By Nursamad Kamba

Maiyah dan Jalan Sunyi

Maiyah adalah jalan sunyi yang merupakan sebuah jawaban untuk kebutuhan berkualitas luhur, yang mampu menjernihkan hasrat. Umumnya manusia memerlukan suasana syahdu agar dapat berdialog dengan dirinya sendiri. Boleh jadi seluruh kegaduhan hidup yang muncul karena jarangnya manusia berdialog dengan dirinya sendiri. Bahkan kegaduhan ini sudah menjelajah pada wilayah yang seharusnya mengajak manusia kepada keheningan yakni agama.

Jihad dan Maiyyah

Manusia yang berhasil memegang kontrol dan kendali dirinya akan menemukan kesejatian dirinya, dan dengan begitu ia menjadi khalifah, asisten Allah untuk menyebarkan kebaikan di antara segenap umat manusia. Karena itu pada akhirnya jihadunnafs membuat manusia merefleksikan sifat-sifat Allah asmaul husna, dan memiliki karakter ketuhanan yang jika memberi misalnya tanpa pamrih, jika menerima pemberian tidak minder; manusia yang jika gagal tidak putus asa dan jika berhasil tidak sombong. Dst..

Belajar Pada Muhammad Sebelum Ber-Islam

Ini ajaran universal, seseorang tidak akan pernah mampu berlapang dada sepanjang dalam dirinya ada rasa dengki, hasad, iri dan curang. Dengki ialah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yg amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Iri hati adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain; kecemburuan melihat kelebihan orang lain.

Esensi Agama dan Karakter Berketuhanan

Sufisme memahami bahwa fungsi agama dan esensinya adalah “membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali kepada Tuhan”. Agama diturunkan untuk menjemput manusia menuju Tuhan. Tujuannya adalah untuk menjadikan manusia sebagai khalifah, sebagai refleksi sifat-sifat Tuhan yang menjadi sumber kebaikan.

Maiyah Dalam Perspektif Sufisme

Jamaah Maiyah sebagaimana pengikut malamatiyah menjadi tempat berteduh masyarakat umum dalam menghadapi kezaliman ataupun kesewenang-wenangan pemerintah ataupun publik. Bahkan jamaah Maiyah sebagaimana jamaah Malamatiyah cenderung mempraktekkan ‘rasa bahagia’ dan sikap ‘menikmati’ ketidak-adilan dan penderitaan yang dialaminya.

Maiyah Dan Revolusi Kepemimpinan

Maiyah bukan untuk membangun sikap defensif, melainkan gagasan pembebasan yang didasarkan kepada cinta kasih sesama sebagai manifestasi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, dan dengan kepercayaan yang mendalam terhadap misi perjuangan.