupakan momen dimana seperti menunggu kabar dari sang kekasih. Siang diharapkan tapi belum ada berita, malam juga dilalui dengan gundah. Ketika kabar itu telah tiba, kadang kehadirannya mendekati hari H pelaksanaan, langsung dibawa ke percetakan, walau seringnya waktu malam, maka selesainya bisa diambil dipagi hari.

Yang dicetak  ada 2 model; poster ukuran besar yaitu baliho, dan satu lagi ukuran kecil berupa backdrop, untuk dipasang dibelakang panggung. Hasil dari percetakan tidak 100% sempurna, beberapa kali tidak sesuai keinginan, sering pada selongsong untuk penempatan besi cantolan dinding lebih kecil dari standar ukuran yang dipesan. Dari percetakan langsung dibawa ke bagian Humas Taman Ismail Marzuki dan diserahkan untuk dipasang.

Pada awalnya ketika menyerahkan baliho langsung diperiksa, dikhawatirkan tidak membayar pajak karena adanya dukungan dari iklan sponsor, namun setelah dibuktikan dan dijelaskan bahwa sejak awal keberadaan hingga rutinitas bulanan, Kenduri Cinta tidak pernah menggunakan sponsor apapun. Sampai sekarang tidak pernah diperiksa lagi, kecuali mereka lagi iseng namun sebatas bertanya saja. Kemudian pihak Humas TIM menyanggupi pemasangan dilakukan siang menjelang petang atau pada sore hari, namun karena dibutuhkan untuk keperluan publikasi di media sosial, maka disepakati langsung dikerjakan dengan dibantu penggiat Kenduri Cinta. Pernah, suatu kali kami memasang baliho itu pada malam hari setelah Forum Reboan.

Selesai pemasangan dan sudah pas posisinya, selanjutnya difoto dari berbagai sisi untuk mendapatkan gambar bagus sebagai bahan publikasi di media sosial. Setelah dipasang, baliho akan eksis di etalase sampai acara bulanan Kenduri Cinta berakhir. Disaat hari H, para penggiat menyisir lokasi dan mempersiapkan segala sesuatu hal yang dibutuhkan, diantaranya menyusun level panggung sekaligus memeriksa sisa paku ataupun staples yang masih menempel, pengecekan lampu, dilanjutkan dengan pemasangan backdrop di belakang level panggung.

Usai hajatan beberapa teman penggiat langsung menuju pelataran luar Taman Ismail Marzuki, untuk menurunkan baliho karena telah tuntas masa tugasnya sebagai iklan tak bergerak, kemudian dilipat dan ditempatkan bersamaan dengan lipatan karpet-karpet yang dipakai alas di panggung dan digelar untuk hadirin. Berhubung penggiat Kenduri Cinta tidak mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan baliho dan backdrop, maka nasib keduanya biasanya akan menjadi alas duduk para jamaah di bulan berikutnya.

Bergabung menjadi penggiat Kenduri Cinta merupakan kebahagiaan tersendiri, dimana dapat merasakan kebersamaan dan kerjasama nan murni tanpa ikatan paksaan karena semua dilakukan dengan ketulusan hati dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dimana di saat seseorang seharusnya bertugas akan suatu tanggung jawab namun mempunyai halangan, penggiat lain dengan kesadaran sebagai pendamping akan menggantikan sang teman saat berhalangan. 18 tahun sudah rasa itu terjalin dengan asri di Komunitas Kenduri Cinta yang tidak dianggap tapi tetap eksis, tidak diakui tapi diminati, tidak nyata tapi ada. Itulah keunikan dan kemesraan yang hanya didapat dari Maiyah dalam skala besar terutama Kenduri Cinta dalam skala khusus. Kebersamaan ini tidak akan pernah bisa dinikmati di organisasi ataupun pelaksana event mana pun yang memiliki dukungan kapitalis, apalagi untuk bisa bertahan dalam waktu yang lama.